"Paman, dimana Andreas?" tanya Ferdy dengan akrab.
"Coba lah cek di belakang sana," jawab Pemilik Toko cuek.
Menurut Herman, toko itu tampak menarik. Meskipun Herman ingin tinggal lebih lama dan melihat-lihat isi toko. Ferdy menarik Herman ke belakang toko dan mendapati seorang anak muda yang sedang mengukir kayu.
"Andreas! Apa kau punya papan, bidak, dan jam catur?" tanya Ferdy antusias.
"Sekarang tidak punya. Namun aku bisa membuatnya! Karena aku adalah orang yang berbakat."
(1) "Dengar! Papan catur terdiri dari 64 petak; 32 petak berwarna hitam dan 32 petak berwarna putih; yang letaknya selang-seling. Kau pun harus membuat 8 buah pion berwarna putih, 8 buah pion berwarna hitam, 2 benten berwarna putih, 2 benteng berwarna hitam, 2 kuda berwarna putih, 2 kuda berwarna hitam, 2 gajah berwarna putih, 2 gajah berwarna hitam, masing-masing 1 raja dan ratu berwarna hitam dan putih," ucap Herman sambil menggambarkan papan dan masing-masing bidak pada selembar kanvas putih.
"Wah! Menantang. Apa bahan yang kubutuhkan?" tanya Andreas antusias. Dia merasa tertantang untuk membuat papan dan bidak catur yang digambarkan Herman.
"Bahannya harus kayu. Namun tidak terlalu berat untuk diangkat, tidak terlalu ringan hingga mudah tertiup angin, dan tidak mudah hancur ketika jatuh."
(2) "Jadi kau ingin menenangkan turnamen catur itu?" tanya Ferdy dengan serius.
"Ya, aku pasti akan membayar hutang Teguh kepada Tukang Mie Ayam itu, hutangku tadi kepadamu, dan menyisakan sisanya untuk keluarga Teguh."
Ferdy sungguh tidak mengerti jalan pikiran Herman. Namun, dia tahu bahwa Herman bukanlah orang jahat.
(1) Andreas dengan segera membuat papan dan bidak catur sesuai arahan Herman. Melihat hal tersebut, Ferdy merasa iri karena dirinya tidak memiliki keahlian khusus yang bisa membantu mereka. Namun tiba-tiba, Ferdy meninggalkan mereka dan meminjam dapur rumah itu.
"Jadi bagaimana dengan jam caturnya? Aku sungguh tidak tahu cara kerja benda itu." Andreas tampak kelelahan. Herman pun mencoba memastikan bahwa papan dan bidak catur yang telah selesai memenuhi standar turnamen. Lalu, Ferdy datang membawakan 3 piring nasi goreng dan 3 gelas es teh manis.
(2) "Ini aku masakin nasi goreng. Ayo kita makan dulu," ujar Ferdy.
"Asik nasi goreng buatan Ferdy," ucap Andreas dengan gembira.
"Ternyata kau bikin nasi goreng untuk kami, makasih ya," ucap Herman tulus.
"Nyam, kamu sering masak Fer? Kenapa gak jualan nasi goreng aja? Nasi goreng mu enak lo," ucap Andreas sambil melahap nasi goreng tersebut.
(1) "Jika kau ingin buat usaha, aku akan mengajarimu sedikit tentang kewirausahaan."
"Terima kasih pujiannya Andreas! Terima kasih Herman. Kebetulan aku memang ingin memulai usaha, namun tidak tahu harus mulai darimana."
Setelah selesai makan, Andreas menyelesaikan jam catur. Karena kagum terhadap hasil kerja Andreas, Herman menyarankannya untuk membuat beberapa papan dan bidak catur hingga hari turnamen tiba untuk disewakan. Disaat itu pula, Herman membantu Ferdy mempelajari dasar-dasar berwirausaha.
Akhirnya hari yang ditunggu telah tiba. Herman mendaftarkan diri untuk mengikuti turnamen dan membayar biaya pendaftaran. Andreas menyewakan papan dan bidak catur untuk para pemain yang lupa membawanya. Sedangkan Ferdy, dia berjualan nasi kotak.
Akhirnya turnamen dimulai. Herman bermain cukup baik. Dari 7 Babak dengan sistem Swiss 10+3, dia berhasil meraih juara ketiga dengan 5.5 poin. Meskipun begitu, Herman tampak sedikit kesal.
"Selamat Herman atas kemenanganmu!" Andreas dan Ferdy bersorak ria. Tiba-tiba 2 orang mendatangi mereka.
"Kau cukup baik untuk bisa draw melawanku! Meskipun kau kalah melawan adikku yang jenius!" ucap pria berkacamata.
Herman mengingat wajah mereka. Dimaz, pria berkacamata, yang berhasil seri melawannya. Sedangkan, Syura merupakan jenius yang menjadi juara pertama dengan poin 7 dari 7 babak.
Herman merasa mengenal wajah mereka. Diingatnya kembali acara pertemuan anak-anak muda konglomerat akhir tahun kemarin. "Sial! Kenapa aku baru ingat sekarang."
"Jadi namamu Herman? Kupikir namamu itu Teguh, seperti yang terdaftar," ucap Dimaz heran. "Nama yang mirip seperti temanku."
"Hentikan kak. Tidak ada gunanya melanjutkan perbincangan dengan orang miskin yang bodoh seperti mereka. Mari kita pergi saja."
"Ya baiklah." Dimaz dan Syura berjalan menjauh, namun berhenti sejenak dan menoleh ke belakang. "Bukan cuman nama panggilanmu saja, permainanmu mirip dengan Herman yang kukenal meski kami baru bermain sekali."
Dimaz dan Syura sudah tidak tampak di area turnamen. Meskipun begitu, Herman tidak tahu apa yang harus dilakukannya. "Apakah aku harus memberitahu kedua orang itu bahwa aku adalah Herman yang asli? Tapi bagaimana jika mereka tidak percaya atau membocorkan rahasia dan menyebarkannya kepada orang-orang kelas atas?"
Herman mengambil hadiahnya, lalu mereka beranjak pergi untuk pulang ke rumah masing-masing.
"Kau tau Herman! Aku tidak pernah dapat uang sebanyak ini dari menyewakan perlengkapan catur di turnamen," kata Andreas bangga.
"Aku juga! Banyak orang membeli nasi kotakku untuk sarapan dan makan siang mengisi tenaga mereka saat pertandingan," kata Ferdy senang.
"Ini semua berkatmu! Terima kasih ya," ucap Andreas dan Ferdy kepada Herman.
Herman cukup terkejut mendapatkan ucapan terima kasih seperti itu. Dia sedikit tersenyum. "Yah, tidak begitu buruk untuk kalian."
![](https://img.wattpad.com/cover/358232277-288-k599927.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TUBUH YANG TERTUKAR [END]
Genç KurguCerita ini merupakan cerita bersama yang dirangkai oleh beberapa orang; ide yang ada di cerita dibiarkan mengalir dan melatih para penulis untuk mengembangkan kemampuan menulis masing-masing. ---> intro Herman tidak menyangka akan berakhir seperti...