IV

246 4 0
                                    

Bakar-bakar telah selesai dan para bayi besar masih juga pada belum bangun tidur.
"Jaem, Echan dan Renjun bangunkan bayi kalian ya"
Mereka bertiga menganggukkan kepalanya dan langsung pergi ke kamar masing-masing.

BRAK

"Hah-hah, a-apa tadi ha-hanya mi-mimpi"
Jeno langsung saja memegang kepalanya dan memijit nya pelan.
"Na tolong balik"
Sedari tadi itu hanya mimpi, mana ada kehidupan yang sesingkat dan semulus itu.

"Bahkan, disaat aku berusaha melupakan mu, kamu malah hadir di mimpiku seakan-akan kamu melarang ku untuk melupakan mu"
-Jeno

Jeno mengusap air matanya dan membuka hp nya, melihat nama kontak Jaemin yang awalnya di beri nama Nanaku sekarang hanya menjadi Jaemin. Membuka akun sosmed Jaemin dan mencari fotonya tetapi nihil, Jaemin sudah menghapus semua fotonya yang ada di akun sosmed nya.

Sekarang Jaemin sudah kuliah di Swiss dan Jeno juga 1 tahun lagi akan lulus S2, dan Jaemin masih 3 tahun lebih untuk lulus karena ia baru pergi sekitar 1 bulanan. Perbedaan umurnya dan umur Jaemin adalah 7 tahun, karena sekarang Jeno berumur 26 dan Jaemin baru 19 tahun.

Jeno beranjak dan langsung menuju ke kamar mandi, mencoba berendam agar pikirannya sedikit tenang. Setelahnya Jeno pun segera turun tanpa menghiraukan kedua orang tuanya yang memanggilnya menyuruh Jeno sarapan terlebih dahulu.

Mark, Jae dan Tae hanya dapat menatap kepergian Jeno dengan tatapan yang tidak dapat diartikan.
"Cinta mengubah segalanya"
Jaehyun berucap dengan melanjutkan makan nya.
"Biarkan saja, itu karma untuk nya"
Lanjut Taeyong dan hanya di angguki oleh Jaehyun dan Mark.

IV

Karena hari ini Jeno hanya ada 1 kelas saja ia pun memutuskan untuk pergi ke tempat yang sering ia kunjungi dengan Jaemin. Tetapi itu dulu, sekarang tempat itu hanya ada kenangan nya saja.
"Masih sama Na, ga ada yang berubah. Yang berubah hanya diri kita berdua"
Jeno berjalan menuju pinggir pantai dan menuju ayunan yang masih ada ukiran namanya dan nama Jaemin.

"Bagaimana aku bisa melupakan mu, sedangkan dunia tidak pernah mendukung ku"
Mendudukkan dirinya di ayunan dan menatap ayunan yang ada di sebelah kiri nya, membayangkan kenangan yang indah bersama nya dan wajah manis nan rupawan milik nya.

"Na, aku masih mengingat kalimat yang kamu ucapkan terakhir kalinya Na. Kalimat itu membekas di pikiran ku bagaimana bisa kau mengucapkan itu Na"
Jeno membuka sebuah kotak yang isinya terdapat foto-foto nya dengan Jaemin.

"Tidak semua yang hilang harus di cari dan tidak semua yang pergi harus kembali. Na, aku tak bodoh untuk tidak tau arti dari kalimat mu. Na, apa aku se brengsek itu, hingga kau menyuruhku pergi"
Pertahanan Jeno runtuh, air matanya mengalir melewati wajah rupawan nya.

"Makasih, makasih untuk semua lukanya. Sekarang aku udah paham Na, ganteng itu dihargai, ganteng itu pemenang nya, intinya ganteng itu segalanya, ya kan Na!?"
Lagi dan lagi mengusap bawah matanya agar air mata itu tak melewati wajah nya.

"Arghhh, sialan. Gara-gara percintaan gw hampir gila. Sadar Jen, sadar, tugas badut hanya menghibur bukan memiliki"
Jeno menampar kedua pipinya bergantian, tetapi akhirnya dirinya seperti orang gila, setelah berbicara sendiri, tiba-tiba berubah nangis, tiba-tiba marah, dan tiba-tiba nangis lagi.

"Aku iri padamu Na, dirimu yang mudah melupakan ku, tanpa harus stres seperti ku dan bodohnya aku masih terus memikirkan tentang mu"
Mengusap kedua pipinya dan setelahnya batu beranjak berdiri, berjalan menjauh dan pergi.

Selama perjalanan Jeno hanya melamun, ia masih memikirkan tentang Jaemin, kenapa Jaemin bisa sangat mudah melupakan dirinya. Sedangkan dirinya harus berjuang mati-matian agar bisa melupakan Jaemin.

*Ternyata benar kata orang dulu-dulu, Jika dia bukan jodohmu, kau kejar dengan segala cara pun akan tetap gagal. Sebaliknya jika dia jodohmu kau biarkan dan dirinya yang dikejar banyak orang dengan segala cara tetaplah kamu pemenang nya*
-Jung Jeno

*Aku terlalu mencintai nya, sampai  aku lupa mencari tau siapa pemenang di hati nya*
Batin Jeno, ia pun masih terus melamun dan hanya melihat ke arah jendela, mobil taksi yang ia tumpangi masih sama, mobil yang menjadi langganan karena sering lewat tempat itu. Dan mobil yang menjadi saksi akan cinta Jeno yang habis di Jaemin.

*Aku mencintaimu dan akan tetap mencintai mu, sampai kapanpun itu*

IV

Jeno memasuki rumah dengan mata sembab nya. Berjalan tanpa menghiraukan apapun dan tanpa memikirkan apapun itu.
"Jen"
Taeyong memanggil Jeno, Jeno pun menghentikan langkahnya dan berjalan menuju Taeyong.

Jeno pun disuruh untuk duduk di samping Mark.
"Jen lo kangen?"
Jeno menganggukkan kepalanya dan setelahnya memalingkan tatapan nya.
"Kangen suaranya, kangen ketawanya, kangen bicaranya, iya kangen, kangen banget malah, apalagi sama orangnya"
Tae memeluk Jeno dan langsung di balas oleh Jeno.

"Bubu"
Jeno mengangkat kepala dengan wajah nya yang sudah dihiasi air mata.
"Tau No, bubu tau gimana perasaan mu, tapi tolong jangan begini hanya karna tentang cinta No. Ayo lupakan No, bubu, daddy, abang dan Gyu akan selalu mendukung mu No.

Jeno menggeleng, ia sudah mencoba tetapi semuanya gagal.
"Aku sudah berusaha untuk lupa, tapi semesta selalu saja punya cara untuk membuat ku mengingatnya secara tiba-tiba. Jeno mau istirahat"
Tanpa memperdulikan sekitar, Jeno melenggang begitu saja dan pergi ke kamarnya.





Waktu berjalan begitu cepat, tak terasa Jeno sudah lulus begitu saja. Jeno juga sudah tak tinggal bersama kedua orang tuanya. Karena waktu kuliah Jeno sudah mulai berbisnis dan melanjutkan milik Jaehyun.

Kondisi? Kondisi Jeno masih sama, ia masih sering pergi ke pantai yang sering mereka kunjungi, yang berbeda hanya sekarang ia sering sekali menghilangkan stres nya dengan cara mabuk-mabukan dan merokok. Sedangkan yang dulu ia jika ingin menghilangkan stres ia akan melihat foto Jaemin dengannya.

Resmi sudah 1 tahun kelulusan Jeno, Jeno juga sering perjalanan ke luar negeri untuk menjalankan bisnis nya.
"Bubu, Daddy"
Jeno memeluk Taeyong dan tersenyum ke arahnya.
"My son"
Jaehyun merangkul Jeno dan memukul pelan pundaknya.

"Kau jadi pergi ke Swiss untuk perjalanan bisnis?"
Jeno menganggukkan kepalanya dan memeluk daddy nya itu.
"Ya dad, Apakah daddy tidak melihat koper yang sudah ku bawa"
Jaehyun hanya menganggukkan kepalanya dan memukul pelan pundak anaknya itu.

"Bang Jeennnn!!!!!"
Jeno refleks menutup kedua telinganya saat Gyu yang memanggilnya dengan sangat keras.
"Gyu ikut ke Swiss ya"
Ucap Gyu dengan mengedip-ngedipkan matanya agar diberi izin oleh abangnya itu.

IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV
IV



After Break Up [NOMIN] [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang