ł Happy Reading ł
~
~
~
Kalo ada typo komen yak!"Kai," alunan suara lembut itu menarik perhatian Kailash untuk menatap pintu kamarnya.
Di ambang pintu, wanita kesayangannya sedang tersenyum lembut. Berjalan menghampirinya sambil merentangkan tangan.
Begitu sampai dihadapkan Kailash, Ibu langsung memeluk tubuh putranya itu sayang.
Wajah pucat Kailash tampak berseri karena kehadiran Ibu, Kailash menduselkan wajahnya di curek leher Ibu. Bermanja.
Ibu merengangkan pelukannya, menangkup wajah Kailash.
"Kai, kamu kurusan," ucap Ibu sambil meraba tulang pipi Kailash yang makin menonjol.
Masih dengan senyumnya, Kailash menjawab tanpa beban.
"Kailash tidak nafsu makan Bu," Kailash kembali memeluk Ibu dan tanpa sengaja menatap Agrani yang menatapnya dari ambang pintu.
Tatapan mereka bertemu, sebelum akhirnya Agrani melengos dan pergi.
Ibu melepas pelukannya, mengusap tangan kurus Kailash penuh kasih sayang.
"Kai kenapa bisa sakit? Kata Grani kamu kelelahan," Ibu berucap dengan nada penuh kekhawatiran.
Kailash tidak suka ibunya khawatir, ia membalas usapan Ibu dan berucap dengan pelan.
"Mmm... Grani dan Kai-"
Belum sempat Kailash menyelesaikan ucapannya, Ibu seolah mengerti dan meminta Kailash tidak perlu melanjutkan ceritanya.
"Ah, Ibu paham rutinitas pengantin baru," ujar Ibu dengan nada menggoda membuat Kailash tersenyum tipis.
Entah rutinitas macam apa yang Ibu maksud, tapi Kai sangat berharap bisa menikmatinya. Sepertinya itu menyenangkan.
"Kai, apa kamu bahagia Nak?"
Kailash mengangguk sambil tersenyum tipis, setidaknya hari ini Kailash memang bahagia dengan Agrani. Bahagia dengan perhatian wanita dingin itu.
Ibu bernapas lega, dan mengucap syukur.
"Kalo begitu, jaga Grani baik baik ya Kai." Nasihat Ibu dengan tangan yang mengusap rambut Kailash.
"Pasti Bu, Kailash sayang banget sama Agrani," ucap Kailash dengan tulus. Matanya tampak berbinar menyebut nama Agrani.
"Ah, Ibu kesini selain berkunjung melepas rindu juga untuk mengingatkan Kai. Minggu ini peringatan kematian Ayah," suara Ibu memelan, ada nyeri saat mengucapkannya.
Ibu memasang senyum tergarnya, mengusap kepala Kai sayang. Lalu dengan penuh permohonan berucap, "Kailash bisa pulang dan menjenguk Ayah, kan?"
Senyum manis di bibir kering Kailash meluntur, berganti dengan senyum pahit.
"Harus banget Bu?" tanya Kailash retoris.
Nova menghela napas pendek sebelum menggenggam tangan Kailash.
"Kai kan anak Ayah satu satunya, kalo bukan Kai siapa yang akan mendoakan Ayah, hem?"
Dua pasang mata dengan warna iris yang sama itu saling tatap dengan arti tatapan berbeda.
Memohon dan takut.
"Kai ajak Grani juga, dia kan belum pernah mengunjungi Ayah." Bujuk Nova dengan hati yang berharap cemas.
Kailash hanya membalas permintaan Ibunya dengan gumaman pelan. Entahlah ia sanggup atau tidak mengunjungi Ayahnya.
Sekalipun telah tiada, Kailash masih mengingat jelas bagaimana sikap Ayahnya dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AGRANI
RandomJudul lama : Suami teraniaya Agrani benci ketidak sempurnaan, tapi sayangnya ia harus menikah dengan lelaki cacat penyakitan. ... Kailash berfikir, semua yang dilakukan Agrani padanya adalah bentuk kasih sayang, sekalipun dalam bentuk penganiayaan...