"Hei, menyingkirlah, aku merasa mual." Hyunsu langsung melepaskan dekapannya diikuti Haewon dan Sujin setelahnya.
"Hei, Sujin, jangan-jangan kau ingin mempunyai adik?" duga Haewon.
"Hei, mana mungkin?" bingung Sujin.
"Bisa saja, bukan?" Haewon mengarahkan pandangannya pada Hyunsu diikuti Sujin setelahnya.
Melihat tatapan dari kedua bocah di depannya, Hyunsu jadi bingung. Namun, setelahnya ia menggeleng cepat seolah paham apa yang dipikirkan keduanya.
Sujin menutup mulutnya dramatis, ia memandang Hyunsu dari atas ke bawah lalu kembali ke atas. "Tidak mungkin…"
Sadar jika kedua bocah di sampingnya berpikir yang tidak-tidak, Minjee menepuk kepala mereka membuat keduanya mengaduh kesakitan. "Apa yang kalian pikirkan? Sepertinya asam lambungku naik hingga membuatku merasa mual."
Haewon mendesah kecewa, berbeda dengan Sujin yang berbinar. Dalam hatinya pemuda itu berseru senang. Lagipula ia tak mau memiliki adik, ia hanya ingin menjadi satu-satunya anak seorang Lee Minjee.
∽스위트 호므∽
Dibanding ikut pergi keluar bersama dua pria aneh menurutnya, Haewon lebih memilih untuk tetap berada di tempat yang disebut rumah bersama Minjee. Berbaring di pangkuan wanita itu sepertinya sudah menjadi kegiatan kesukaannya sejak beberapa hari belakangan ini. Ia menyukai jemari lentik itu menyisir rambutnya juga senandung yang membuatnya mengantuk.
Jika aku terlelap karena
sentuhanmu yang lembut
Biarkanlah sejenak
Jangan bangunkan akuBiarlah ku tidur dengan nyenyak
ㅡKnees, IU
"Haewon, setiap ibu selalu berharap hal-hal baik datang ke anak-anaknya, hanya saja cara mereka mendidik itu berbeda-beda. Ibumu, ibuku, aku, dan Ibu Hyunsu memiliki cara masing-masing untuk melindungi anak-anak kami. Kau, janganlah membencinya. Karena jika dia tidak ada, kau pun tidak akan ada di sini bertemu denganku, dengan Hyunsu, dengan Sujin, bahkan Byeol.
Pulanglah ke rumahmu, temui ibumu, aku yakin dia merindukanmu. Ajak Byeol jika kau memerlukan teman untuk menemanimu di sana. Lalu kembalilah ke sini jika kau punya keluhan yang ingin kau ceritakan, aku akan mendengarkannya."
Minjee beranjak dari tempatnya, ia berlari ketika rasa mual kembali menghampirinya. Haewon mendengar semuanya, hanya saja gadis itu masih bertahan untuk memejamkan matanya.
"Jangan tidur di sini." Haewon mendengar suara lain, ia yakin jika itu bukanlah suara Sujin atau Hyunsu, tetapi milik pria lain yang entah darimana mengetahui tempat ini.
"Hei, bangunlah." Matanya langsung terbuka begitu bekas lukanya disentuh oleh pria asing yang tiba-tiba masuk menghampirinya.
"Obat. Aku tidak ingin Ibu sakit."
"Ibu?"
Kedua matanya berubah menjadi putih, Haewon mendorong bahu pria yang membangunkannya membuat pria itu jatuh terduduk. "Bukan perbuatanku," katanya begitu melihat tatapan kosong pria di depannya.
"Ibu…" lirih pria bertubuh gempal itu. "Ibuku sakit," lanjutnya.
Haewon beranjak dari tempatnya, buru-buru ia mengenakan sarung tangan berwarna merah muda yang ibunya berikan. "Itu bukan salahku. Itu salahmu," ujarnya kemudian pergi begitu saja setelah mendengar suara Minjee yang memintanya untuk mengambil kebutuhan milik wanita itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Home
FantasyHidup di antara dua pilihan memang sangatlah sulit, apalagi jika pilihan yang ada adalah mati sebagai manusia atau hidup sebagai monster. Tentu saja kedua pilihan itu tak pernah terbayang dalam benak manusia-manusia yang hidup di zaman dimana semua...