(1) Herman berjalan-jalan di sekitar pemukiman kumuh itu. Daerah di sana terlihat sangat miskin dan jorok. "Sungguh rakyat jelata!" pikir Herman. Tiba-tiba dia teringat kehadiran Dimaz dan Syura di turnamen. "Jika mereka bisa ke sini, berarti ada jalan untuk kembali pulang! Pertama-tama, aku harus mengetahui kota tak bernama ini."
Lalu, seseorang datang dan memegangi pundaknya. Merasa tidak terbiasa disentuh seseorang berbadan lengket penuh keringat. Dengan segera, Herman melepaskan dirinya dari sentuhan orang itu.
"Teguh.. Nak... Sedang apa kau disini?" tanya Ayah Teguh kaget dengan tindakan Herman barusan.
"Ah! Aku hanya sedang berjalan-jalan. Apa ayah ingin makan sesuatu? Aku mendapatkan cukup banyak uang dari turnamen," ucap Herman.
“Uang dari turnamen?” Ayah Teguh memandangi Herman dengan heran. "Kau juga tidak pergi ke sekolah hari ini."
"Kenapa aku harus kesana?" jawab Herman ketus.
"Lagipula tidak masalah untukku karena aku sudah menyelesaikan kelas 10 dengan nilai fantastis," pikir Herman. Sekolah jelek itu tidak membantunya sama sekali. "Waktu yang kuhabiskan beberapa hari disini memang sangat terbuang percuma! Harusnya aku bisa meningkatkan kemampuanku."
Ayah Teguh memandangi Herman seperti orang asing dengan tatapan tajam. "Kau bukan putraku! Siapa kau yang sebenarnya? Dimana Teguh sekarang?"
"Teguh, si pencuri itu, sedang menikmati kekayaanku dengan sangat indah sampai rasanya aku sangat kesal." Herman sungguh ingin kembali ke rumahnya sekarang juga. Dia sudah tidak tahan tinggal lebih lama di daerah kumuh ini. Memang ini menjadi pelajaran untuknya memahami situasi orang-orang terbelakang. Namun, bukan berarti dia harus hidup menderita seperti mereka. "BR3N&$3K! AKU HARUS MENDAPATKAN SEMUA YANG KUINGINKAN!"
Setelah menjelaskan situasi yang terjadi padanya dan Teguh kepada Ayah Teguh dengan singkat. Ayah Teguh berkata, "Jika kemungkinan besar Teguh berada GordonStone, maka butuh waktu seminggu untuk pergi kesana."
"Seminggu? Apa tidak bisa lebih cepat?" tanya Herman.
"Tidak bisa! Itupun jika kita punya cukup uang untuk menaiki kapal di PhalaShore," ucap Ayah Teguh.
"PhalaShore adalah kota terdekat dari sini?" tanya Herman.
"Benar, kota ini memang tak bernama karena kerajaan Dulas tidak ingin dunia mengetahui sisi kumuh negeri ini. Namun jika dijelaskan, kota ini merupakan sisi selatan dari PhalaShore."
"Jadi begitu! Sekarang aku ingat siapa identitas Dimaz dan Syura sebenarnya. Mereka adalah anak penguasa dari PhalaShore," pikir Herman menilai situasi.
"Mari berangkat! Kita akan mendapatkan tiket premium," kata Herman. Namun, aksinya dihentikan oleh Ayah Teguh. "Ada apa?"
"Sebelum pergi setidaknya kita harus memberi kabar kepada Nenek Teguh terlebih dahulu. Dia akan khawatir jika kita mendadak hilang."
"Hah, baiklah." Herman menghela napas panjang. Dia menyuruh Ayah Teguh yang pamit kepada Nenek Teguh dan menunggunya. "Sungguh merepotkan mengajak orang tua itu."
(2) Ayah Teguh dan Herman memulai perjalanan mereka ke PhalaShore, kota terdekat dari daerah kumuh tersebut. Mereka berdua berjalan kaki melewati gang sempit yang berdebu, melintasi pemukiman kumuh yang dipenuhi sampah.
Setelah berada di jalan utama untuk menuju kota, mereka menyadari bahwa perjalanan kaki akan memakan waktu terlalu lama, Ayah Teguh dan Herman memutuskan untuk mencari tumpangan menuju PhalaShore. Mereka berdua berdiri di pinggir jalan yang sibuk, mencoba menghentikan kendaraan yang melintas.
![](https://img.wattpad.com/cover/358232277-288-k599927.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TUBUH YANG TERTUKAR [END]
Teen FictionCerita ini merupakan cerita bersama yang dirangkai oleh beberapa orang; ide yang ada di cerita dibiarkan mengalir dan melatih para penulis untuk mengembangkan kemampuan menulis masing-masing. ---> intro Herman tidak menyangka akan berakhir seperti...