| 03 : Bubur |

517 18 0
                                    

ł Happy Reading ł
~
~

Kailash terjaga dari tidurnya, tubuhnya terasa lebih baik setelah makan obat dan istirahat.

Kryuk...

Kailash memegang perutnya, perih. Ah, tentu saja, Kailash baru ingat terakhir kali perutnya diisi itu kemarin siang. Jadi seharian ini Ia belum memakan apapun selain obat-obatnya.

Kailash beranjak dari ranjangnya, mengehela napas, melihat kursi rodanya berada jauh di dekat toilet. Kailash melihat sekitarnya, rapih. Menghirup udara dalam, harum pewangi lantai sangat menyengat. 

Agrani pasti sudah membersihkan kamarnya, untuk kesekian kalinya di hari ini.  Maka, pantas kursi rodanya terletak di tempat itu.

Kailash perlahan turun dari ranjang, menyeret tubuhnya mendekati kursi roda, dan menjangkaunya susah payah.

Diliriknya jam dinding yang memperlihatkan waktu dzuhur yang hampir habis. Ia harus bergerak cepat.

Setelah berhasil menaiki kursi rodanya, tentu dengan usaha lebih, Kailash segera ke toilet mengambil wudhu. 

Seberapa besar usahanya untuk bergerak cepat, tetap saja lambat. Kailash terbiasa dibantu Ibu. Ah, Kailash jadi rindu berjamaah dengan Ibu.

Kailash keluar dari toilet dengan keadaan jauh lebih segar, Kailash melajukan kursi rodanya ke dekat sofa, mengambil sejadah.

Setelah menggelar sejadah, Kailash turun dari kursi rodanya dan menjalankan kewajibannya.

Dalam doanya Kailash menangis, tanpa isak, hanya air mata yang jatuh meringsak.

Doa yang tak pernah berubah, selalu sama, tapi sekarang doanya bertambah, ada Agrani di dalamnya.

Setelah selesai, Kailash kembali menaiki kursi rodanya dan melajukan kursi rodanya keluar kamar.

Kailash melajukan kursi rodanya ke dapur, sepanjang perjalanannya Kailash mengamati rumah yang sangat bersih dan rapi, bahkan menurutnya ini terlalu bersih dan rapi.

Begitu sampai di dapur, Kailash membuka kulkas dan lemari yang ada di dapur, berharap ada sesuatu yang bisa dia makan.

Nihil, tak ada apapun.

Kailash menipiskan bibirnya, berpikir haruskah ia pergi ke warung?

Tidak ada pilihan lain, dari pada tubuh lemahnya ini berontak.

Sebelum pergi keluar, Kailash menghampiri kamar Agrani untuk memberitahu ia akan keluar sebentar.

Tapi, pintu kamar Agrani tertutup rapat, Kailash mengetuknya tapi tak ada jawaban.

Kailash berdehem menetralkan suaranya, "Grani, aku pergi keluar sebentar. Aku lapar, apa kau ingin aku belikan sesuatu?"

Hening, tanpa jawaban.

"Apa kau sedang beristirahat?" Kailash tersenyum simpul, Agrani pasti lelah setelah merapihkan rumah.

"Grani, aku keluar dan akan segera kembali." Kailash mnggerakkan kursi rodanya menjauhi kamar Agrani, sambil berfikir apa kiranya yang akan Agrani makan?

Disisi lain Agrani tersenyum aneh melihat Kailash pergi keluar.

"Selamat datang di neraka, Kailash Hadirdja," bibir seksi Agrani membentuk lengkungan aneh. Sepertinya sesuatu yang buruk akan terjadi pada Kailash.

°°°

Begitu kembali ke rumah, semua tampak gelap. Adzan maghrib sudah cukup lama berkumandang, seharusnya lampu lampu rumah sudah terang, tidak biasanya.

AGRANI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang