(2) Setelah pertemuan berakhir, seorang pelayan mengantar Ayah Teguh ke kamar tamu untuk beristirahat. Tentunya sebagai anak yang berbakti Teguh juga ikut mengantarkan. Ayah Teguh bertanya kepada Teguh tentang apa yang sudah terjadi. Teguh menceritakan semua yang dia alami dari dia yang tiba-tiba bangun di tubuh Herman hingga dia yang diinterogasi oleh keluarga Herman setelah identitasnya terungkap. Teguh diperintahkan untuk tetap berpura-pura menjadi Herman hingga Herman yang asli kembali ke rumah. Keluarga dan beberapa pelayan tertentu yang mengetahui situasi saat ini.
Mendengar cerita anaknya, sang Ayah langsung memeluk Teguh untuk menghibur. Tak lama kemudian seorang pelayan datang membawakan pakaian ganti untuk Ayah Teguh. Pelayan itu memberitahukan bahwa akan ada makan malam keluarga dan mereka diminta untuk hadir. Teguh meninggalkan Ayahnya untuk bersiap dan menuju kamar Herman.
(4) Seketika Ayah Teguh mencoba baju yang disediakan oleh pelayan. Sebelum itu, ia mengelus bajunya dengan berbicara dalam hati, "Andaikan punya baju seperti ini, perlu kerja berapa lama ya?"
(2) Ayah Teguh memandang seisi kamar dan tampak sedih di wajahnya. Ia berharap suatu saat dapat menyediakan kehidupan yang layak untuk Teguh.
(4) Karena diperintahkan untuk berpura-pura jadi Herman, Teguh sudah terbiasa untuk menggunakan kamar Herman seperti kamarnya sendiri. Tetapi Teguh terkejut setelah bertemu Herman yang asli berada di kamar. Ekspresi yang ditampilkan Herman seakan siap untuk menghajar habis Teguh. Tiba-tiba dia teringat Herman yang mengumpat dan ingin menghajarnya dalam mimpi. “Apa dia akan menghajarku sekarang?” pikir Teguh.
Herman dan Teguh bertatapan, tetapi mata Herman memancarkan aura kemarahan. "Jadi kau selama ini tidur di kasurku?" tanya Herman.
"Ya mau bagaimana lagi," jawab Teguh.
Herman menghampiri Teguh, dia melihat setiap inci tubuh Teguh.
"Mau apa kau?" tanya Teguh yang mulai ketakutan.
(2) Herman memikirkan pesan Ayahnya sembari menunggu Teguh di kamarnya dengan penuh rasa emosi. "Herman, aku tau kau pasti jengkel dengan situasi saat ini, bahkan kau mungkin ingin memukul Teguh yang mengambil kehidupanmu. Ayah ingin kamu bersabar dan tidak melampiaskannya ke Teguh, terutama karena sekarang kalian bertukar tubuh, kedepannya kalian perlu bekerja sama sampai kalian dapat kembali seperti semula."
(4) Seketika Herman mendorong Teguh. Teguh pun terpental ke dinding, lalu tertimpa tumpukan barang. Herman melangkah dan mencengkram kerah Teguh. "SIALAN KAU!" Herman menggerutu di depan wajah Teguh.
(7) "Hei! Lepaskan aku" berontak Teguh berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Herman.
"Enak saja! Ini ulahmu kan bisa sampai kejadian tukar tubuh ini?" bentak Herman sambil tetap mencengkram baju Teguh.
Teguh ketakutan melihat emosi Herman sekarang. Herman tidak tau harus bereaksi seperti apa. "Aku tidak tahu sungguh.. sungguh... Lepaskan aku," pinta Teguh sambil memberontak.
(1) Seorang pelayan mengetuk pintu kamar tersebut, hal itu membuat Herman menghentikan tindakannya.
"Silahkan masuk!" ucap Herman.
"Selamat malam Tuan Herman dan Tuan Teguh. Makan malam telah siap," ucap sang pelayan.
"Terima kasih atas informasinya." Herman tersenyum kepada pelayan itu. "Kau sudah bekerja keras hari ini, Rachel. Jangan lupa untuk beristirahat dan makan dengan baik."
"Terima kasih atas kebaikan Anda," jawab pelayan itu.
Herman diantar oleh pelayan itu menuju ruang makan, Teguh pun menjaga jarak dan mengikuti di belakang mereka. Akhirnya mereka tiba di ruang makan.
"Ayah, aku harap kau segera menyingkirkan rakyat jelata ini dari kamarku," kata Herman ketus.
Ayah Teguh merangkul Teguh, mencoba menghibur anaknya.
"Ya, rakyat jelata harus disingkirkan dari sana," Axel menyetujui perkataan kakaknya.
"Mari berikan kamar untuk Teguh dan Ayahnya sampai permasalahan ini selesai!" kata Ayah Herman.
"Kita harus segera mencari tahu fenomena bertukar tubuh ini secepatnya!" kata Axel tegas.
"Mari pikirkan situasi terburuk. Jika mereka tidak bisa bertukar tubuh kembali..." Ucapan Hazel dipotong dengan cepat oleh Axel.
"HAZEL!" teriak Axel.
"Axel, kau tidak bisa selamanya menyembunyikan ini. Ini memang kemungkinan terburuk," ucap Hazel cepat.
"Ayah mengerti! Jika Teguh dan Herman tidak bisa bertukar tubuh ke tubuh aslinya, maka Axel yang akan menjadi penerus berikutnya," ucap Ayah Herman tegas.
"APA?!" Herman bangkit dari duduknya. Dia terlihat sangat kecewa dengan pernyataan ayahnya. Lalu, Herman memandangi Teguh dengan penuh amarah.
Teguh pun teringat percakapan antara Axel dan Hazel sebelumnya. Setelah menjelaskan identitas dirinya kepada Hera. Hera dengan segera memberitahukan informasi penting itu kepada keluarga Victrop. Lalu, Ayah Herman mengatur ulang jadwal kegiatan untuk Teguh dan membatasinya dengan lingkungan luar. Teguh pun diharuskan melaporkan hasil kegiatan hariannya kepada mereka.
"Jadi bukan kak Herman yang sebenarnya ya?" tanya Axel frustasi.
"Sepertinya begitu." Hazel masih memandangi Teguh dengan tajam. "Ini kejadian unik yang tidak masuk akal!"
"Benar, maaf. Aku tidak tahu harus apa," jawab Teguh bingung.
"Kita harus mencari kak Herman secepatnya! Kemungkinan terburuk adalah orang ini harus menggantikan peran kak Herman di publik," ucap Axel khawatir.
"Axel! Bagaimana mungkin boleh seperti itu?" Hazel sangat marah mendengar pernyataan terakhir itu. "Jika mereka tidak bisa bertukar tubuh kembali, maka yang menjadi pewaris selanjutnya adalah kau!"
"Ah! Sial. Aku pun berpikir begitu," jawab Axel kesal.
Anak itu tidak ingin menghabiskan seluruh hidupnya duduk di kursi yang sama seperti ayahnya. Dunia memang memandang pebisnis hidup enak dan bergelimang harta. Meskipun masih muda, Axel tidaklah bodoh. Dia tahu bahwa menjadi pemimpin sangatlah berat. Dia harus menanggung kemakmuran karyawan yang dipimpinnya. Setiap detik yang disia-siakannya untuk bersantai dapat menjadi bumerang untuk perusahaan. Produktivitas sangat penting untuk meningkatkan laba perusahaan. Seperti yang selalu dikatakan ayahnya, gagasan bahwa "Laba produksi harus diinvestasikan kembali untuk meningkatkan produksi" terdengar sepele. Namun dalam praktik nyata, gagasan itu berdampak besar pada perekonomian.
Mengingat hal itu membuat Teguh sadar posisinya sekarang. Teguh merampas semua kehidupan Herman. Dia merampas tubuhnya, kehidupan sosial gemilangnya, bahkan mungkin impian dan semua usaha Herman. Teguh pun tidak tahu harus bertindak bagaimana.
Herman berusaha menenangkan diri. "Baiklah, aku mengerti." Dia menyelesaikan makanannya dengan cepat dan kembali ke kamarnya.
"Teguh, akan ada kamar untukmu dan ayahmu. Untuk sementara waktu sebaiknya kau tidak mendekati Herman," ucap Ayah Herman.
"Baik, terima kasih atas kebaikan Anda selama ini," jawab Ayah Teguh.
Seorang pelayan datang dan mengantar mereka ke kamar tamu. "Mari Teguh, kita ke kamar."
KAMU SEDANG MEMBACA
TUBUH YANG TERTUKAR [END]
Novela JuvenilCerita ini merupakan cerita bersama yang dirangkai oleh beberapa orang; ide yang ada di cerita dibiarkan mengalir dan melatih para penulis untuk mengembangkan kemampuan menulis masing-masing. ---> intro Herman tidak menyangka akan berakhir seperti...