"Kalian sebaiknya balik, malam ini akan ada ritual khusus di dalam hutan. Biasanya warga kurang suka kalau ada pendaki yang melihat"
"Halah, bu, hari gini masih ada aja ritual-ritual kayak gitu. Emang gak takut dosa?"
Ini penjaga warung hanya tersenyum, wajar rasanya kalau pemuda kota berbicara seperti itu.
"Huss! Lo tuh kalau ngomong dipikirin dulu kenapa sih!"
"Eeeiii gak apa-apa"
"Maaf ya, bu, maafin temen saya ini kalau ngomong gak sopan"
Adit tersenyum canggung, takut-takut jika si ibu tersinggung dan memanggil warga untuk mengusir mereka.
"Ritual itu di adakan untuk mengantarkan arwah yang tersesat, bukan untuk pemujaan"
Evan, Aditya, Tian saling bertukar pandang lalu menatap Aini (nama ibu penjaga warung) dengan penasaran.
"Arwah yang tersesat? Maksud ibu disini ada pendaki yang diculik setan?"
Aini yang merasa ragu untuk melanjutkan ceritanya memilih diam sejenak.
"Bu?"
"Udah lah nak, kalian pasti gak bakal percaya juga sama cerita ibu"
"Bu, jangan tanggung-tanggung dong kalo cerita..penasaran nih kita"
"Iya gak apa-apa lanjutin aja, kita percaya kok"
Evan dan Aditya saling sahut.
Sementara Tian yang sedang menyeruput kopi nya tiba-tiba melihat sesosok perempuan berlari dari belakang pohon. Ia mengernyit namun memilih tak peduli.
"Setahun yang lalu ada dua anak perempuan yang hilang. Orangtua nya bilang anak nya itu izin pergi ke rumah nenek nya di desa sebelah. Karena anak itu mau pulang malam-malam, nenek nya melarang dan bilang agar anak tersebut pulang besok pagi"
"Tapi anak itu tetap pulang sendirian dan gak ketemu sampai sekarang"
"Terus anak yang satu nya?"
Aini menarik nafas, ia mulai merasakan bulu kuduk nya merinding.
"Bu?"
"Dia dari kota, seinget ibu dulu anak tersebut lagi kemah dengan sekolah nya tapi dia terpisah dan hilang begitu saja"
"Mereka semua usia berapa?"
"15 tahun"
|||
Evan, Aditya dan Tian tetap melanjutkan perjalanan mereka menaiki gunung. Semakin masuk ke dalam ketiganya mulai merasa suasana semakin mencekam karena langit yang sudah tampak gelap.
"Kita pasang tenda disini aja gimana?"
Ucap Evan pada kedua teman nya.
"Boleh deh, yuk"
Mereka pun mulai menyiapkan tenda dan juga peralatan memasak. Aneh nya hari ini jalur pendakian sangat sepi meskipun sudah memasuki masa liburan. Sepanjang perjalanan mereka bahkan tidak melihat pendaki lain yang naik, hanya ada satu rombongan pendaki yang turun.
Setelah tenda terpasang Evan, Tian dan Aditya duduk mengelilingi panci kecil yang sedang merebus kopi.
"Lo percaya sama cerita si ibu tadi?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Apartment 341
Horror"Jadi, mereka atau kita yang sudah meninggal?" © Chi, Maret 2023