05

548 82 2
                                    

Siang dan malam silih berganti, waktu terus berputar pada porosnya, hari berganti minggu dan minggu berganti bulan. Entah berapa lamanya ia hidup sendirian, mungkin berdua bahkan bertiga bersama makhluk kecil yang tengah terlelap di tumpukan daun kering yang dilapisi selembar kain. Suara daun kering yang terinjak dari arah satu-satunya jalan untuk keluar-masuk membuat kegiatannya terhenti.

Minjee memasang sikap waspada, satu tangannya merogoh pistol yang selalu ia bawa dan ia sembunyikan di balik roknya. Matanya menatap tajam ke arah sumber suara, begitu netranya berhasil menangkap apa yang ia cari, ia langsung mengeluarkan senjatanya namun tak kunjung menarik pelatuknya tatkala melihat siapa yang berdiri di sana.

"Hyunsu."

"Ssaem."

Keduanya memanggil secara bersamaan. Hyunsu terdiam sejenak, tak lama ia berlari kecil lalu menarik tubuh ssaemnya ke dalam dekapannya. "Aku takut," ujarnya lirih sedangkan perempuan di pelukannya masih terdiam dengan tubuh menegang.

"Syukurlah kau baik-baik saja." Minjee berucap ketika kesadaran kembali menariknya, ia melepaskan dekapan Hyunsu saat mendengar suara tangis dari bayinya.

Pandangan Hyunsu tak lepas dari pergerakan wanita di depannya, mulai dari melangkah menjauh sampai kembali mendekat ke arahnya sambil membawa tubuh mungil di gendongannya.

"Sujin, perkenalkan, ini Kak Hyunsu." Tangisan kembali terdengar, kali ini lebih keras dari sebelumnya. Hyunsu terkejut ketika merasa ada yang menggigit kakinya.

"Tak apa, Byeol. Dia orang yang kukenal dan dia baik." Pemuda itu menunduk mendapati makhluk lain bertubuh kecil menatapnya tajam.

"Sepertinya Sujin haus, kau berkeliling lah dulu, tempat ini sudah kuanggap seperti rumahku. Anggap saja ini rumahmu juga." Setelahnya Minjee berbalik meninggalkannya.

Hyunsu menatap sekelilingnya, ia menjejaki tungkainya ke arah yang berbeda. Matanya sibuk meneliti kanan dan kiri setiap sudut yang tertangkap oleh matanya. Senyumnya mengembang ketika melihat banyaknya burung kertas yang tergantung di atas bunga matahari.

Rasanya menenangkan, sinar matahari yang muncul dari celah-celah atas tempat yang tak beratap ditambah semilir angin menyapu wajahnya. Tak terasa tungkainya membawanya ke tempat dimana Minjee berada, rasa hangat menjalar di dalam dadanya tatkala matanya memandang wajah cantik wanita yang sedang mengusap pipi bayi mungil di gendongannya.

"Sudah berapa lama kau tinggal di sini? Dimana kalian tidur?"

Orang-orang bilang Hyunsu adalah manusia tak acuh pada sekitarnya, dia selalu mengabaikan siapapun yang meminta tolong padanya. Namun, itu semua terlontar dari mulut yang tidak suka dengan keberadaan pemuda itu. Nyatanya apa yang dibicarakan oleh mereka berbanding terbalik dengan apa yang sering Minjee dengar dan Minjee terima dari pemuda yang tengah menatap anaknya.

"Entahlah, aku tidak menghitungnya," kata Minjee menjawab lalu meletakkan tubuh mungil Sujin di sebelahnya.

"Apa tidak ada alas untuk menaruhnya?" tanya Hyunsu lagi, ia terlihat khawatir dengan bayi yang tertidur hanya beralaskan sebuah kain tipis.

"Melihatnya tetap hidup hingga sekarang saja aku sudah bersyukur, Hyunsu." Hyunsu terdiam mendengar jawaban yang dilontarkan Minjee.

"Berbaringlah di sebelah Sujin, aku akan melanjutkan menjemur pakaian." Keningnya mengernyit bingung, selama mengitari tempat itu, Hyunsu tak menemukan tempat untuk menyimpan air dalam jumlah banyak. Lalu dimana Minjee mencuci pakaiannya?

∽스위트 호므∽

Sorot mata Seokchan tak lepas dari Yeonghu yang tengah melamun, sepertinya ia tahu apa yang tengah dipikirkan oleh atasannya itu. Seojin duduk di sebelahnya, arah pandang lelaki itu sama seperti dirinya.

Sweet HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang