Matanya yang terpejam perlahan terbuka ketika merasakan ada beban berat di atas dadanya juga tepukan kecil di wajahnya. Ia terdiam sebentar sebelum akhirnya membulatkan matanya begitu air liur menetes membasahi dagunya.
"Ung…ung!"
"S…Sujin?"
Bayi yang berada di dadanya tertawa begitu ia menyebutkan namanya. Untuk sesaat, Hyunsu kembali terpaku, kali ini tawa dari bayi itu yang membuatnya terdiam.
"Ung! Bmm…bmm." Air liur Sujin kembali mengenai wajah Hyunsu. Pemuda itu meringis sambil mengusap wajahnya yang basah.
"Hyunsu, hari ini akuㅡ"
Ucapan Minjee terpotong saat melihat Sujin yang berada di pangkuan Hyunsu. Ia membulatkan kedua matanya, keranjang di genggamannya terjatuh karena ia menggunakan kedua tangannya untuk menutup mulutnya.
"Hei, Kim Sujin?" Merasa dirinya dipanggil, Sujin menoleh, ia merentangkan kedua taungannya dengan mata berbinar melihat ibunya berdiri di depannya.
Minjee mengangkat tubuh Sujin, ia meneliti setiap inci tubuh Sujin bahkan sampai mengangkat baju yang dikenakan bocah itu sehingga perut milik Sujin terlihat. Lalu pandangannya teralihkan pada Hyunsu yang masih terdiam, terlihat syok atas apa yang sedang ia lihat sekarang.
"Hyunsu, apa yang kau lakukan pada Sujin?" tanya Minjee, wanita itu tak sadar pertanyaan yang lebih mirip seperti tuduhan ia lontarkan pada pemuda di hadapannya.
"Aku tak melakukan apapun, tapi seingatku Sujin menggenggam jemari tanganku sebelum aku memejamkan mata lalu…" Minjee langsung paham begitu Hyunsu menunjuk Sujin.
"Sujin." Bayi yang tiba-tiba berubah menjadi batita berusia satu tahun itu mendongak tatkala sang ibu memanggilnya. Tatapan polosnya membuat Minjee gemas hingga menggigit pipi bulatnya.
"Ibu memang tak tahu apa yang terjadi, tapi melihatmu seperti ini sepertinya Ibu mengetahui satu hal yang mungkin tak bisa dipahami oleh orang lain. Jangan sering menggenggam tangan Kak Hyunsu, karena Ibu ingin melihat pertumbuhanmu, Sayang."
Hyunsu yang mendengarnya hanya bisa menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba gatal. Ia tersenyum canggung begitu lirikannya ternyata ditangkap oleh Minjee yang tersenyum tipis. "Eum… itu… aku akan keluar sebentar."
Tanpa menunggu jawaban dari Minjee, ia pergi begitu saja meninggalkan wanita yang tengah menggendong bayi laki-laki dengan sorot kebingungan lalu terkekeh setelahnya saat mengetahui jika dirinya menghindar. Minjee paham betul perangai Hyunsu, menghindar adalah cara yang tepat di saat pemuda itu tengah salah tingkah.
∽스위트 호므∽
"Byeol, aku dan Sujin akan keluar mencari bahan yang sekiranya bisa kumakan, kau ingin ikut atau tidak? Atau… kau ingin pergi bermain bersama temanmu?" Makhluk kecil itu menoleh seraya menggeleng menatap wanita yang tengah membenarkan posisi bayi di punggungnya.
"Baiklah, aku akan pergi. Aku akan kembali sebelum petang." Byeol hanya mengangguk menanggapi ucapan wanita berbaju hitam di depannya.
Selah berpamitan pada Byeol, Minjee melangkah pergi. Ia membawa kain yang ia selipkan di celananya dan Sujin di punggungnya. Bayi itu terus mengoceh seolah ia tengah bercerita banyak hal pada ibunya.
Terik matahari tak mematahkan semangat ibu satu anak itu. Tungkai tanpa alas terus menjejak jalan tanpa peduli kerikil menusuknya. Tak sadar ia sudah melangkah jauh dari tempat yang selama ini menjadi rumahnya.
"Sujin, tidakkah kau lelah karena terus mengoceh? Ibu yang mendengarnya saja merasa haus." Sujin mengerjapkan matanya, mulutnya terkatup begitu mendengar suara ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Home
FantasyHidup di antara dua pilihan memang sangatlah sulit, apalagi jika pilihan yang ada adalah mati sebagai manusia atau hidup sebagai monster. Tentu saja kedua pilihan itu tak pernah terbayang dalam benak manusia-manusia yang hidup di zaman dimana semua...