Dikal POV
Mimpi apa aku semalam, duduk di sofa apartement dan memperhatikan Fio yang bergerak kesana kemari membereskan kekacauan yang aku buat selama dua minggu ini.
Aku begitu menikmati omelan-omelan Fio melebihi lagu-lagu Beyonce yang sering aku dengar, dulu aku sering berpikir Beyonce punya suara yang paling enak untuk di dengar tapi sejak mengenal Fio apa lagi setelah mendengar omelannya, aku rasa suara Fio jauh lebih enak meskipun ia bukan penyanyi.
Apakah aku segila itu? Ok, abaikan.
"Sumpah ya, baru kali ini aku bertemu dengan spesies yang bernama manusia sejorok kamu." Fio membetulkan ikatan rambutnya dan membuka semua jendela yang tertutup, ia kemudian masuk ke dalam kamar tidurku dan menjerit.
"DIKALLLLL....... Kamu itu manusia atau bukan sih?" Aku hanya tersenyum sambil menunggu Fio keluar dari kamar.
Tidak berapa lama Fio keluar dan membawa keranjang pakaian kotor yang sudah penuh. "Apa kamu tidak tau caranya memcuci baju? Dasar pemalas." Fio mengambil tasnya yang dari tadi ia simpan di sampingku. mengubek-ubek mencari sesuatu dan mengeluarkan ponselnya, lalu ku dengar ia berbicara dengan laundry
"Dimana kamu menyimpan sapu?" Tanyanya setelah kembali memasukkan ponselnya kedalam tas.
"Aku tidak tau, karena selama aku tinggal di sini aku tidak pernah melihat sapu ataupun teman-temannya." Ku angkat bahu acuh tau acuh membuat Fio menggeram.
"Memangnya berapa lama kamu tinggal disini?" Tanyanya jengkel.
"Kurang lebih dua minggu."
"Dua minggu? dan kamu tidak penah menyapu tempat ini!" Sungguh sangat lucu Fio membulatkan matanya melotot kearahku.
"Santai aja sayang, akukan hanya tidak menyapu lantainya, kenapa kamu melotot seolah-olah mendapatkan kabar David beckham mati bunuh diri."
"Aku sama sekali tidak peduli David beckham mati bunuh diri." Fio berdiri dan berjalan kearah pantry, mencari gudang tempat menyimpan peralatan rumah tangga maksudnya tapi belum lagi kakinya menginjak pantry Fio malah kembali meneriakan namaku.
"DIKALLLL!!!" Dan kali ini ia berbalik kearahku. Jangan bilang Fio kaget melihat pantry yang sudah seperti kapal pecah.
Ia kemudian menarik napasnya lalu menghembuskannya, menarik lagi dan menghembuskannya. "Ok, kalau bukan karena rasa tanggung jawab, aku tidak sudi masuk kesini." Setelah berbicara seperti itu, Fio berbalik dan masuk ke dalam pantry mencari pintu gudang.
Ho-ho-ho, tentu saja kamu harus membiasakan diri masuk kesini sayang, karena aku tidak akan pernah membiarkanmu lepas tanggung jawab begitu saja.
Hmm, sejujurnya aku bersyukur punya luka yang menghambat semua aktifitasku bahkan aku berharap punya luka yang lebih serius dari ini supaya Fio merasa bersalah dan akhirnya tidak akan pernah meninggalkanku.
Kulihat Fio bergerak kesana kemari membereskan satu hal ke hal yang lainnya, kali ini tidak ada umpatan atau omelan yang keluar dari mulut bawelnya membuat aku bosan dan sedikit mengantuk. Maka ku rebahkan punggungku di sofa panjang yang biasa aku duduki dan tidak berapa lama aku tertidur pulas mungkin efek antibiotik yang aku minum mengandung obat tidur.
***
"Dikal." Sayup-sayup ku dengar seseorang memangil namaku dengan lembut.
"Dikal." Dia menyentuh lenganku untuk membangunkan, aku membuka mata sedikit demi sedikit menyesuaikan penglihatan dan mimpi atau bukan seorang bidadari cantik tengah tersenyum padaku.
"Bangun, sudah siang. Makan dulu habis itu obatnya kamu minum biar lukanya cepat kering." Ah....ternyata Fio yang membangunkan dan menyuruhku meminum obatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIKAL
RomanceDIKAL Aku bersumpah tidak akan pernah menikahi siapapun seumur hidupku tapi gara-gara perempuan itu aku melanggar sumpahku sendiri. FIORENZA Resolusi hidup yang telah aku susun sejak SMU berantakan semua, gara-gara pria itu masuk di lingkaran keluar...