Happy Reading.
.
.Disebuah lembah tidak berpenghuni.
Terdapat seorang remaja yang sedang fokus berkultivasi, jika dilihat dari perawakannya, pemuda tersebut berusia sekitar 16 tahun.
Namun belum tentu umur aslinya segitu.
Sang remaja tidak lain ialah Samuel, dia berada dipuncak kultivasinya dan sebentar lagi akan menghadapi percobaan dari petir surgawi.
Beberapa saat kemudian, bulu matanya bergetar pelan, kelopak matanya mulai terbuka secara perlahan, menampilkan mata biru sejernih lautan yang tersembunyi dibaliknya.
Samuel mendongak keatas, terdapat awan hitam membentuk pusaran dengan kilatan petir berkumpul diatas kepalanya.
Dia tidak panik sama sekali, karena Samuel sudah pernah menghadapinya beberapa kali.
Seperti yang pernah dia lakukan sebelum-sebelumnya, Samuel menciptakan barrier yang menutupi seluruh tubuhnya
Setelah itu beranjak dari tempatnya ke area yang lebih luas, dan petir pertama menyambar dirinya, namun tidak berdampak apa-apa, bahkan barriernya masih seperti semula.
Tetapi tidak dengan area disekitarnya.
Saat petir kedua tiba, kekuatannya juga ditingkatkan, terbukti dari barrier Samuel yang hancur dan dengan cepat diperbaiki oleh empunya.
Seiring berjalannya waktu, setiap kali menerima baptisan dari petir surgawi, Samuel akan menyerap kekuatan tersebut untuk menjadikan energinya.
Dan tidak terasa, petir ketujuh, bisa dikatakan juga petir terakhir sedang bersiap-siap untuk melaksanakan janji mereka, yaitu berkencan di sore hari yang indah ini.
Namun Samuel sudah terluka akibat saudara-saudara petir sebelumnya, darah merah tanda cinta antara dia dan petir surgawi sudah menghiasi dirinya.
Jadi dia tidak ingin berlama-lama dengan petir terakhir.
Mengertakkan giginya, matanya masih cerah tanpa rasa takut sedikit pun dan mata itu menatap langit dengan penuh tekat.
Segera, tabrakan antara petir surgawi dan energi yang sangat kuat dari tubuh Samuel saling berciuman diudara.
Kedua pihak saling menekan, tidak ada yang mau menyerah, dan pada akhirnya, petir surgawi harus mundur dan membiarkan Samuel menang.
"Hah hah... Uh melelahkan...."
Samuel berbaring terlentang diatas tanah tandus akibat kejadian tadi, nafasnya masih ngos-ngosan, dia memejamkan mata sambil memperbaiki kembali tubuhnya.
Hingga dirasa tidak terlalu sakit, Samuel beranjak duduk sambil mengeluarkan makanan dari ruang jiwa.
Ruang jiwa adalah artefak khusus dari klan rubah ekor sembilan, harus mencapai tingkat khusus untuk membukanya, dan ruang jiwa sama dengan ruang penyimpanan, hanya saja, jika pemilik mati maka ruang jiwa juga akan musnah bersama pemiliknya, jadi semua harta diruang jiwa tidak akan bisa dirampas oleh siapapun kecuali pemiliknya.
Inilah alasan Samuel sangat menyukai ruang jiwanya, bahkan status ruang jiwa lebih tinggi dari pada siapapun yang pernah dia kenal.
Samuel memakan makanannya dengan lahap, wajahnya penuh dengan kebahagiaan, dan senyum cerah tidak pernah hilang dari wajah kotor yang tidak bisa menutupi keimutannya.
Setelah ini dia akan kembali ke klan untuk pamer, seperti yang pernah dia lakukan setiap kali melewati percobaan petir surgawi.
Setelah menghabiskan makanannya, Samuel berdiri sambil menepuk-nepuk debu di pantatnya.
Dia mengeluarkan sebuah pil berwarna hijau.
Menutup matanya, menahan nafas lalu membawa pil tersebut ke mulutnya.
Dia tidak tahan dengan rasa pil ini yang sangat pahit.
Dan dia tidak menyadari bahwa ada bahaya yang mendekatinya.
DUARRRR!!
"HUWAAA, DEWA LANDAK LICIK...."
DUARRRRR!!
"Hiks, dasar dewa monyet.... Tikus, dasar curang hiks....."
Sungguh disayangkan, sepertinya cita-citanya untuk kembali keklan tidak bisa dicapai.
Karena tidak ada angin, tidak ada hujan, sebuah petir dengan kekuatan yang sangat dahsyat dari petir-petir sebelumnya tiba-tiba saja muncul, dan menyambar Samuel yang bahkan belum sempat menelan pilnya.
Pertahanan terakhir mengubah Rafael kembali kebentuk aslinya, rubah ekor sembilan.
Namun dia hanya bisa berbaring lemah, bulu-bulu putih lembutnya saat ini kembali berlumuran darah, dan mulutnya masih bergerak-gerak menyebut berbagai macam nama binatang.
Dia sangat sedih, padahal dia masih bahagia dan ingin merayakan keberhasilannya.
Tetapi dewa ular licik itu sungguh sangat keterlaluan.
Namun, apapun alasannya, Samuel hanya bisa menerima semuanya dengan lapang dada.
Matanya mulai tertutup bersamaan dengan berhentinya nafasnya.
Dan tak lama kemudian, tubuhnya melebur menjadi bintik-bintik cahaya yang terbang entah kemana.
Kasihan.
Masih muda.
Apalagi menikah, pacaran pun tidak pernah.
Semoga saja jiwanya bisa tenang.
Dan satu hal yang tidak diketahui oleh Samuel ialah makhluk lain yang ikut tersambar bersamanya.
Padahal dia hanya lewat untuk mencari harta karun.
Kasihan.
.
.Tbc.

KAMU SEDANG MEMBACA
Samuel
Viễn tưởngSamuel, seorang kutivator iblis, lebih tepatnya iblis rubah yang akan menghadapi petir surgawi untuk menerobos ke tahapan selanjutnya. Namun sungguh disayangkan, Samuel harus tewas akibat kecerobohannya. Tetapi ini adalah awal dari kehidupan barun...