17. SEGALANYA LEBIH MUDAH, TAPI...

13.2K 1.2K 24
                                    

Aku sudah sangat kehilangan ide untuk cerita Dikal ini, selain karena aku sibuk, otakku juga gak bisa diajak buat nulis.
Jadi rencananya, Dikal mau di bikin end beberapa part kedepan. Entah sampe part 21 atau part 22.

***

Kali ini Syam baru benar-benar punya kesempatan untuk berbicara dengan Fio, setelah acara penandatangan kerja sama selesai. Syam, Dikal dan Fio duduk di sebuah cafe yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumah sakit. Mereka cukup puas acaranya berjalan dengan lancar sesuai harapan, dan kali ini giliran Syam untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

"Jadi apa yang ingin kamu bicarakan dengan menyeret kita kemari?" Fio menatap Syam yang  duduk didepannya sambil  memutar-mutar gelas minum yang tadi dipesannya tanpa berniat untuk meminumnya.

"Aku mau minta maaf atas semua yang telah aku lakukan terhadapmu, aku betul-betul menyesal telah menyakiti hati orang sebaik kamu. Sejujurnya aku malu harus bertatap muka lagi denganmu tapi Dikal terus memaksaku untuk menyelesaikan semua permasalahan diantara kita," Syam tidak berani menatap Fio berlama-lama apalagi setelah ia melihat Fio menatapnya lekat tanpa berkedip, "maafkan aku atas perselingkuhanku dengan Oscar." Lanjutnya lalu menundukkan kepala.

Ini kedua kalinya Syam meminta maaf pada Fio dan kali ini Syam terlihat tulus, ia terlihat sangat menyesal. Apa mungkin Dikal yang mempengaruhi jalan pikiran Syam? kalau memang begitu, Fio akan sangat bersyukur ternyata Dikal sudah lebih dewasa sekarang.

"Jujur aku memang sakit hati setelah mengetahui perselingkuhanmu, tapi jelas akan lebih sakit hati lagi kalau kamu terus menyembunyikan semuanya dariku." Dan untuk pertama kalinya Fio tersenyum tulus dihadapan Syam, tidak ada lagi sakit hati ataupun dendam.

"Untuk itu Fio, dari lubuk hatiku yang paling dalam, aku minta maaf," Ucap Syam bersunguh-sungguh dan kembali menatap Fio yang tengah tersenyum sambil menganggukan kepalanya. "Fio...kamu...kamu memaafkanku?" Kembali Fio mengangguk dengan senyum tidak lepas dari bibirnya.

"Terima kasih." Syam begitu bahagia sampai tidak sadar meraih tangan Fio lalu menggenggamnya. Melupakan Dikal yang matanya mulai menyala karena api cemburu.

"Hai Bung, berterima kasih sih berterima kasih tapi tolong tangannya di lepas!" Dengan kasar Dikal menarik tangan Syam yang menggenggam tangan Fio sampai Syam sedikit meringis.

"Maaf-maaf...aku gak sengaja. Aku terlalu bahagia,"

"Fio bukan lagi pacarmu tapi dia pacarku sekarang. Ingat itu!"

Syam malah menatap Fio dan Dikal bergantian, sepertinya ia masih belum yakin dengan pengakuan Dikal barusan.

"Kenapa lo? lo gak percaya gue pacarnya Fio?"

"Bu-bukan seperti itu, cuma...menurutku...apa tidak terlalu cepat...kalian..."

"Bukan urusan lo,"

"Itulah cinta Syam," Jawab Fio dengan cepat sebelum Dikal menjawab, "aku juga gak ngerti kenapa bisa jatuh cinta pada mahluk menyedihkan macam Dikal." Lanjutnya sambil melirik Dikal yang berharap mendapat pujian dari Fio.

"Hai..." Dikal langsung protes.

Fio tersenyum dan kembali menatap Syam. "Syam, dari awal hubungan kita baik, kenapa sekarang tidak kita coba berhubungan baik kembali seperti teman atau sahabat?"

"Aku setuju." Syam merasa lega sekarang, tidak dihantui rasa bersalah lagi karena Fio sudah memaafkannya.

"Tapi aku yang tidak setuju!" Syam dan Fio menatap Dikal hampir bersamaan.

"Kenapa?" Tanya Fio kemudian.

"Ya, aku takut saja. Takut kamu berubah pikiran dan kembali lagi padanya," Dikal menunjuk Syam dengan dagunya. Jujur, ia memang takut Syam balik lagi pada Fio, meski ia tahu Syam seorang yang menyimpang tapi tidak menutup kemungkinan dia akan kembali normal kalau Fio mau menolongnya, Fio kan orang baik.

DIKALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang