ł Happy Reading ł
~
~
~
Kalo ada typo komen yak!Kedua tubuh itu berada di ruang yang sama, hanya terpisah tirai berwarna biru. Keduanya ditempeli banyak alat; penunjang hidup.
Tak ada yang bicara, hanya suara-suara teratur yang saling menyaut. Suara alat penunjang kehidupan yang menciptakannya.
Sementara itu, di sebuah ruang serba putih, sepasang paruh baya dan wanita sedang terlibat perbincangan serius.
"Nyonya dan Tuan Hadirdja dalam keadaan koma. Racun itu memiliki reaksi yang cepat terhadap tubuh, apalagi kondisi Tuan Hadirdja yang sudah sedari awal lemah. Untunglah, mereka tidak terlambat mendapatkan penanganan. Terlambat 5 menit lagi saja, mereka bisa saja tidak tertolong. Dan untuk Nyonya Hadirdja ..." perempuan dengan sneli putih itu menjeda, mencoba mencari kalimat lain. Argh, sampaikan saja sesopan mungkin.
"Kenapa dengan putri saya?" Lefi bertanya dengan tidak sabar.
"Beliau mengkonsumsi racun itu hampir satu botol banyaknya. Sepertinya beliau berniat ... maaf, mengakhiri hidupnya?"
Manaf dan Lefi membisu. Jujur saja, Lefi ingin marah tapi Lefi tahu sendiri bagaimana Agrani.
Sebuah tangan besar menyampir dipundaknya, mengusap memberi ketenangan. Tapi Lefi segera melepaskannya. Membuat Manaf hanya bisa menghela napas sabar.
"Berapa kemungkinan mereka dapat bertahan?" tanya Manaf dengan datar, tak tahu harus bagaimana ia mengekspresikan kesedihannya.
Dokter wanita itu mendesah dengan berat. Ia bukan Tuhan, tapi disuruh menebak kematian seseorang. Tapi ini adalah pekerjaannya, dan ini bukan pertama kalinya.
"40%," ucapnya.
Lefi mengepalkan tangannya.
"Untuk tuan Hadirdja. Dan, 20% untuk Nyonya Hadirdja. Mengingat banyaknya..." Dokter tidak melanjutkan kalimatnya. Sepertinya mereka paham.
Tak lama, tangis Lefi pecah. Wanita paruh baya itu menutup wajahnya, dadanya terasa sesak. Putrinya, Agrani...
°°°
Yash Geordane.
Yasha mengusap rambutnya kebelakang, bibirnya kembali menghisap nikotin. Nama itu, nama seseorang yang paling berpengaruh di dalam hidupnya, dan juga Agrani.
"Apakah anda dokter Yasha?"
Yasha segera mematikan puntung rokoknya, menatap orang di depannya dengan kening mengernyit.
"Raoza Deshai, saya dokter yang menangani Agrani." ujar Rao memperkenalkan diri.
Yasha hanya mengangguk, suasana hatinya sedang buruk untuk beramah tamah.
Rao mengambil tempat duduk di depan Yasha, tersekat meja kayu panjang.
"Dokter Yasha--"
"Yasha saja, sepertinya anda lebih tua dari saya."
Rao tersenyum kecil sambil mengangguk, "Baiklah Yasha, saya tahu mungkin ini sedikit lancang. Tapi saya tidak tahu harus mencari kebenaran ini kepada siapa lagi. Saya melihat anda menunggu dan mencemaskan Agrani kemarin, sepertinya anda tahu apa yang terjadi pada Agrani?"
Yasha meneutkan kedua tangannya di atas meja, menatap Rao datar. Datang tanpa diundang dan tiba-tiba menanyakan Agrani?
"Apa yang kau inginkan?" tanya Yasha, ia tidak mudah membocorkan informasi orang lain, apalagi bersangkutan dengan Agraninya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGRANI
RandomJudul lama : Suami teraniaya Agrani benci ketidak sempurnaan, tapi sayangnya ia harus menikah dengan lelaki cacat penyakitan. ... Kailash berfikir, semua yang dilakukan Agrani padanya adalah bentuk kasih sayang, sekalipun dalam bentuk penganiayaan...