Ah Yi? Entahlah, ia lebih menyukai nama Haewon daripada Ah Yi. Gadis berambut ikal itu tak kunjung pulang ke rumahnya seperti permintaan Minjee. Ia justru tengah berdiri di atas jembatan sambil melihat tenangnya air di bawahnya.
"Hyunsu, siapa yang kau bawa?"
Haewon bahkan masih ingat mengapa Minjee memberi namanya 'Haewon'. Senyum tipis tersungging di bibirnya, ia menatap jepitan bermotif bunga matahari yang ia simpan di saku bajunya.
"Haewon, terdengar bagus, bukan? Hei, Hyunsu, katakanlah padaku jika aku hebat dalam memberi nama orang."
"Cih, hebat apanya?"
"Hei, kau berani mengejekku sekarang?"
"T…tidak. Maksudku keren! Iya, itu sangat keren!"
Haewon terkekeh tanpa sadar. Terekam jelas dalam benaknya ketika Hyunsu mengatakan pujian itu dengan setengah hati.
"Baiklah, sepertinya aku paham. Kau boleh main ke sini di saat kau jenuh, tapi jangan terlalu sering."
Nyatanya, Haewon lebih suka menghabiskan waktunya bersama ibu dari teman bertengkarnya dibandingkan dengan ibunya sendiri. Bagi Haewon, Minjee adalah sosok ibu yang sangat ia inginkan.
Minjee tak pernah takut pada rupa anaknya, Minjee tak pernah memberikan batasan kemana anaknya pergi asal pulang sebelum malam menjelang, Minjee selalu memberikan dukungan dan pelukan pada anaknya yang sedang tersesat di tengah jalan, Minjee selalu tersenyum, memberikan apresiasi positif atas pencapaian anaknya. Kehangatan dan keceriaan itulah yang membuat Haewon merasakan nyaman berada di dekat wanita itu.
"Bukankah itu sulit?"
"Sulit darimana? Kau belum mencobanya bagaimana bisa tahu kalau itu sulit?"
"Ey… bahkan hanya melihatnya saja aku sudah yakin jika itu sulit."
"Hei, Kim Sujin. Kau ini cepat sekali putus asa, lihatlah Haewon, bahkan dia sudah membuat lima burung kertas."
"Bagaimana? Keren kan aku?"
Kekonyolannya yang menunjukkan kesombongannya pada Sujin hari itu membuatnya bergidik geli. Jika dipikirkan kembali, itu seperti bukan dirinya.
"Aku seperti punya dua anak, tiga dengan kau, empat dengan Byeol."
"Mana bisa seperti itu. Aku lebih cocok menjadi adikmu daripada anakmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Home
FantasyHidup di antara dua pilihan memang sangatlah sulit, apalagi jika pilihan yang ada adalah mati sebagai manusia atau hidup sebagai monster. Tentu saja kedua pilihan itu tak pernah terbayang dalam benak manusia-manusia yang hidup di zaman dimana semua...