02

1K 94 2
                                    

Minjee terdiam sambil mengatur napasnya. Ia menoleh ke arah dimana monster kecil tengah tertidur tanpa tahu jika dia berada dalam bahaya. Monster yang menggemparkan para penyitas dan tentara tadi rupanya monster baik, buktinya ia dibawa ke tempat yang tak berasap oleh monster berwujud seperti komodo.

Entah kemana induknya pergi, yang jelas kini Minjee ditinggal berdua bersama anaknya yang sedang tidur di dekat puing-puing reruntuhan jembatan. Ia membutuhkan alat bantu pernapasan atau seseorang yang bisa menolongnya.

Tiba-tiba monster kecil itu bangun, sosok itu terlihat kebingungan, sepertinya tengah mencari ibunya, hal itu membuat Minjee tersenyum di sela napasnya yang tak teratur. Monster kecil itu pergi meninggalkan Minjee sendiri yang hanya diam menatap kepergiannya.

Minjee memejamkan matanya tatkala rasa sakit kembali menyerangnya. Bukan hanya luka di kakinya yang ia rasa, tetapi perutnya juga terasa kram karena sosok di dalamnya terus menendangnya.

Suara ledakan membuat matanya terbuka. Ledakan itu berasal dari puing-puing yang tak jauh darinya. Minjee terbatuk begitu asap mengepul, ia merasa rasa sesaknya semakin menjadi. Di satu sisi ia khawatir dengan kondisi monster kecil itu, di sisi lain ia tidak bisa berdiri dengan benar.

"Hei!" Teriakan itu sangat dia kenali siapa pemiliknya. Pada akhirnya Minjee mencoba untuk bangun meski kedua kakinya tak mampu menopang bobot tubuhnya.

"Mundur!"

Minjee memantapkan niatnya, meski rasa sakit menjalar hingga ke tulang, tetapi ia tetap memaksakannya. Melihat kedua monster itu membuatnya teringat akan murid kesayangannya, Cha Hyunsu.

"Jangan lakukan itu, kumohon." Namun, sayangnya suaranya hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri, tak ada satupun dari mereka yang mendengarnya kecuali monster kecil yang kini menatap ke arahnya.

"Jangan…"

Minjee meneteskan air matanya ketika melihat induk monster itu dibakar dan monster kecil yang ditusuk oleh seseorang memanggil ibunya. Tubuhnya merosot, kedua tangannya memukul kaki kanannya yang tiba-tiba mati rasa.

"Apa yang kau lakukan, Pak?" Ia dengan cepat menghapus air matanya ketika mendengar suara itu lagi bersamaan dengan monster kecil itu melangkah ke arahnya.

"Ibu…" Minjee mendekapnya, mendekap tubuh kecil monster yang baru saja kehilangan ibunya.

"Pergilah," katanya setelah melepas dekapan anak monster yang telah menolongnya.

Monster kecil itu dengan berat hati meninggalkannya sendiri, ia melangkah pergi menjauhi tempat dimana ibunya mati. Melangkah tanpa tahu arah, tetapi satu tujuannya, yaitu menjauh dari manusia yang telah membunuh ibunya.

Sedangkan di posisi dimana para tentara berkumpul, lelaki yang dipanggil Sersan Kim mengubah atensinya ketika bawahannya bernama Seokchan menodongkan senapan ke arah monster kecil itu pergi.

Hendak Seokchan menarik pelatuknya, tetapi perempuan itu lebih dulu tersenyum tipis membuatnya refleks menjatuhkan senjatanya membuat Sersan Kim berseru memanggilnya. Seokchan tak mengindahkannya, ia justru melangkah meninggalkan tempatnya, berlari ke arah perempuan yang sangat ia kenal.

"Senang melihatmu masih hidup, Seokchan." Hampir saja tubuh di depannya terjatuh jika Seokchan tak menangkapnya.

"Sersan Kim! Minjee noona di sini!" Minjee tersenyum dan langsung tak sadarkan diri ketika lelaki di depannya memanggil laki-laki yang ia rindukan.

Sersan Kim langsung menyusul Seokchan begitu mendengar nama wanitanya disebut. Ingin sekali ia menangis ditambah lagi dengan kondisi Minjee yang tidak sadarkan diri di pangkuan Seokchan, ia melepaskan helm militernya begitu Seokchan bergeser. Berkali-kali ia memanggil nama Minjee namun tak ada sahutan dari wanita di pangkuannya.

Sweet HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang