"Kau tahu, 'kan? Aku akan selalu ada di saat kau membutuhkanku." Yeonghu tak menjawab, ia asyik menikmati sentuhan lembut dari tangan yang tengah memainkan rambutnya.
"Jika hal buruk terjadi di masa depan, bisakah kau tetap percaya padaku?" Ia mengangguk pelan, setelahnya tak ada lagi suara selain televisi yang menyala.
"Setelah dilihat-lihat, kau tidak cocok dengan sifatmu saat bersamaku. Bukankah seharusnya aku yang bermanja-manja denganmu? Kau justru melakukan hal yang sebaliknya." Yeonghu membuka matanya, ia menatap istrinya yang tengah tertawa kecil.
"Aku yakin kau akan cemburu dengan anak kita nanti apalagi jika dia seorang laki-laki yang juga manja padaku. Ah, membayangkannya saja cukup merepotkan, mengurus dua bayi berbeda usia yang tak mau mengalah satu sama lain."
"Kalau begitu anak kita harus perempuan," ucap Yeonghu tiba-tiba mengejutkan wanita yang memangku kepalanya.
"Tidak, aku ingin anak pertama kita laki-laki. Dia harus tumbuh menjadi anak yang baik, barulah kita memberinya adik jika dia sudah siap menjadi seorang kakak. Lagipula aku tak mau anak pertamaku menjadi sainganku dalam mendapatkan perhatian darimu. Seperti kata orang, anak perempuan pasti dekat dengan ayahnya. Yang ada nantinya kau sering pergi berdua dengannya dan meninggalkan aku yang sedang membereskan rumah."
"Ey, tentu tidak seperti itu. Kau tidak boleh menganggap anak adalah sainganmu, karena bagaimanapun juga kau yang melahirkannya dan membantunya tumbuh menjadi seorang gadis cantik sepertimu." Yeonghu mengubah posisinya menjadi duduk sebelum kembali melanjutkan kalimatnya. "Mau nantinya laki-laki atau perempuan, aku harap dia selalu sehat dan bisa menjagamu di saat aku sedang bertugas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Home
FantasiHidup di antara dua pilihan memang sangatlah sulit, apalagi jika pilihan yang ada adalah mati sebagai manusia atau hidup sebagai monster. Tentu saja kedua pilihan itu tak pernah terbayang dalam benak manusia-manusia yang hidup di zaman dimana semua...