SEMBILAN BELAS

9 0 0
                                    

[Lima tahun kemudian]

(1) Hazel sedang duduk di tepi pantai. Di bawah sinar matahari yang cerah, seorang gadis datang dan duduk disebelahnya. Dia mengenakan gaun putih yang mengalir tertiup angin. Rambutnya yang panjang dan terurai di bahunya. Gadis itu menatap ke laut, matanya penuh kekaguman.

“Bagaimana kabar semua orang?” tanya gadis itu.

“Yah… Axel mengurusi pekerjaannya dengan sangat baik.” Hazel melepas kacamata hitamnya. “Kudengar Teguh menjadi guru Ekonomi di sebuah SMA negeri, wajah kak Herman yang rupawan membuatnya ditaksir banyak wanita. Sungguh bikin kesal.”

Memperhatikan ekspresi gadis itu, Hazel bertanya, “Masih memikirkan kak Herman?”

“Aku berusaha melupakannya, tapi tidak bisa.” Hera tidak pernah melupakan Herman sejak saat itu. Gadis itu menutup matanya, mencoba mengingat kembali kenangan mereka.

[Flashback]

“Kau tahu? Aku menemukan kalimat pembuka buku yang spektakuler,” ucap Herman kepada Hera.

“Beritahu aku!”

“Dalam luasnya antariksa dan panjangnya waktu, bahagia rasanya bisa menempati planet dan zaman yang sama denganmu, Hera!” kata Herman berusaha menggoda gadis di sebelahnya.

“IH GOMBAL BANGET! Tapi aku pun menyukai kalimat pembuka di buku KOSMOS itu. Carl Sagan menggambarkan betapa sayangnya dia kepada istrinya. Jika kau membaca kata pengantar buku itu, dijelaskan bahwa asteroid-asteroid yang dinamai berdasarkan nama mereka mengitari matahari dalam orbit berbentuk cincin pernikahan. Luar biasa romantis bukan?” kata Hera sambil tertawa kecil.

“Wah keren banget! Benar-benar romantis seperti kisah Romeo dan Juliet ya?”

“Tapi kau tahu tidak? Menurutku, kisah Romeo dan Juliet itu gak romantis. Malah sepengetahuanku, banyak kabar yang mengatakan bahwa kisah Romeo dan Juliet dibuat untuk menyinggung percintaan anak muda yang umumnya berpikiran dangkal dan mengatasnamakan cinta loh,” jelas Hera.

“Aku tahu! Tapi aku selalu senang mendengar penjelasan darimu. Kisah cinta favoritku mungkin, Odysseus dan Penelope!”

“Herman, aku tidak menyangka kau punya selera seperti itu,” ucap Hera. “Aku lebih suka kisah Orpheo dan Euridice!”

Hera masih mengingat dengan jelas memori itu, seolah baru terjadi kemarin. Gadis itu menghela napas dan berdiri. Dia berjalan ke tepi air dan menginjakkan kakinya ke dalam pasir. Airnya dingin dan menyegarkan. Dia tersenyum saat merasakan pasir yang basah di kakinya.

“Aku tahu lokasi kak Herman sekarang.” Hazel meneguk segelas es kelapa muda dan membenarkan topinya. “Ingin kuberitahu?”

Di suatu tempat yang jauh, seorang pria berjalan dengan santai di bawah langit tanpa bintang. “Saljunya mulai turun ya?” Saat hendak melanjutkan perjalanan, dia tampak terkejut mendapati seorang gadis sedang menunggunya.

“Ingin kutemani?” tanya gadis itu.

“Boleh saja.”

Pria itu tersentak kaget karena gadis itu tiba-tiba memegang tangannya. Perjalanan tampaknya terlalu cepat untuknya hingga sampai ke rumah. “Silahkan masuk,” kata pria itu sopan.

“Sesuai dugaanku. Herman, rumahmu sangat rapi dan bersih. Aku tidak menyangka kau  sendiri bisa merawat rumah ini dengan baik,” puji Hera.

“Terima kasih, aku suka lingkungan yang bersih. Oleh karena itu, aku merawat rumahku dengan baik,” balas Herman sambil menyediakan matcha latte panas untuk gadis itu.

Herman sangat senang menyaksikan ekspresi Hera yang sedang menonton film terbaru tentang perjalanan antariksa. Ekspresi bahagia Hera membuatnya ikut bahagia hingga tanpa sadar dia menyentuh tangan gadis itu.

“Kamu kedinginan? Atau pengen pegangan tangan lagi?” tanya Hera sambil tertawa kecil dengan langsung membalas sentuhan tangan Herman.

“Aku bisa baper loh kalo diginiin.”

Tampaknya pernyataan itu membuat Hera mendekat dan menatap ke arah Herman, yang justru membuat pria itu semakin tidak bisa mengendalikan detak jantungnya. Hera mendekatkan wajahnya ke arah Herman.

“Kamu mau jadi pacar aku?” tanya Herman ragu-ragu, yang tentu saja membuat Hera sangat senang mendengarnya.

“Iya, mau,” jawab Hera dengan sedikit malu-malu.

Hera melihat penampilan baru Herman, dia tidak menyangka Herman bisa berubah sedrastis itu. Tubuh Teguh yang dulunya kurus dan lusuh, sekarang menjadi terlihat sangat rapi dan bersih. Hera sangat terkesan dengan penampilan baru Herman. Gadis itu tidak bisa berhenti menatapnya. Dia berpikir bahwa Herman adalah pria yang sangat menarik.

“Kau rajin berolahraga?” tanya Hera sambil menyentuh otot di lengan Herman.

“Iya, minimal 1 jam sehari. Aku juga selalu memakan makanan yang bergizi,” jawab Herman.

Herman memegang wajah Hera dengan tangan kanannya seolah ingin menciumnya. Hera menutup matanya dan mereka berciuman.

TUBUH YANG TERTUKAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang