| 06 : Mi |

391 26 4
                                    

ł Happy Reading ł
~
~
~
Kalo ada typo komen yak!

Pagi masih belum bercahaya, tapi dapur bernuansa putih coklat itu cukup gaduh. Beberapa kali terdengar bunyi benda jatuh.

Bibir itu menipis melihat panci berisi mi instan yang susah payah ia buat jatuh dengan malangnya di lantai dapur, tak menyiksakan sedikitpun untuk bisa mengisi perutnya.

Semuanya.

Panci yang ia gunakan itu menungging indah di lantai.

Perutnya terasa perih, hampir dua hari ia tak makan. Hanya air putih dan beberapa butir obat.

Dua hari sejak kunjungan Ibu, Agrani seolah melupakan kehadiran Kailash. Wanita itu tak keluar kamar sama sekali, tak ada yang membuatkan makanan untuk Kailash. Tidak lagi perhatian seperti hari itu. 

Dan Kailash sendiri terlalu lemas untuk memasak. Dan pagi ini Ia memaksakan diri dan hasilnya...

... Dapur berantakan. Karena tangannya bergetar setiap memegang benda yang ada di dapur, seperti panci berisi mi yang berakhir dengan tumpah dan berceceran di lantai.

Padahal itu satu-satunya makanan yang bisa Kailash makan. Tak ada makanan sama sekali.

Kailash rasanya ingin menangis, perutnya sangat perih, lapar sekali.

Akhirnya Kailash memutuskan untuk meminum air sampai kenyang.

Kailash menghampiri meja makan, meninggalkan dapur yang berantakan karena ulahnya.

Kailash menyandarkan kepalanya pada tumpukan tangannya di atas meja makan.

Menatap tudung saji berwarna putih, tangannya bergerak dan membukanya. Kosong.

Kailash tersenyum kecewa melihatnya, padahal ia sudah tahu, tapi tetap saja Kailash membuka tudung saji itu.

Meski kejam, dan bermulut tajam, Agrani ini pandai memasak. Dan tak perlu diragukan, masakannya sangat enak meskipun hanya sebuah masakan rumah sederhana.

Sungguh, Kailash pernah mencoba masakan Agrani beberapa kali, dan Kailash selalu menghabiskannya.

Agrani hanya akan masak sesekali. Dan itu pun adalah saat dia ingin.

Kailash juga sungkan meminta Agrani untuk memasak untuknya. Dan setelah dipikir-pikir, memangnya Agrani mau memenuhi permintaannya?

Disentuh sedikit saja menolak, risih sepertinya. Dan Kailash tidak membuat Agrani merasa tidak nyaman.

"Engh," bibir Kailash meringis. Nyeri di perutnya terasa menggila.

Kepalanya juga mulai pusing.

Ditengah kesakitannya, sebuah suara membuat perhatian Kailash teralih.

"Makanlah," ucap orang itu sambil menyimpan semangkuk bubur kacang hijau di depan Kailash.

Bubur kacang hijau dengan asap yang sedikit mengepul.

Mata Kailash berbinar dan menyantap bubur itu dengan rakus.

"Kelaparan, huh?" Suara dengan nada dingin itu menghentikan kegiatannya Kailash, mengangguk.

"Terima kasih," ucap Kailash sebelum kembali fokus pada buburnya.

Rasa bubur ini sangat lezat, ditambah rasa lapar yang membuatnya makin nikmat.

Agrani hanya menatap Kailash datar, memperhatikan bagaimana lahapnya ia makan seperti orang kelaparan.

Tidak tahu saja wanita ini, suaminya memang kelaparan.

AGRANI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang