23 ; gelisah

94 4 0
                                    

PEMBUKAAN

Aluna diam merenggut sambil melihat keluar jendela

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aluna diam merenggut sambil melihat keluar jendela. Matanya memandang kelap - kelip lampu kota yang indah dengan pikiran bercabang di kepalanya. Sesekali, Aluna juga melirik ke arah Matthew yang duduk di sampingnya. Pria itu tampak asik memandangi layar ponselnya dengan raut serius. Entah apa yang ia perhatikan di sana, namun sepertinya ada hal penting yang Matthew lihat dalam benda kecil itu.

Spontan Aluna pun menghela nafas kasar sembari mengalihkan pandanganya. Tidak ingin menganggu Matthew yang sedang sibuk di sebelah nya. Pikiran gadis itu semakin berkecamuk mengingat cerita dari Emily sore tadi. Wanita itu dengan girang berbagi cerita kepada semua orang mengenai hal yang ia dan Matthew lakukan di toko aksesoris.

Dengan semua cerita yang Aluna dengan, entah mengapa bayangan kebersamaan Matthew dan Emily terus memenuhi kepalanya tanpa bosan.

"Hei!" Suara lembut nun tegas dari Matthew terdengar menggema di telinga Aluna.

Gadis itu lekas sadar dari lamunannya dan menoleh, "Ya?" Aluna menatap wajah Matthew bingung.

"Apa yang sedang kamu pikirkan? Apakah ada masalah yang membuatmu tidak nyaman?" Matthew menyentuh tangan Aluna dengan gerakan lembut. Ia menatap intens kedua bola mata Aluna untuk mencari jawaban lain di mata gadis itu.

Aluna menimbang sejenak, rasanya tidak mungkin jika ia mengungkapkan keluhannya kepada Matthew sekarang. Rasanya, sebagai adik ia tidak berhak melarang kakaknya untuk dekat dengan wanita manapun. "Tidak ada masalah apapun kak, aku hanya sedang memikirkan kampus mana yang menerima ku nanti," bohong Aluna.

Matthew tidak langsung menjawab, ia masih sibuk menatap mata Aluna dalam - dalam. Namun ia tidak menemukan apapun di sana. Matthew pun menghembuskan nafas pelan, "Jika memang itu yang kamu khawatirkan, maka kamu tidak perlu lagi memikirkannya. Biar kakak saja yang mencari tau universitas terbaik yang cocok denganmu," Jawab Matthew di ikuti senyuman tipis yang menenangkan.

Namun senyuman itu tidak dapat mengurai gemuruh di kepala Aluna. Wajahnya yang masih memasang raut murung itu membuat Matthew kembali bingung. Ia penasaran pada apa yang sedang adiknya ini pikirkan. Lamunan nya tampak sangat berat dan penuh kegelisahan. Matthew merasa sepertinya jawaban Aluna soal universitas tadi hanyalah bohong belaka.

Matthew menarik nafas pelan lalu ikut terdiam, pria itu enggan kembali bertanya lebih dalam. Ia memilih untuk memberikan ruang bagi Aluna meresapi isi pikirannya sendiri.

Hal ini bukan berati Matthew tidak perduli pada Aluna, ia jelas sangat memperdulikan Aluna melebihi apapun di atas muka Bumi ini. Aluna adalah gadis yang sangat ia cintai, jelas Matthew selalu memperhatikan dan mengkhawatirkan Aluna lebih dari dirinya sendiri. Matthew ingin melihat perkembangan Aluna hingga acara makan malam ini selesai nanti, jika sampai acara berakhir tapi Aluna masih menunjukkan raut wajah murung nya, barulah Matthew akan bertanya lebih dalam pada gadisnya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Matthew & AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang