TUJUH

11 0 0
                                        

(2) Dalam Perjalanan, Teguh merasa sangat panik, bagaimanapun dia merasa tidak nyaman dengan semua alur yang terjadi mendadak saat ini.

Sesampainya Teguh di ruang kesehatan Dr. Berkinson memperhatikan Teguh dengan seksama. "Apa yang terjadi, Tuan Herman? Anda terlihat agak pucat. Apakah Anda merasa tidak enak badan?"

Teguh, masih mencoba menyesuaikan diri dengan situasi, menjawab, "Eh... ya, dokter, saya merasa agak pusing dan perut saya keroncongan."

Dr. Berkinson tersenyum lembut, "Oke, mari kita periksa lebih lanjut. Silahkan berbaring di sofa ini."

Teguh mematuhinya dan merasa semakin tidak nyaman. Dokter memeriksa tekanan darah, detak jantung, dan beberapa tes sederhana. Teguh terus berpikir bagaimana dia bisa keluar dari situasi yang semakin membingungkan ini.

Setelah pemeriksaan selesai, Dr. Berkinson duduk di depan Teguh, "Tuan Herman, secara fisik, Anda sehat. Namun, mungkin ini lebih terkait dengan stres atau ketegangan. Apakah ada sesuatu yang membuat Anda khawatir belakangan ini?"

Teguh ragu sejenak, lalu mencoba menjawab dengan canggung, "Eh… ya, dokter. Saya baru saja mengalami perubahan besar dalam hidup saya dan rasanya sulit untuk beradaptasi."

Dokter mengangguk paham, "Beradaptasi dan memahami terhadap perubahan memang bisa mempengaruhi diri kita. Tetapi ingatlah bahwa Anda tidak sendirian, dan saya di sini untuk membantu. Jika perasaan ini terus berlanjut, mungkin kita bisa mencari solusi bersama."

Teguh mengangguk, merasa sedikit lega mendapat pemahaman dari dokter. "Dok bolehkah saya beristirahat sebentar di sini." Teguh ingin mencoba untuk mendapatkan waktu barang sedikit waktu di ruang kesehatan untuk memikirkan apa saja yang telah terjadi dan menjernihkan kepalanya.

"Baiklah, tapi hanya untuk jam pelajaran pertama, setelah itu kamu harus mengikuti pelajaran di kelasmu." Mengingat test fisika yang sedang berlangsung Teguh menjadi panik dan berharap jam pelajaran berikutnya tidak ada ujian lainnya.

(4) Teguh merenung, bagaimana beradaptasi tanpa membongkar rahasianya yang sebenarnya. Teguh mengambil napas dalam dan mencoba berpikir, "Aku harus waspada."

(6) Di dalam renungannya, Teguh terus berpikir bagaimana caranya menyembunyikan rahasianya dan mencari jawaban atas dugaannya itu. Bel istirahat berbunyi, Teguh bersiap untuk kembali ke kelas.

(8) Sisa waktu di sekolah dilalui Teguh tanpa halangan yang berarti. Tentu ada banyak kebingungan selama menjalani peran sebagai Tuan Muda Herman yang berjiwa ambisius, namun dengan pengamatan yang dalam dan tekad kuat, Teguh mampu beradaptasi dengan baik. Meskipun mengalami banyak kesulitan Teguh sangat menikmati perannya sebagai Tuan muda Herman. Hidup bergelimang harta dan ketenangan merupakan mimpinya sejak dulu. Terbesit dalam otaknya untuk bisa menikmati kehidupan mewah ini secara permanen.

Jika tidak diajak berbincang oleh teman Herman ketika menuju gerbang sekolah, Teguh akan melangkahkan kakinya ke halte terdekat untuk naik bus. Sebenarnya dia memikirkan angkot yang tarifnya lebih murah, namun ketika berangkat dia tidak menemukan pangkalan angkot di dekat sekolah. Untungnya temannya itu bertanya tentang mobil jemputan, yang mana hal tersebut baru menyadarkan Teguh pada kebiasaan orang kaya bahwa mereka berangkat dan pulang sekolah dengan fasilitas antar jemput. Teguh bingung cara menjawab pertanyaan tersebut karena dia tidak terbiasa dengan hal ini, untungnya sedetik kemudian ponselnya berdering yang menandakan pesan masuk. Kontak bernama Pak Susilo muncul di depan layar dengan pesan mobil jemputan akan terlambat 10 menit karena jalanan macet. Teguh pun menyampaikan hal tersebut pada teman Herman.

TUBUH YANG TERTUKAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang