| 13: Ambulan |

136 10 0
                                    

ł Happy Reading ł
~
~
~
Kalo ada typo komen yak!





"MASS!!"

Suara pekikan Lefi membuat Manaf yang masih berbaring di ranjangnya segera bangkit. Menghampiri istrinya yang berada di kamar mandi.

"Ada apa?" tanya Manaf saat sudah sampai di kamar mandi, di depannya Lefi memandang Manaf tajam.

"Apa kamu sudah gila, hah?"  Hardik Lefi sambil menunjuk wajah suaminya.

Manaf mengerutkan keningnya tak mengerti. "Apa maksudmu Lefi?" Manaf berusaha bersabar, menghadapi Lefi harus dengan kepala dingin.

Brak...

Prang...

Sebuah botol kaca dilemparkan ke dinding dan pecah. Isinya berhamburan di lantai.

Manaf menggeram marah, tapi menyadari sesuatu Manaf menghela napasnya. Berusaha mengendalikan diri.

"Kamu gila!" pekik Lefi sambil mengacak rambutnya frustasi, lalu setengah berlari keluar dari kamar mandi.

Manaf menghela napas, tanpa perlu dijelaskan pun ia tahu apa yang membuat Lefi begitu marah. Apalagi jika bukan keputusannya menikahkan Agrani dengan Kailash?

"Argh!"

Manaf menginjak isi botol itu sampai hancur. Ia punya alasan tersendiri melakukan ini.

"Kamu baik-baik saja Aga ...  papa tahu..."

"Manaf ayo sekarang kita harus pergi!" tak ada embel embel Mas didepan namanya. Berarti singa betina itu sedang marah.

"Kemana?"

Pertanyaan bodoh, pikir Lefi. Wanita yang sudah memakai mantelnya kesal setengah mati.

"Tentunya ke tempat kau membuat kekacauan!"

Manaf menyugar rambutnya, "No Lefi. Kita tetap disini ... beri mereka ruang," ujar Manaf dengan nada tenang, sementara Lefi sudah memasang wajah frustasi mendengarnya.

"Terserah, tapi sepertinya kau hanya akan menemukan jasadnya!"

"Lefi! jaga ucapanmu!" desis Manaf sambil menatap istrinya tajam. Lefi sudah kesal setengah mati dengan semuanya.

"Apapun yang terjadi pada Agrani, itu semua karenamu!"

Lefi segera pergi dari hadapan Manaf dengan perasaan tak menentu.

Tanpa berganti baju, Manaf pergi menyusul Lefi dengan piama hitamnya. Dari ambang pintu Manaf melihat Lefi yang sedang bertelepon.

"No... jangan bohong kamu!!!"

Manaf segera menghampiri Lefi yang sedang marah marah pada orang yang sedang diteleponnya.

"Ada apa Lefi?" Manaf bertanya dengan ragu, hatinya ikut cemas melihat Lefi mulai menangis.

Manaf membawa tubuh istrinya ke pelukan, mengusap punggung Lefi yang terguncang.

"Tuhan... Hiks... putriku..."

°°°

"Agrani!"

Tok tok tok!

"Agrani!"

Panggilan dan ketukan pintu itu terus berulang, bermula dari ketukan sopan sampai ketukan brutal saat beberapa menit telah berlalu tapi tak ada sahutan apapun.

"Agrani buka!"

Tok tok tok!

Lelaki dengan setelan jas itu terlihat frustasi. Wajah kalemnya tak bisa menyembunyikan kecemasannya.

AGRANI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang