16. BE A GENTLEMAN

15.7K 1.4K 61
                                    

Ada yang kangen Dikal???
aku harap ada, gak mungkin kan kl gak ada yang kangen nagih terus minta ceritanya di lanjut. Maaf baru bisa update, semoga part ini mengobati rasa kangen all readers...

***

Dalam perjalanan pulang menuju rumahnya, Fio tidak henti-hentinya menatap Dikal. Ia masih belum yakin Dikal bisa menyelesaikan masalah yang sedang mereka hadapi saat ini, tapi Dikal tidak pernah mengingkari janjinya, kalau ia bilang bisa menyelesaikan semuanya berarti ia memang bisa dan Fio harus percaya akan hal itu.

"Kamu udah tau aku gantengkan? jadi berhenti menatapku seperti itu terus, lama-lama aku gak bisa konsentrasi nyetir mobilnya." Ucap Dikal tanpa mengalihkan tatapannya dari jalan.

Fio malah mencubit lengan Dikal sambil mengerucutkan bibirnya, merasa malu karena ketahuan menatapnya.

"Aww...sakit sayang,"

"rasain." Fio malah menambah dengan pukulan-pukulan ringan.

"Ada apa sih dari tadi liatin aku terus?"

Fio diam sesaat sambil berbalik menghapad Dikal "Kamu yakin bisa menyelesaikan semua masalah kita?" Rupanya ia masih saja mencemaskan masalah foto-foto itu.

"Hmm...yakin," Jawaban Dikal betul-betul tidak meyakinkan membuat Fio bertambah cemas.

"Beneran yakin?"

"Iya, yakin." Dikal tersenyum dan mengelus pipi Fio, "Jangan cemas.  Percayalah, aku pasti bisa menyelesaikan semuanya." Ucapnya lalu kembali konsentrasi menyetir.

"Tapi kamu janji, tidak akan ada seorangpun yang tersakiti."

"Iya, bawel."

"Tidak Syam, tidak juga Oscar. Jangan bawa-bawa nama mereka dihadapan media."

Citt...Dikal menghentikan mobilnya secara mendadak dan tepat di depan gerbang rumah Fio. Tanpa melepas seatbelt yang cukup menggangu Dikal berbalik menatap Fio dengan muka masam, ia masih muak mendengar nama mereka berdua di sebut-sebut.

"Mak...maksud aku, aku tidak ingin masalah kita ini jadi melebar kemana-mana." Cicit Fio takut-takut.

"Kamu hanya memikirkan mereka! yang kamu cemaskan hanya mereka! yang kamu khawatirkan hanya reputasi mereka! Apa kamu tidak pernah memikirkanku sedikitpun? memikirkan kecemasanku?"

"Bukan begitu...maksudku..."

"Sepertinya kamu memang tidak peduli, bahkan mungkin kalau aku matipun kamu tidak akan pe..." Dikal tidak melanjutkan kata-katanya karena secara tiba-tiba Fio mengecup bibirnya sekilas dan kembali duduk seperti semula.

"Fio, ka-kamu..."

"Aku minta maaf sudah membuatmu kecewa,"

"Bu-bukan begitu..." Dikal gelagapan antara kaget dan tidak menyangka Fio berani mengecup bibirnya, meskipun hanya sekilas tapi memberi efek yang sangat dahsyat bagi tubuhnya, "aku...ahh, apa yang akan aku bicarakan? gara-gara kecupanmu, aku jadi lupa semuanya." Dikal mengacak-acak rambutnya sendiri, Fio langsung tertawa melihat Dikal yang gagal fokus karena ciumannya.

"Kamu bisa memikirkannya nanti, sekarang masukkan mobilnya, kita udah sampai." Fio menunjuk gerbang rumahnya yang terbuka.

Dikal diam sesaat memikirkan apa yang akan diucapkannya tadi. "Ah, sekarang aku ingat apa yang aku pikirkan," Dengan buru-buru Dikal memasukkan mobilnya ke halaman rumah Fio dan mematikan mesin mobilnya.

"Fio..." Tanpa sadar Dikal menarik napas dan mengusap dadanya yang berdengup dua kali lebih cepat, "coba kamu pegang dadaku ini?" tangan Dikal beralih menggenggam tangan Fio dan membawanya kedada sebelah kiri tepat dimana jantungnya berada, Fio menautkan kedua alisnya sedikit heran dengan kelakuan Dikal.

DIKALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang