12. STUPID MISTAKE

15.5K 1.5K 72
                                    

Hampir seharian Fio tidak bisa konsentrasi bekerja yang ia lakukan hanya memberi intruksi pada karyawannya untuk mengerjakan semuanya, ia hanya  duduk di depan meja kasir menunggui pelanggan datang  sambil memelototi ponselnya menunggu pesan masuk dari Dikal.

Sejak kejadian lima hari lalu, setiap pagi Dikal selalu mengirimi Fio pesan maaf. Ya, meskipun hanya kata maaf tapi Dikal mengiriminya lewat semua sosial media yang Fio punya dari mulai sms, whatsapp, BBM, line sampai dengan path dan Fio jadi punya kebiasaan baru yaitu mengecek ponselnya setiap bangun pagi.

Tapi hari ini tidak ada satupun pesan dari Dikal yang masuk lewat ponselnya, Fio jadi berpikir jangan-jangan Dikal menyerah dan tidak ingin berteman dengannya lagi karena ia tidak pernah membalas semua pesan yang dikirimnya. Seandainya Dikal tahu kalau setiap bangun pagi hal pertama yang dilakukan Fio adalah mengecek ponselnya lalu tersenyum dan memulai harinya dengan suasana hati yang lebih baik, Dikal pasti akan sangat senang.

Dreed.....dreed ponsel yang sengaja ia silent bergetar di genggamannya, secercah senyum tersungging di bibirnya tapi kemudian senyum itu langsung hilang ketika melihat nama Oscar tertera disana. Fio masih belum ingin berbicara dengan Oscar maka ia membiarkan saja ponselnya terus menyala sampai berhenti sendiri. Tidak berapa lama ponselnya kembali bergetar dan kali ini nama Ayahnya yang tertera, dengan malas Fio mulai menggeser tombol hijau dan menjawab beberapa pertanyaan yang di lontarkan Ayahnya tentang keberadaan Ibu mereka yang pergi secara mendadak ke Balikpapan dengan membawa kedua adik Fio tanpa memberitahu ayahnya terlebih dahulu.

Fio bisa membayangkan ayahnya yang uring-uringan, sekarang dia pasti sedang memarahi semua orang yang ada didekatnya karena yang di dengar Fio ayahnya sedang mengomel panjang pendek. Daripada telinga panas mendengar ayahnya mengomel di balik telepon lebih baik Fio menutup teleponnya.

Satu pelanggan masuk. Fio langsung memasukkan ponselnya ke saku celana, berdiri dan menyapa pelanggan dengan ramah. "Silakan." Sipelanggan membalas senyum Fio lalu mulai memilih yang ingin ia beli. Satu orang lagi masuk Fio tersenyum membalas lambaian tangan salah seorang muridnya.

"Tunggu di kelas, sepuluh menit lagi Kak Fio kesana." Muridnya hanya mengacungkan Ibu jarinya dan masuk ke pintu samping dimana ada beberapa ruangan yang sengaja Fio ubah menjadi kelas.

Senyum Fio bertambah lebar ketika melihat Callan kesusahan membuka pintu kaca yang memang cukup berat. Seperti biasa Callan datang dengan tas ranselnya yang cukup berat, di susul dengan Dina Ibunya yang terlihat sangat tergesa-gesa.

"Apa kabar Kak Fio? Callan kangen banget harus menunggu satu minggu untuk ketemu Kak Fio." Callan menghampiri Fio dan mendongakkan kepalanya.

"Baik sayang, bagaimana kabar kamu?"

"Tidak ada hari yang lebih baik setelah bertemu Kak Fio." Fio langsung tertawa mendengar kata-kata Callan, dengan gemas dia mulai mengacak-acak rambutnya.

"Apa Kak Fio akan terus mengacak-acak rambut pacar Kak Fio kalau bertemu?" Callan cemberut membuat tawa Fio semakin keras.

Dina tersenyum melihat kelakukan anaknya. "Kebetulan Fio. Kamu tidak sedang sibukkan?"

"Tidak Tante, kenapa?" Fio menggeleng.

"Kalau begitu Tante titip Callan ya? Tante mau kerumah sakit. Tadinya Callan mau Tante bawa tapi dia memilih les, mungkin nanti Ayahnya yang jemput."

"Ke rumah sakit. Siapa yang sakit Tan?" Fio menatap Dina dari atas kebawah melihat kondisinya.

"Bukan Tante sayang tapi Dikal Omnya Callan." Seperti tahu apa yang sedang di pikirkan Fio Dina pun menjawabnya.

"Dikal. Dia kenapa Tan?" Fio begitu kaget ketika mendengar Dikal masuk rumah sakit, pantas dia tidak mengirimi Fio pesan maaf seperti biasanya.

Dina menatap Fio heran. "Kamu mengenalnya?" Tanyanya.

DIKALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang