Bikin part Fio ketemu Oscar susah sekali, sampai beberapa kali aku hapus.
FIO
Sejujurnya aku masih enggan untuk bertemu dengan Oscar, tanpa berpikir dua kali pun aku akan langsung bilang tidak. Tapi Dikal terus memaksaku untuk menemuinya setelah aku menceritakan dan memperlihatkan semua pesan yang di kirim Oscar tanpa lelah, padahal aku tidak pernah membalas satupun pasan yang dikirimnya.Secara halus dan penuh pengertian Dikal terus membujukku agar aku segera menyelesaikan semua permasalahan yang sedang aku hadapi, dia tidak ingin masalah aku dan Oscar berlarut-larut yang akhirnya berdampak pada pernikahan kami kelak. Aku tahu Dikal orang yang baik dan pengertian, ia bahkan akan dengan suka rela menemaniku untuk menemui Oscar kalau aku memintanya, tapi jelas di sini permasalahannya hanya aku dan Oscar tidak ada sangkut pautnya dengan Dikal. Maka aku putuskan untuk menemui Oscar seorang diri, aku sudah lelah hidup tergantung pada orang lain.
Tanpa ragu sedikitpun kulangkahkan kaki memasuki cafe tempat dimana aku dan Oscar sepakat untuk bertemu, ku lihat Oscar berdiri dengan gugup menyambut kedatanganku, ia memperlihatkan senyum leganya, "Fio, akhirnya kamu datang. Aku pikir kamu tidak ingin bertemu lagi denganku? silakan duduk," sapanya yang langsung menggeser kursi kosong untukku. Tunggu, bukankah Oscar selalu berbicara elu-gue denganku? kenapa setelah sekian lama tidak bertemu Oscar jadi bersikap formal begini?
"Apa kabar?" Cara Oscar menyapa benar-benar bukan seperti Oscar yang aku kenal yang selalu percaya diri, ia begitu gugup dan sering kali meremas tangannya. Mungkin karena permasalahan diantara kami yang membuatnya jadi canggung berhadapan muka denganku atau mungkin juga ia baru menyadari kesalahannya.
"Baik." Jawabku pendek lalu duduk di kursi kosong yang tadi sempat di tarik Oscar. Aku harus menunjukkan pada Oscar kalau aku masih belum bisa berbaikan dengannya, tapi melihat kesungguhan yang diperlihatkan Oscar membuat hatiku sedikit luluh.
"Lama tidak bertemu, semakin hari ku lihat kamu jauh semakin dewasa," Itulah Oscar, orang yang paling pintar berbasa-basi.
"Oh ya?" Jawabku datar.
Tentu saja semakin hari aku jauh semakin dewasa dalam menyikapi hal apapun terutama setelah penghianatan yang kamu dan mantan pacarku lakukan. Ditambah lagi dengan kehadiran Dikal yang cukup menguras energiku. Tapi sudahlah, semua sudah berlalu tidak perlu diungkit-ungkit lagi.
"Fio..." Oscar diam sesaat, lalu menatapku cukup lama, disana kulihat ada penyesalan yang sangat besar dan juga kerinduan. Aku tidak mungkin bisa mengabaikan Oscar teman lamaku. Tatapan mata Oscar membuat pertahananku runtuh seketika. Ingin rasanya aku memeluk dia dan melupakan semuanya.
"bohong kalau aku bilang, aku tidak merindukanmu, bohong kalau aku bilang aku membencimu, bohong kalau aku bilang aku sudah tidak peduli lagi padamu. Fio maafkan aku... maafkan aku..." Dan Oscar menitikkan air matanya, ini kali pertama aku melihat Oscar menangis. Sepahit apapun hidup Oscar-Oscar tidak pernah menangis dihadapan orang lain, tapi kali ini ia menangis di hadapanku menyesali perbuatannya.
"Oscar, aku..."
"Tidak apa-apa kalau kamu begitu berat untuk memaafkanku, aku bisa memaklumi karena kesalahanku begitu besar... Tapi bagaimanapun juga aku tetap akan meminta maaf."
Melihat kesungguhan Oscar, tanganku refleks menggenggam tangannya. Aku sudah memaafkan Oscar jauh sebelum Oscar menyadarinya.
"Aku juga salah, aku minta maaf,"
"No, yang salah disini aku. Aku orang yang tidak tau diri tega menghianatimu dan memanfaatkan kebaikanmu. Fio, sekali lagi maafkan aku."
Aku hanya bisa mengangguk, tapi jelas persahabatanku dengan Oscar tidak akan sama seperti dulu. Meski begitu aku harus tetap berlapang dada menerima dan memaafkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIKAL
RomanceDIKAL Aku bersumpah tidak akan pernah menikahi siapapun seumur hidupku tapi gara-gara perempuan itu aku melanggar sumpahku sendiri. FIORENZA Resolusi hidup yang telah aku susun sejak SMU berantakan semua, gara-gara pria itu masuk di lingkaran keluar...