| 09 : Berubah|

519 20 10
                                    


ł Happy Reading ł
~
~
~
Kalo ada typo komen yak!

Yasha menatap malas jendela pesawat yang akan membawanya kembali ke Amerika, pekerjaannya sudah melambai-lambai untuk segera di belai. Kalo tidak sangat penting, mana mungkin Yasha ingin kembali dan meninggalkan Agrani tanpa pengawasannya. Semoga wanita itu bisa mengendalikan diri. Semoga.

Manik birunya beralih menatap tablet di tangannya, melihat pesan dari sang ayah yang memintanya untuk kembali.

__Dad

Yasha, my son... kau tak bisa terlalu lama disana, banyak pekerjaan yang harus kau lakukan disini. Cepatlah kembali!!!

Lusa aku ingin kau menghadap ku, atau semua rahasiamu akan musnah!

Hahaha...

Yasha menghela napas melihat ancaman ayahnya itu. Seperti anak kecil saja mainnya ancam-ancaman!

Ah, sudahlah. Ayahnya itu memang agak kekanakan.

Jari besarnya menggulirkan layar tab dan beralih ke galeri, mengetikkan sebuah kode dan muncullah gambar-gambar yang diambilnya secara diam-diam.

Agrani Mahesh Kriya.

Jarinya mengusap gambar wajah dingin itu penuh perasaan, "Dunia memang tidak adil padamu, andai kamu mau ikut kembali... yah, tapi ku harap kamu tidak hancur."

Yasha mencium gambar bibir Agrani, berimajinasi. 

"... Asal kamu tidak mencintainya, aku tidak akan khawatir sekalipun dia mencintaimu."

Yasha tahu arti tatapan Kailash. Sebagai sesama lelaki, Yasha tahu sekali betapa dalamnya tatapan Kailash untuk Agrani.

Apalagi tatapan terluka yang begitu jelas saat Yasha berciuman dengan Agrani. Semoga Kailash tidak berulah dan membuat semuanya berubah. Yasha benci perubahan.

°°°

"Lefi, kosongkan jadwal mu. Besok kita berkunjung ke rumah Agrani," titah seorang pria paruh baya dengan piama sutra yang melekat di tubuhnya.

Lefi, wanita yang di ajak bicara itu sedang melakukan serangkaian perawatan malamnya. Mencegah tanda-tanda penuaan menghiasi wajah ayunya.

"Baiklah, tapi ku harap kau tak mengganggu putrimu Mas." Balas Lefi dengan fokus masih pada cermin di depannya.

Hidung mancung yang serupa dengan milik Agrani itu di pijit pangkalnya. Menghela napasnya dan berucap dingin.

"Mana ada seorang ayah yang mengganggu putrinya, aku menginginkan yang terbaik untuk putri kita." Manaf menatap istrinya datar, dan tangannya terkepal saat mendengar ucapan Lefi selanjutnya.

"Cih, apa yang terbaik bagimu adalah menikahkan putri yang sempurna dengan lelaki cacat sepertinya?" Bibir seksi Lefi terangkat sebelah, lalu mengambil handphone di atas meja rias dan pergi ke kamar mandi.

Meninggalkan Manaf dengan berjuta pikiran yang selalu menghantuinya.       

Lefi mengunci pintu toilet, dan menghidupkan keran air wastafel. Meredam bunyi yang begitu rahasia.

Jari lentiknya menekan tombol-tombol handphone nya dan menghubungi seseorang.

Panggilan terhubung, tapi dari seberang sana hanya terdengar deru napas terengah.

Lefi tahu, ini sedang tidak baik. Putrinya sedang kambuh.

"Grani..." Lefi mencoba memanggil putrinya selembut mungkin. Jika menggunakan nada angkuh, Agrani tidak akan bisa disentuh.

AGRANI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang