| 11 : Kacau |

364 17 0
                                    

ł Happy Reading ł
~
~
~
Kalo ada typo komen yak!

Cahaya mentari menembus gorden putih, menyorot tepat pada seseorang yang tengah terbaring di ranjang. Bibirnya sedikit terbuka, membuat air liur bebas melaluinya.

Kelopak matanya sudah terbuka sejak lama, tapi tak ada yang bisa diperbuat. Sekarang seluruh tubuhnya lumpuh, bahkan untuk sekedar bicara.

Iris coklat gelap itu bergulir, menatap sekeliling sebisanya, iya, menoleh saja ia tak mampu.

Seperti biasa, rapih, bahkan kelewat rapih. Dan sangat bersih. Derit pintu toilet membuat Kailash ingin menoleh, huh, tapi tidak bisa!

Agrani berjalan melintasi ranjang Kailash, sebuah lap tangan ikut serta bersamanya. Lalu tubuh yang hanya berlapis kameja putih kedodoran itu mengelap meja rias, kaca, kursi-semua benda yang ada dikamar itu ia bersihkan. Berkali-kali.

Kailash yang terbaring di ranjang menatap Agrani bingung, sebab wajah Agrani terlihat lelah dan gelisah. Tapi istrinya itu tidak berhenti, terus melakukan kegiatan yang sama.

"Arghh..."

Kailash berjengit kaget mendengar erangan Agrani.

"Ngh...engh..."

Agrani... kamu kenapa?

Kailash cemas dengan keadaan Agrani, istrinya menangis, dan terlihat ketakutan. Dan ia, hanya bisa melihatnya. Tanpa melakukan apapun.

Menyedihkan!

Tanpa disadari, Kailash ikut menangis. Berusaha bergerak, tapi tak bisa!

"Engh... ngh..."

Hanya lenguhan tak jelas yang keluar. Tidak lebih. Malah, air liur Kailash menetes bercampur dengan air mata.

Agrani ... kamu kenapa?

Agrani melempar lap tangannya, lalu menarik rambutnya sendiri sambil menangis-pilu.

Sesuatu dari dalam tubuhnya mendesak untuk terus membersihkan kamar Kailash, tapi tubuhnya lelah. Rasanya kamar Kailash kotor, padahal Agrani sendiri sadar, melihat bahwa kamar Kailash sudah bersih.

"Argh... ahhh... please... stop it! i'm tired... hiks..." Wajah yang biasanya
tampak tangguh itu begitu rapuh.

"PLEASE... STOP... IT'S Hurt..."

Agrani berteriak memohon, ia lelah. Tapi tubuhnya merespon lain. Agrani kembali meraih lap itu dan mengelap setiap bagian kamar Kailash sambil menangis.

"Hiks... please... stop..."

Sudah dari malam Agrani melakukan kegiatan ini, ini diluar kontrolnya.

Mata tajam Agrani tampak lebih kelam dengan kantung menghitam, dan lagi, kulitnya yang tampak lebih pucat.

Kailash hanya menatap Agrani prihatin, tak mempedulikan serangan nyeri yang menyiksa seluruh tubuhnya. Ah, dan apa ini? Bau tak sedap!

Manik coklat gelapnya membola menyadari sesuatu.

Ya Tuhan ... mengapa aku sangat tidak berguna?

Kailash buang air besar dan kecil di ranjang, ah... ini pasti akan sangat merepotkan Agrani. Apalagi kondisi Agrani sedang tidak baik.

Kailash sangat berharap sesorang datang dan menolong Agrani ... Tuhan... ku mohon...


Agrani sudah sangat kelelahan. Sehingga ia hanya terduduk, bersandar pada tembok. Tertidur. Dengan sisa air mata diwajah cantiknya.

AGRANI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang