| 10 : total |

717 36 20
                                    

ł Happy Reading ł
~
~
~
Kalo ada typo komen yak!

"Terimakasih sudah mau berkunjung Pa, Ma... kami sangat senang..." Kailash mengusap tangan Agrani yang berada di pundaknya, "iya kan, sayang?"

Bibir seksi yang semula lurus itu sedikit melengkung, menyatukan jemarinya dengan jemari Kailash. Basah, Kailash dapat merasakan tangan Agrani yang basah, berkeringat?

Manaf sejenak menatap putrinya tak terbaca, lalu kembali menatap Kailash penuh kasih.

"Lain kali kami akan kembali berkunjung, Mamamu ini orang sibuk," Mata teduh Manaf memandang wajah dingin Lefi tak terbaca. Lefi memutar matanya malas, apalagi melihat menantunya.

"Nanti mama telepon kamu ya sayang," ucap Lefi sambil menarik tangan Agrani, membuat tautan tangannya terlepas. Membawa tubuh ramping Agrani ke pelukannya.

"Kamu harus menuruti mama... hanya Mama yang bisa membantu kamu satu-satunya." Agrani hanya diam mendengar bisikan Lefi, tak lama ia mengeratkan pelukannya dan mengangguk.

Sepasang paruh baya itu pergi, menaiki Alphard hitam dan lenyap dari pandangan.

Melihat Agrani yang hanya terdiam, Kailash menarik tangan Agrani. "Kamu kenapa Aga?"

Agrani mengerjab, setelah tiga hari orang tuanya akhirnya pulang. Melelahkan sekali.

Kailash mengadah, menatap wajah ayu Agrani. Ia sadar, ada yang lain dari Agrani. Tapi apa?


°°°

Prang...

Suara benda berjatuhan menggema ke seluruh ruangan. Kertas-kertas yang sangat penting berhamburan di lantai, bercampur dengan serpihan kaca dari pecahan vas mahal.

Hatinya sangat marah, tapi wajahnya tetap terlihat tenang. Seperti samudra yang dalam namun terlihat dangkal, dia terlalu misterius untuk diterka dengan cepat.

Sebuah titah baru saja turun mengubah rencananya untuk segera kembali ke Indonesia. Perintah yang tak bisa diabaikan. Huh, sangat menyebalkan!

Tubuh tinggi itu membungkuk, mengambil kaca mata yang ikut terjun dari meja kerjanya. Tidak pecah, hanya perlu sedikit dibersihkan.

Kaca mata kembali terpasang di wajah malaikatnya, diikuti senyum manis andalan. Seolah lupa akan kemarahan yang membuat meja kerjanya berhamburan, berantakan.

Terlalu banyak wajah yang dia miliki. Sepatu pantofel hitam dengan harga yang menguras kantong itu berjalan menuju pintu meninggalkan kekacauannya.

Meski lebih sering dilapisi pakaian kasual, tubuh itu tidak kehilangan kharismanya saat setelan jas mahal melekat di tubuh gagahnya, malah makin menguatkan aura kaum elitnya.

Seorang pria lengkap dengan setelan jasnya, menunggu di ambang pintu sambil menatap tablet ditangannya.

Begitu orang yang ditunggunya datang, ia lantas sedikit membungkuk dan mengikuti tuannya dari belakang.

"Good morning sir, maaf untuk pembatalan penerbangannya. Tuan bes-" ucapannya terhenti melihat tangan tuannya terangkat. Tidak ingin menambah kekacauan suasana hati sang Tuan, Charles mengganti ucapannya.

"Pertemuan penting hari ini berlangsung pukul 10, lalu pukul 2 nanti anda memiliki janji temu dengan seorang gadis-" lagi, ucapannya segera diralat saat Tuannya menghentikan langkah.

"Maksud saya dengan tamu penting." Huh, menjaga mood tuannya adalah yang paling penting. Apalagi setelah pembatalan penerbangan.

Dari tadi Charles mendengar keributan yang tuannya buat di dalam ruangannya. Huh, mengerikan.

AGRANI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang