03

655 80 0
                                    

Warning: 17+

Hyunsu menyeret tubuh Sangwook dengan posisi telungkup membawanya ke arah terowongan. Ui-Myeong terus mengumpat, meminta dilepaskan dari cengkeramannya. Namun, Hyunsu tampak tak peduli, ia terus melangkahkan tungkainya meski salah satu kakinya ditahan oleh Ui-Myeong.

"Coba bertahanlah. Dua lebih baik daripada hanya aku sendiri, 'kan?" tanya Hyunsu tanpa melirik Ui-Myeong yang lagi-lagi mengumpat padanya.

"Menurutmu mereka mau menerimamu sebagai manusia?" Hyunsu terlihat kesal, ia menghempaskan tubuh Sangwook membuat Ui-Myeong kembali mengumpat.

"Kau hanya akan terkoyak untuk eksperimen sia-sia dan berakhir menyesalinya!" seru Ui-Myeong.

Pemuda berpenampilan berantakan itu menghela napas mendengar seruan lelaki di depannya. Ia menunduk ketika merasakan ada yang memegang kakinya, dilihatnya Ui-Myeong yang tengah memohon padanya. "Aku tak bisa kembali ke sana. Kita berdua bisa mati! Kumohon, jangan lakukan ini."

"Lihat aku. Lihat aku! Aku tak mau kembali ke sana lagi. Kumohon! Kumohon." Ui-Myeong memeluk kaki Hyunsu, terlihat jelas jika dia menaruh harapan pada pemuda yang berdiri di sebelahnya.

"Sebenarnya mengapa kau tak memercayaiku? Mengapa?" tanya Ui-Myeong frustasi terhadap pemuda yang ia bawa kabur bersamanya.

Hyunsu menarik pakaian yang dikenakan Sangwook membuat lelaki itu mendongak menatapnya. "Karena aku tak ingin lupa. Aku tak ingin melupakan… kenyataan… bahwa aku adalah manusia… dan aku adalah… seorang pelajar yang sangat… disayangi oleh gurunya. Dan kau… kau adalah seseorang yang membuatnya hampir mati."

Terdengar bunyi ledakan besar di belakangnya bersamaan dengan Hyunsu kembali menyeret tubuh Sangwook. Tak lama terdengar suara peluru yang keluar dari larasnya mengenai tubuhnya membuat pegangannya terlepas. Entah berapa banyak peluru yang berada di dalam tubuh Hyunsu atau menembusnya. Hyunsu terjatuh, tepat di depan Ui-Myeong yang menatapnya.

Tatapan keduanya bertemu, baik Hyunsu maupun Ui-Myeong tidak melepaskan kontak mata mereka. "Baiklah. Selamat datang di neraka. Gurumu akan merasakan kematian yang menyakitkan. Bukan karena aku, tetapi karena dirimu."

∽스위트 호므∽

"Tadi itu Ibu Kim, 'kan, Kak?" tanya Yeongsu memecah keheningan di antara mereka. Mereka tengah melamun setelah melihat apa yang terjadi begitu Eunyu meminta tentara kembali ke tempat tinggal mereka.

"Sepertinya begitu," kata Suyeong yang duduk di seberang adiknya.

"Wanita itu, dari kamar 1504, 'kan?" Pertanyaan lain terlontar dari wanita di depan Ibu Cha.

"Iya."

"Bukankah kau bilang dia jadi monster? Tadi kau bilang begitu."

"Iya, benar."

Jawaban itu ia dapat dari mereka yang mendengar pertanyaannya. Kemudian ia bertanya lagi dengan pertanyaan yang berbeda. "Apa dia menahannya seperti Hyunsu?"

"Oh, kau benar, kau lihat matanya? Tidak jadi hitam. Matanya, seperti mata manusia."

Eunyu mendengar semuanya, hanya saja ia tak menanggapi pernyataan tetangganya, ia sibuk menatap kertas dan kacamata Eunhyeok yang ia dapat di ruang kendali dimana banyak kamera pengawas juga saklar listrik.

"Ibu Im monster yang baik! Dia bahkan melindungi kita!" seru Yeongsu tak terima dengan ucapan pria dewasa di belakangnya yang mengatakan jika wanita itu adalah monster.

"Tidak ada yang namanya monster mereka semua pantas mati!" ujar pria berjaket merah itu sambil menatap ke arah bocah di depannya.

"Tidak! Kau pasti salah!" sentak bocah itu lagi.

Sweet HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang