(7) Hera dan Teguh berjalan ke arah toko buku beriringan tanpa ada perbincangan apapun. Teguh bingung bagaimana memulai pembicaraan dengan Hera, dia khawatir malah membuat hubungan Herman dan Hera menjadi kacau jika salah bicara. Jadi selama perjalanan ke toko buku Teguh memilih diam dan mengikuti Hera disampingnya.
Teguh membukakan pintu toko buku untuk Hera dan menahan pintunya sehingga gadis itu dapat masuk terlebih dahulu. Hera berhenti sebentar dan memandang heran Teguh, namun tetap melanjutkan berjalan ke dalam toko buku tersebut.
Toko buku tersebut tidaklah ramai, tetapi tidak juga sepi. Suasana toko buku ini tenang dengan alunan lagu yang Teguh tidak pahami, tetapi nyaman didengar telinga Teguh. Selagi mengikuti Hera dari belakang, Teguh mengamati toko buku ini dengan takjub. Rak-rak buku yang menjulang tinggi diisi penuh oleh buku-buku.
"Pasti semua jenis buku ada di toko buku ini," pikir Teguh.
(8) Ketika berkeliling mereka berpencar. Hera menuju bagian puisi dan sastra, meninggalkan Teguh seorang diri. Awalnya Teguh kebingungan tapi dia mengikuti saja apa yang diinginkan gadis itu, dia pun lanjut berkeliling tak tentu arah.
"Wow aku tidak menyangka akan menemukan komik disini. Ternyata toko buku kelas atas menyediakan komik juga." Teguh mulai berkeliling di bagian rak koleksi komik. Dia kagum dengan koleksi komik di toko buku tersebut yang sangat lengkap. Dia mengambil tiga komik detektif Conan keluaran terbaru yang belum sempat dia baca. Dulu dia sangat menginginkan komik itu, tapi karena uangnya terbatas dia tidak sanggup membelinya. Sekarang dia telah menjadi orang kaya, semua series Detektif Conan dari awal sampai akhir pun sanggup ia beli.
"Sayang!" sapa Hera menghampiri Teguh.
"Kamu sedang apa disini? Tidak seperti biasanya kamu tertarik pada komik. Biasanya kamu langsung menuju bagian novel misteri. Ini ada karya penulis favoritmu Keigo Higashino yang baru dirilis, judulnya Angsa dan Kelelawar. Aku membelikan ini untukmu sebagai hadiah. Kamu suka kan?" ucap Hera dengan riang.
"Keigo Higashino? Penulis favorit? Namanya saja aku baru dengar sekarang," ucap Teguh dalam hati.
Meskipun kebingungan Teguh berpura-pura senang menerima hadiah dari Hera. Dia ingin membalas membelikan Hera buku favoritnya tapi dia tidak tau selera buku gadis itu seperti apa.
(1) Tiba-tiba saja, dia melihat sekilas dan menemukan buku berjudul 'Surat Untuk Hera' yang menarik perhatiannya. Dia memberikan buku itu kepada Hera. "Apa kau menyukai ini? Namanya sama sepertimu."
"Ah, iya, terima kasih," jawab Hera. Dia teringat bahwa Herman pernah memberikan buku itu saat masih pre-order kepadanya.
Teguh tidak mengerti tingkah laku Hera yang mendadak berubah. Gadis yang sebelumnya begitu riang menjadi lebih tenang. Gadis itu membayar buku-buku yang mereka beli.
"Ini untukmu." Hera memberikan buku berjudul Angsa dan Kelelawar itu kepada Teguh. Di bawah buku itu ada buku berjudul ‘Surat Untuk Hera’ yang dipilih Teguh. "Terima kasih sudah menemaniku hari ini. Aku sadar bahwa kamu bukanlah Herman."
"Eh... Ti-tidak."
"Kamu tidak perlu berpura-pura! Kau pikir sudah berapa lama aku mengenal Herman? Aku sudah bersamanya selama dua belas tahun! Aku tahu semua tentangnya; impiannya, hal yang disukainya, hal yang dibenci olehnya. Aku menyenangi senyuman manisnya dan juga senyuman liciknya. Aku suka semua tentang Herman." Hera memberi jeda sejenak dari percakapannya itu. "Kau tidak perlu berpura-pura lebih lama menjadi Herman. Kekasih yang kucintai tidak ada disini bukan? Dimana Herman sekarang?"
Gadis itu menatap Teguh dengan tajam, seolah hendak bersiap menerkamnya. Teguh tidak punya alasan untuk mati disini dengan berbohong kepada gadis itu. Dia menyadari konsekuensi dari tindakannya.
"Akan ku jelaskan padamu, identitas diriku yang sesungguhnya dan bagaimana kami bertukar tubuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
TUBUH YANG TERTUKAR [END]
Dla nastolatkówCerita ini merupakan cerita bersama yang dirangkai oleh beberapa orang; ide yang ada di cerita dibiarkan mengalir dan melatih para penulis untuk mengembangkan kemampuan menulis masing-masing. ---> intro Herman tidak menyangka akan berakhir seperti...