13 ; Emily

121 3 0
                                    

P E M B U K A A N

P E M B U K A A N

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Matthew POV

Rapat yang panjang itu akhirnya selesai dengan baik. Semua masalah kini sudah cukup teratasi oleh berbagai solusi. Kini saat nya aku kembali ke ruangan kerja untuk beristirahat sejenak. Tubuhku lelah, kepala ku terasa nyeri sekali. Mungkin ini efek dari aku yang terlalu keras berpikir ketika rapat tadi.

Sungguh, masalah kali ini benar - benar banyak sekali. Mulai dari kualitas bahan mentah untuk produk furniture yang menurun, banyaknya keluhan yang masuk dari beberapa item elektronik keluaran terbaru di klaim terlalu cepat rusak hingga mungkin perusahaan harus menarik beberapa item tersebut dari pasaran untuk di cek kembali. Belum lagi ada pula masalah dari kapal pesiar. Salah satu tamu elite mengkomplain jika makanan yang di sajikan tidak higienis dan kebersihan kapal tidak terjaga dengan baik. Sebenarnya masalah itu seharusnya cukup di tangani oleh manager kapal saja, namun karna yang mengkomplain ini adalah salah satu tamu Elite yang juga rekan bisnis ku, jadi aku harus turun tangan langsung untuk meninjau masalah - masalah yang ada.

Setibanya di ruangan, aku langsung merebahkan tubuhku pada sofa. Rasanya sungguh nyaman sekali ketika seluruh tubuhku sudah tergeletak di atas sofa ini. Ku pejamkan mata untuk mengistirahatkan kepalaku sejenak, berusaha untuk menenangkan pikiran agar nyeri di kepalaku bisa berkurang walau hanya sedikit.

Derrtt....

Ponselku bergetar, sebait tulisan kecil tertera pada layar. Pesan kecil itu dari Aluna, gadis kesayangan ku itu tadi meminta izin untuk pergi dengan temannya, tentu aku memberikan izin untuk itu.

Setelah kejadian Aluna menghilang hari itu, aku menjadi lebih banyak berpikir. Aku mulai mengoreksi diri, mengenang kembali semua tindakan bodoh dan tidak pantasku kepada Aluna. Melalui semua renungan itu, aku pun sadar, aku tidak lagi bisa memaksakan kehendak ku kepada Aluna. Semua paksaan serta larangan ku terhadap Aluna tampaknya bukan membuat Aluna merasa hal - hal yang aku inginkan. Melainkan, itu membuat Aluna merasa tertekan dan mungkin gadis itu mengalami stress ringan akibat ulahku.

Lagipula, satu hal yang juga baru aku sadari setelah kejadian itu. Aluna adalah remaja yang beranjak dewasa, tentu di usianya saat ini, sedikit banyak pasti ada jiwa - jiwa pemberontak tumbuh di dalam dirinya. Dan jiwa itu tidak bisa ku kalahkan dengan paksaan, haruslah dengan kelembutan dan kasih sayang. Aku pun sadar, jika ingin menaklukkan Aluna dengan status kami yang sebagai saudara di atas kertas ini, sepertinya aku memang harus mengubah caraku 180° dari yang kemarin.

Karna Aluna adalah remaja, maka aku pun harus kembali ke masa remaja untuk menaklukkan hatinya.

"Kak, maaf tapi sepertinya aku akan pulang terlambat. Katerine minta di temani membeli beberapa barang lagi, dan kami masih belum menemukannya,"

Setelah mengerti dengan pesan dari Aluna, ku putuskan untuk membalas.

"Baiklah, tetap kabari kakak jika ada perlu apapun ya,"

Matthew & AlunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang