18 ; Kesal

136 3 0
                                    

PEMBUKAAN
Selamat membaca. Part ini lmyan panjang gengs, enjoy ;)

Aluna duduk di dalam mobil sambil melihat ke luar jendela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aluna duduk di dalam mobil sambil melihat ke luar jendela. Di pangkuannya ada sekotak cemilan yang tadi sengaja ia beli untuk diberikan kepada Matthew. Selesai berbincang mengenai rencana party nanti malam, Aluna pulang di jemput oleh Taylor. Alih - alih pulang ke rumahnya, Aluna malah meminta Taylor untuk untuk mengantarkannya ke kantor Matthew.

Ia berniat membujuk langsung sambil mengajak kakaknya itu makan siang bersama. Aluna pikir, dari pada ia meminta izin melalui telpon, ada baiknya jika ia menemui Matthew dan bicara langsung dengan kakaknya itu.

Tak lama waktu berselang, mobil yang di tumpangi Aluna sampai di depan gedung perusahaan. Terkadang, Aluna tidak menyangka jika perusahaan milik keluarganya ini sangatlah besar dengan jumlah karyawan yang cukup banyak. Namun di sela itu pula, Aluna mengucap syukur sebesar - besarnya karna Tuhan telah memberikan kesempatan padanya untuk menjadi bagian dari keluarga ini.

"Pak, anda bisa pulang saja. Nanti aku akan minta kak Matthew yang mengantarku pulang," ujar Aluna pada Taylor.

Taylor menoleh ke belakang, ia tersenyum tipis. "Baik Nona. Namun jika nanti tuan muda tidak sempat atau sedang sibuk, nona bisa langsung menghubungi saya untuk menjemput nona," ujar Taylor.

Aluna mengangguk sembari tersenyum. Selama Taylor bekerja sebagai supir pribadinya untuk bepergian, Aluna selalu merasa nyaman. Caranya berkendara, berbicara, dan kosa kata yang Taylor gunakan sangat membuat Aluna nyaman meski umur beliau jauh di atas Aluna.

"Baiklah, terimakasih kalau begitu." Aluna lekas keluar dari mobil sambil membawa cemilannya untuk Matthew.

Ia melangkah masuk kedalam Lobby perusahaan. Beberapa karyawan yang mengenalinya tertunduk menyapa, beberapa lain tampak sibuk berjalan dengan ponsel atau tablet di tangan mereka. Aluna pun menebar senyuman ramah kepada semua orang yang menyapanya, lalu lekas berdiri di depan Lift sembari menunggu kedua sisi pintu besi itu terbuka.

Setelahnya, Aluna menekan angka tertinggi dari semua tombol lift yang ada. Di sanalah kantor Matthew berada. Di lantai paling tinggi di gedung ini. Aluna bersenandung pelan untuk mengusir sepi yang menyelimuti sekitarnya. Hanya Aluna sendiri yang berada di dalam lift ini, beberapa karyawan lain memilih menggunakan lift yang berbeda darinya meskipun ia tidak masalah jika ada orang lain yang bergabung.

Tak lama waktu berselang, akhirnya pintu lift kembali terbuka. Ia berjalan keluar lalu melangkah cepat menuju pintu ruangan Matthew. Di lihatnya, sekitaran ruangan ini sangat sepi, bahkan Joe tidak ada di mejanya. Aluna terus berjalan dan masuk ke dalam ruangan Matthew. Ruangan besar itu juga kosong, tidak ada siapapun disana. Aluna sedikit bingung, apakah Matthew sedang rapat? Atau sedang keluar?

Ah sepertinya ia datang di waktu yang kurang tepat. Memang, salahnya sendiri yang datang tanpa kabar. Namun, Aluna berniat memberi kejutan untuk Matthew. Kejutan seperti apa yang di beritahu terlebih dahulu bukan.

Matthew & AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang