| 12: Gila |

722 26 6
                                    

ł Happy Reading ł
~
~
~

Warning!
Part ini berisi kekerasan yang cukup ekstrim. Mohon bijak dan jangan ditiru. Ini Fiksi!!!






ANGHH... HHHH...

Jeritan itu adalah bunyi khas dari rumah berlantai satu itu sejak beberapa hari lalu.

Di rumah itu, hanya ada Agrani dan Kailash. Tidak ada siapa pun. Rumah mereka terpisah dengan rumah lainnya, jauh kemana-mana. Jarak tetangga paling dekat adalah sekitar 100 meter. Belum lagi halaman depan yang cukup luas.

Kailash membeku, beberapa hari ini terasa seperti jungkat jungkit, diangkat dan dijatuhkan disaat yang bersamaan.

Kailash di dudukan di atas kursi santai, dengan tubuh sedikit merosot. Dan tanpa sehelai benang pun. Hanya nasal canula yang membantunya bernapas.

Kedua tangannya kotor. Dengan cairan berwarna merah. Bukan darah, tapi sup pedas. Penuh cabai, yang dimasukan kedalam tubuhnya dengan paksa.

Tenggorokan Kailash terasa panas, air mata juga ikut menetes, dan perutnya bergolak. Beberapa hari ini terasa berat untuk tubuh, hati dan mentalnya.

Agrani, wanita itu sedang terbaring di lantai. Tidur, wanita itu tertidur setelah melakukan hal tidak menyenangkan pada Kailash.

Dan dapat Kailash pastikan, saat bangun Agrani akan menangis histeris. Meminta Kailash untuk bertahan-tidak, Yash. Agrani akan memanggilnya seperti itu. Lalu mengobatinya dengan penuh kasih sayang.

Hiks... hiks...

Kailash menangis mengingat semua itu. Seluruh tubuhnya terasa sangat sakit. Setelah Kailash pingsan karena tragedi tersungkur ke taman lalu bermain hujan, dan sesak napas, Agrani merawatnya. Seolah Kailash adalah benda rapuh berharga yang harus sangat dijaga.

Tapi, di tengah lelapnya Kailash dipaksa bangun. Iya, dipaksa. Karena ditengah udara malam yang dingin, Agrani mendorongnya jatuh ke lantai. Tanpa suara ataupun penjelasan Agrani menyeret tubuhnya ke taman belakang.

Diseret seperti hewan, bahkan lebih. Agrani menarik kerah belakang baju Kailash, hingga Kailash kesulitan bernapas-hampir kehabisan napas tapi Tuhan masih melindunginya, karena tiba-tiba mereka sudah tiba di taman belakang.

Uhukh-uhukh...

Wajah Kailash memerah kehabisan napas. Terbatuk hebat beberapa saat, hingga tubuhnya terangkat.

Uhukh... Akh...

Agrani meninggalkannya diluar. Dingin, hanya berbekal piama tipis berwarna abu-abu.

"Nghh... Heunghh..."

Hiks...

Kailash benci keadaannya sekarang. Bicara saja tidak bisa. Hanya lenguhan tidak jelas!

Lalu keesokan harinya Agrani berteriak histeris memanggilnya. Dan kembali merawat Kailash penuh cinta.

Kailash mengalami demam, seluruh tubuhnya sakit karena dinginnya udara malam dan lantai teras. Asmanya pun kambuh.

Dan itu belum seberapa.

Pagi itu, setelah mandi dan sarapan, dibantu Agrani tentunya. Kailash dibaringkan di sofa ruang tengah.

Agrani datang dengan semangkuk sup panas. Dan ...

Byur ... Sup panas itu jatuh mengenai tubuhnya, wajahnya juga meski sedikit.

arggh... sshh... ahhh...

Dan, setelah itu Agrani pergi tanpa rasa bersalah.

"Kamu bukan Yash... pembohong... pembohong harus dihukum!"

AGRANI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang