08

441 74 10
                                    

Siapa yang nunggu Sujin ketemu sama bapaknya hayooo?

Yeonghu tengah menghisap gulungan tembakaunya sembari menunggu aba-aba dari Serma Tak yang memperhatikan mereka dari kamera pengawas. Di sebelahnya ada Seokchan menoleh bertanya padanya. "Pak, apa kau tidak berkencan? Meski ditutupi, aku tahu semua tentara berkencan."

"Kau juga?" Pertanyaan tak terduga itu mengejutkan Seokchan namun Yeonghu nampak tak peduli dengan pertanyaan lelaki itu.

"Mana mungkin aku berkencan sementara kau tidak," tutur Seokchan menjawab Yeonghu.

"Aku tidak membutuhkannya," sahut Yeonghu setelah mendengar alasan Seokchan.

"Tidak butuh atau tidak bisa?" Yeonghu menoleh bingung membuat Seokchan kembali menyambung kalimatnya. "Maksudku… aku memikirkan soal ini. Kau cukup tampan, kau mahir membunuh monster dan bertahan hidup. Nilai yang sempurna, tetapi kenapa… kau tidak berkencan?"

"Bagaimana hidupmu sekarang? Nyaman?" Yeonghu menjawab pertanyaan Seokchan dengan pertanyaan lain. Lelaki yang lebih muda di sebelahnya mengusap wajah dan menunjukkan senyum kepadanya.

"Kau selalu terlihat garang. Prajurit lain terlalu takut berbicara denganmu. Cobalah tersenyum," ujar Seokchan.

"Hentikan omong kosongmu. Berapa banyak senjata yang tersisa?" tanya Yeonghu mengubah topik pembicaraan mereka.

"Masih ada beberapa granat dan bahan peledak. Masalahnya pada amunisi. Tersisa sekotak bom pembakar dan tiga kotak bom biasa," jelas Seokchan melaporkan apa yang ia periksa kemarin.

"Bahan bakar?" tanya Yeonghu lagi.

"Jika tidak menemukannya, benda ini menjadi sampah," kata Seokchan sembari mengetuk dashboard mobil yang mereka naiki.

"Lebih baik khawatirkan hal-hal begini daripada kisah cintaku." Sepertinya Seokchan lupa jika lelaki di sebelahnya sudah berkeluarga, entah apa yang ada di pikiran lelaki itu sampai bertanya perihal kencan pada seniornya.

∽스위트 호므∽

Langah kakinya membawanya menjauh dari rumahnya. Ia sadar jika Haewon tak lagi mengejarnya begitu mereka berlari ke persimpangan jalan. Kata Haewon sangat membosankan karena dirinya tak mau mengalah dan terus berlari menghindari kejaran gadis itu.

Duduk sebentar dengan napas terengah-engah, Sujin menatap sekelilingnya yang dipenuhi gedung tinggi mirip seperti apartemen dan rumah susun. Gedung itu terlihat mengerikan apalagi hidungnya menangkap aroma busuk yang sepertinya terdapat mayat di dalam sana.

Ia terlonjak kaget begitu menoleh wajahnya langsung bertemu dengan wajah seorang wanita yang sepertinya bukan lagi manusia. Sujin mengusap dadanya kemudian meneliti wanita di sebelahnya. Tak butuh waktu lama untuk memahami keadaan, Sujin mengangguk begitu mengerti mengapa wanita yang mengejutkannya berubah.

"Ah, meski aku belum pernah merasakannya dan masih kecil kalau kata ibuku, tapi aku tahu mengerti rasanya ditinggal oleh seseorang yang kita sayang. Tak apa, jika kehidupan selanjutnya benar-benar ada, semoga saja kau kembali dipertemukan dengannya," ujar Sujin membenarkan letak cincin yang hampir terjatuh di jari manis wanita di depannya.

Monster wanita bergaun pengantin itu membungkuk, seolah tengah berterima kasih padanya. Sujin tersenyum kecil ia menatap punggung monster pengantin wanita yang perlahan menjauh dari pandangannya. "Melihatnya mengingatkan aku dengan Kak Hyunsu dan Haewon. Aish, betapa bodohnya mereka yang tak sadar jika mereka hanya dimanfaatkan oleh Ibu. Tapi tak apa, aku menyukai kebodohan mereka apalagi Haewon."

Sweet HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang