9. RASA TANGGUNG JAWAB

16.3K 1.4K 34
                                    

Fio POV

Ok, aku memang salah dan aku akan bertanggung jawab penuh atas musibah yang menimpa Dikal sampai dia benar-benar sembuh. Bagaimanapun juga Dikal terluka karena aku karena menolongku. Tapi kalau Dikal melarangku pulang dan menyuruhku menungguinya sampai ia benar-benar tertidur, itu sudah sangat keterlaluan. Aku juga butuh istirahat.

"Dan aku butuh tidur!" Ku tatap Dikal yang sedang berbaring dengan mata pura-pura terpejam padahal aku tahu Dikal tidak tidur.

"Sebaiknya izinkan aku pulang untuk istirahat dan mengganti baju, aku janji besok pagi-pagi sekali aku akan kembali kesini menemanimu." Tanpa berkata apa-apa Dikal malah menarik tanganku lalu menggenggamnya dan tidak berapa lama ia tertidur pulas. Sekarang yang bisa aku lakukan hanya menarik napas panjang dan menungguinya tidur.

***

Aku terbangun tepat pukul 3:30 pagi setelah merasakan pegal di leher dan punggung karena tidur dalam posisi duduk. Ku lihat Dikal tidur dengan nyenyak sambil menggenggam tanganku. Sesaat aku tersenyum melihat Dikal tertidur begitu damai dan tenang tidak ada seringai menyebalkan atau mata berkilat jahil atau tampang bossynya yang melarangku ini dan itu yang ada malah wajah tanpa dosa seperti bayi.

Perlahan ku lepaskan genggamana tangannya dan berjingjit pergi kearah pintu, dengan pelan sekali aku membuka pintu supaya tidak menimbulkan suara.

Hai, yang benar saja. Aku ini bukan maling kenapa aku harus mengendap-endap hanya karena takut Dikal terbangun dan memergoki kepergianku.

Tapi kenyataannya aku memang takut Dikal terbangun dan melarangku pulang padahal aku sudah tidak nyaman dengan pakaian yang aku kenakan saat ini. Harus secepatnya aku pulang dan kembali lagi kesini tentunya sebelum Dikal bangun dan menyadari kepergianku. Kenapa aku jadi memperdulikan dia? sudahlah.

Aku menarik napas lega setelah menghempaskan tubuhku di dalam taksi yang membawaku pulang ke rumah.

Tidak sampai tigapuluh menit aku sudah sampai di depan rumah, aku keluar dari taksi dengan terburu-buru. Menyuruh satpam membukakan pintu gerbang dan membayarkan argo taksi, aku bahkan tidak peduli ketika satpam rumah menatapku heran karena tidak biasanya aku pulang sepagi ini tapi dia tidak mengatakan apapun selain hanya menuruti perintahku.

Ku langkahkan kaki menuju rumah bagian samping, aku tidak mau repot-repot memijit bel dan akan membangunkan seisi rumah. Dengan perlahan ku geser pintu yang menghubungkan garasi dan dapur, ku tatap sekeliling rumah yang masih tampak gelap hanya beberapa lampu yang menyala di beberapa titik. Tanpa sadar aku meghembuskan napas lega, masih aman orang rumah belum ada yang bangun seorangpun bahkan Tinah yang selalu bangun paling pagi tidak ada tanda-tanda keberadaannya. Aku masuk dan menutup kembali pintu dengan pelan.

"Baru pulang Fio?" Suara Daddy benar-benar mengagetkanku, bagaimana tidak tadi ketika aku masuk tidak menemukan seorangpun dan tiba-tiba saja suara Daddy ada di belakangku.

Perlahan aku berbalik dan menunduk merasa bersalah, aku tidak mungkin menceritakan semua kejadian yang menimpaku hari ini. Daddy pasti akan langsung bertindak dengan kekuasaannya.

"Darimana?" Masih dengan gelas di tangan dan duduk di sisi meja konter Daddy menatapku intens.

"Ini masih terlalu pagi untuk bangun. Kenapa Daddy bangun sepagi ini?" Aku berusaha mengalihkan pertanyaan Daddy.

"Darimana?"

"Jangan-jangan Daddy juga baru pulang dan mommy tidak tau. Keterlaluan kenapa daddy kembali melakukannya dan menyakiti kami?" Kali ini aku menatap daddy berani. Setahuku daddy selalu bangun paling siang diantara kami semua.

DIKALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang