Diantara kelima anggota band yang mengalami kecelakaan Adero adalah yang memiliki luka paling parah, pemuda itu mendapatkan banyak perban di beberapa bagian tubuhnnya.
Ada lebih dari tiga dokter yang menangani Dero. Satu hari sebelum pemuda itu kembali ke tubuhnya, para dokter sudah bersiap memberi penjelasan untuk keputusan yang mungkin akan menghancurkan hati kedua orangtua Dero.
Malam itu tepat pukul 9, langit yang gelap tanpa bintang menambah suasana semakin menegangkan diruang rawat bernomor 551.
"Biasanya hujan akan turun jika sudah kayak gini, tapi entah kenapa gak ada pertanda gerimis.."
Ucap Naura, ibu dari lelaki yang kini tengah terbaring dengan banyak alat kedokteran tertancap pada tubuh nya. Naura tersenyum lirih, entah sudah berapa kali ia menitikkan airmata setiap kali melihat wajah Dero.
"Nak, bangun..bunda rindu sekali sama kamu"
"Ayah bilang bunda gak boleh nangis kalau di dekat kamu, tapi malam ini bunda sengaja datang sendiri nemenin kamu. Gantian, biasanya kan Dero yang selalu nemenin bunda kalau ayah lagi perjalanan dinas keluar kota"
Naura menunduk, isakan nya yang semakin kencang membuat pundak wanita berusia 45 tahun itu bergetar. Lalu dengan hati-hati ia menyentuh ujung-ujung jari si anak, mengelusnya pelan seolah takut putra kesayangannya itu akan terkejut dan menangis.
Naura kemudian bangkit dan memeluk Dero. Tangis nya pecah malam itu, seluruh airmata nya ia biarkan jatuh menetes membasahi kulit wajah sang anak yang mulai dingin karena lama tak tersentuh matahari. Sesaat kemudian Naura pun melepas pelukannya, ia seperti mengingat sesuatu dan segera menghapus airmata nya.
"Kamu inget gak dulu waktu kita baru pindah kamu ngambek sama bunda dan ayah karena kamu terpaksa harus pisah sama temen-temen kamu di sekolah"
"Dan malam nya kamu gak bisa tidur karna belum terbiasa dengan kamar baru kamu, habis itu kamu nangis sendirian disana. Terus bunda datangin kamu buat nemenin kamu tidur"
Naura terus berbicara meski mulai tidak jelas.
Ia perlahan mengelus kening Dero, menyingkirkan anak rambut yang menutupinya.
"Dero, kalau malam ini bunda nyanyiin lagu buat kamu, kamu janji ya kamu harus bangun..."
Wanita itu pun bernyanyi, suaranya merdu walaupun sedikit bergetar karena lagi-lagi ia menahan tangis.
|||
Sambil memeluk sang suami, Naura tidak berhenti meneteskan airmata saat melihat Dero akhirnya membuka mata. Rasanya ia masih tak percaya kalau Tuhan mengembalikan lagi putra kesayangannya.
"Tepat empat puluh sembilan hari. Kamu benar-benar berjuang sampai kembali lagi"
Ucap dokter Leo yang ikut merasa takjub melihat Dero kembali siuman.
"Setelah ini kita melakukan pemeriksan dulu ya"
Dero mengangguk sambil tersenyum pada sang dokter.
Setelah dua pria yang lebih tua keluar, Naura kembali mendekati Dero.
"Bunda.."
"Ya?"
"Apa bunda bernyanyi semalam?"
Naura tersenyum dan mengangguk, mata nya yang masih berkaca-kaca tidak sedikitpun lepas dari wajah putra nya.
"Suara bunda menuntun Dero pulang"
|||
Adero duduk meringkuk di sebuah ruangan hampa berwarna putih, ia hampir menangis karena merasa sudah ditinggalkan keempat kawan nya setelah mereka meninggalkan gedung apartemen tua. Sambil menyembunyikan wajah diantara lutut nya sayup-sayup Dero mendengar suara wanita bersenandung.
Awalnya ia merasa takut, bayang-bayang sosok lima wanita aneh masih menghantui nya. Dalam hati Dero terus meminta pada Tuhan agar kali ini ia benar-benar bisa kembali ke tubuhnya.
Kemudian ada suara lain yang terdengar dari kejauhan, suara perempuan memanggil-manggil nya sambil lirih. Namun suara itu semakin samar dan tergantikan oleh suara nyanyian yang sangat Dero hafal lirik lagu nya.
Dero pun bangun, ia terus mengikuti suara itu sampai akhirnya ia berhenti didepan tubuh nya.
"Bunda..."
"Dero pulang, Dero kembali.."
•|•
KAMU SEDANG MEMBACA
Apartment 341
Horror"Jadi, mereka atau kita yang sudah meninggal?" © Chi, Maret 2023