Yeongsu terbangun karena suara berisik dari lelaki di belakangnya yang tengah mengigau. Ia melihat sekelilingnya dan ternyata tak ada satupun yang terjaga selain pria dewasa yang sedang mengemudi serta seorang wanita yang membawa bayi alien. Yeongsu beranjak dari tempatnya, melangkah menuju dua orang dewasa yang sepertinya tengah berbincang ringan.
"Ibunya dibakar saat ingin mencari bantuan untuk menolongku dan hanya ada aku satu-satunya perempuan di sana. Maka dari itu dia memanggilku dengan sebutan 'Ibu'." Chanyeong mengangguk mengerti, ia mulai paham mengapa wanita aneh di sebelahnya enggan meninggalkan monster kecil yang kini tengah melihat jalanan di pangkuan wanita itu.
"Pak Tentara, Ahjumma." Perbincangan keduanya terhenti ketika bocah laki-laki berdiri di belakang Minjee. Mereka sama-sama menoleh, Chanyeong menghentikan laju kendaraannya memahami jika bocah itu ingin buang air kecil.
Kedua orang dewasa yang terjaga itu keluar dari minibus, Chanyeong berjaga sambil memperhatikan sekitar, sedangkan Minjee menemani Yeongsu berdiri tak jauh di belakangnya. Namun, tubuh bocah di depannya bergetar membuat Minjee tersenyum melihatnya.
Yeongsu menoleh, memanggil Chanyeong yang sedang mengawasinya. Matanya berkaca menahan tangisnya agar tidak keluar. Namun, pada akhirnya cairan yang menumpuk di pelupuk matanya keluar ketika ia mengatakan bahwa dirinya ketakutan.
Chanyeong tersenyum lebar, hampir tertawa melihat tingkah bocah yang tadi siang beradu mulut dengan beraninya bersama lelaki di kursi paling belakang, tetapi sekarang entah kemana perginya keberanian itu.
Minjee yang melihat pria yang mengajaknya berbincang mendekat pun melangkah mengalihkan pandangannya ke arah tangan kirinya yang diikat syal milik Suyeong. Perhatiannya teralihkan ketika mendengar suara tembakan dan monster kecil berlari ke arahnya.
"Ibu…"
Peluru yang keluar dari larasnya kembali terdengar, Minjee membantu Yeongsu memakai celana sedangkan Chanyeong pergi setelah mendengar suara letusan senjata api dari dalam minibus.
"Ahjumma…" Minjee menoleh mendapati Yeongsu bergetar ketakutan melihat ada monster selain bayi alien yang berdiri di depannya.
"Apakah Yeongsu takut?" Yeongsu mengangguk, bocah itu kembali menangis lalu ia merasa ada tangan menggenggamnya.
"Tak apa, jangan takut, ada Ahjumma di sini," kata Minjee menenangkan bocah di sebelahnya.
"Kak Suyeong… dia baik-baik saja, 'kan?" tanya Yeongsu ketika melihat kakaknya berada di gendongan laki-laki yang ia panggil Pak Tentara.
"Semoga saja," kata Minjee tak yakin dengan jawabannya sendiri.
Yeongsu terperangah melihat bentuk monster lelaki yang duduk di belakangnya. Entah apa yang dipikirkan bocah itu, namun jelas terlihat menjijikan di mata Minjee.
"Aku tidak tampan!" Refleks mereka semua menutup telinga ketika mendengar seruan itu, bahkan kaca minibus retak setelah monster itu terus berseru setelah melihat wajahnya.
Minjee hanya diam menyaksikan semuanya hingga monster itu mati terbakar. Melihat makhluk sepertinya penuh dengan kobaran api, monster kecil di sebelahnya memeluk erat kakinya, menyembunyikan tubuh kecilnya di balik kaki jenjangnya.
"Ibu…" Wanita di sebelah Yeongsu itu menunduk, melepaskan tangan kecil yang melingkar di kakinya. Minjee paham apa yang dirasakan monster kecil yang kini berada di pangkuannya, kejadian di depan mereka mungkin membuat makhluk kecil itu kembali mengingat ibunya.
Yeongsu berlari ke arah Ibu Cha, ia berseru memanggil Suyeong berharap kakaknya itu bangun. Bocah berpipi bulat itu menggoyangkan tangan kakaknya, memanggil nama Suyeong berkali-kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Home
FantasíaHidup di antara dua pilihan memang sangatlah sulit, apalagi jika pilihan yang ada adalah mati sebagai manusia atau hidup sebagai monster. Tentu saja kedua pilihan itu tak pernah terbayang dalam benak manusia-manusia yang hidup di zaman dimana semua...