15. PERTENGKARAN ITU KEMBALI TERJADI

17.1K 1.5K 66
                                    

Typo-typo-typo. Mohon koreksinya

Fio POV

cukup lama aku berdiri di depan pintu ruang kerja Daddy yang terbuka, Ku lihat Daddy terus mondar-mandir dengan memasukkan tangannya ke saku celana dan Mommy tampak resah duduk di sofa. Sesekali mereka saling berargumen yang diakhiri dengan perdebatan-perdebatan kecil meski tetap saja Daddy yang mendominasi. Daddy memang selalu seperti itu kalau sedang panik apalagi ini menyangkut diriku.

Bukan-bukan karena aku tidak tahu apa yang mereka perdebatkan, aku hanya sedikit bingung dan tidak tahu apa yang harus aku katakan terkait foto-foto di media massa yang kandung beredar dan kabar buruknya adalah sampai sekarang aku belum mendapatkan informasi apapun mengenai foto-foto tersebut, padahal jauh sebelum Daddy dan Mommy memanggilku untuk membicarakan ini semua, aku telah mengetahuinya terlebih dulu dan telah mengutus salah seorang karyawan kepercayaan Daddy untuk mencari tahu siapa yang membuat dan menyebarluaskan foto tersebut, tapi sampai detik ini belum ada hasilnya sama sekali.

Tok-tok-tok. Ku ketuk pintu dengan hati-hati yang langsung mendapat tatapan gusar dari kedua orangtuaku.

"Masuklah, cepat." Daddy menyuruhku masuk tanpa menatapku, ia masih saja mondar-mandir tidak tenang.

Dengan sedikit ragu aku masuk kedalam ruang kerja Daddy dan duduk di salah satu sofa empuk nan nyaman, bahkan ruangan berAC pun tidak sedikitpun mengurangi ketegangan kami semua.

Ini adalah pertama kalinya aku membuat kesalahan yang betul-betul membuat kedua orangtuaku terlihat marah.

Beberapa surat kabar tergeletak di meja yang mungkin telah dibaca mereka, aku begitu malu melihat foto diriku yang sedang berciuman dengan seorang pria terpajang di halaman paling depan. Kenapa bukan prestasiku yang mereka jadikan berita? kenapa malah foto memalukan itu, bukankah acara kemarin cukup sukses.

"Terlalu banyak pertanyaan. Daddy sudah tidak tahu lagi apa yang ingin ditanyakan." Aku dan Mommy saling melihat sejenak, sebelum akhirnya Mommy menyuruh Daddy untuk duduk.

"Tenanglah Nino, duduk dulu. Kita bisa membicarakan ini semua tanpa perlu marah-marah."

"BAGAIMANA AKU BISA TENANG! Melihat Putriku tiba-tiba berkencan dengan seseorang yang tidak kita kenal. Seorang pria asing yang tidak kita ketahui asal-usulnya! seorang pencopet tidak jelas."

"Dad." Sakit hatiku mendengar Daddy berbicara seperti itu tentang Dikal. Terlepas dari sikap kekanak-kanakannya, Dikal adalah seorang pria yang baik, pria pemberani yang pernah aku kenal, dia pernah menolongku dan membebaskanku dari para penculik.

"Kita bisa meminta penjelasan Fio.  Duduklah dulu." Mommy masih berusaha tenang.

"Sekarang juga jelaskan siapa dia? apa hubunganmu dengannya? Kenapa kamu bisa bersamanya?" Daddy menunjuk foto diriku dan Dikal yang dimuat di surat kabar.

Hening, aku tidak bisa menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya.

Daddy mengambil surat kabar itu lalu kembali mondar-mandir. "Ini benar-benar memalukan. Ya Tuhan, putri macam apa yang aku besarkan selama ini. Semua orang mengenalmu Fio, mengenal putri Daddy yang baik dan sopan... siapa pria yang bersamamu ini?" Daddy membanting surat kabar ke meja dihadapanku. Aku hanya bisa menundukkan kepala tanpa berani menatap mereka.

Beberapa kali ku dengar Daddy menghela napas, ia diam sesaat dan duduk tepat di samping Mommy yang berhadapan denganku. "JAWAB FIO! JAWAB!" Daddy menggebrak meja dan menatapku penuh amarah, tidak pernah sekalipun aku melihat Daddy semarah itu, Daddy lebih banyak mendiamkanku kalau sedang marah.

DIKALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang