"Apa Ibu mendengar ledakan tadi?" Minjee menoleh ke arah anaknya yang baru saja datang dengan tubuh basah kuyup.
"Ey… sudah kukatakan jangan main hujan-hujanan." Sujin hampir saja terjatuh jika dirinya tidak siap karena tarikan ibunya.
"Eung, suaranya sangat keras, sepertinya dari kamp penampungan," kata Minjee menjawab pertanyaan Sujin sambil mengelap rambut pemuda itu menggunakan sapu tangan berwarna biru.
"Penampungan? Jika itu ada, kenapa kita tidak pergi saja ke sana?" Minjee terdiam, matanya menatap lurus iris kembar milik Sujin.
"Sujin, menurutmu… tak bisa disentuh oleh monster merupakan berkah atau kutukan?" Kening Sujin mengerut, ia tidak mengerti mengapa ibunya bertanya seperti itu.
"Mungkin bagi beberapa manusia menganggap itu adalah sebuah berkah, tapi Ibu justru menganggap itu adalah sebuah kutukan," lanjut ibunya.
"Kenapa?" Sujin langsung melipat bibirnya begitu sebuah kata tanya tak sengaja terlontar dari mulutnya.
"Karena kau tidak mengerti siapa jati dirimu sebenarnya. Apakah kau seorang manusia, atau mungkin monster human seperti Kak Hyunsu, atau benar-benar monster seperti Byeol. Kau akan terus menebak hingga akhirnya muncul asumsi yang kau sendiri pun bingung dibuatnya. Lalu pada akhirnya… jika mereka mengetahui itu, kau akan dimanfaatkan oleh mereka.
Karena mereka tahu kau tidak dapat disentuh tanpa peduli kau bisa saja mati. Kematianmu bukan karena monster-monster itu menyerangmu, tapi karena keegoisan mereka yang terus memanfaatkanmu.
Kau tahu mengapa Kak Hyunsu bilang manusia lebih mengerikan daripada monster?"
"Karena monster tak akan menyerang manusia jika manusia tak mengusiknya lebih dulu?" tebak Sujin dibalas senyuman dari sang ibu.
"Ganti bajumu, Kak Hyunsu membawa beberapa potong pakaian tadi sebelum pergi lagi. Jangan tanya pada Ibu darimana dia mendapatkannya, karena Ibu sendiri tidak tahu." Sujin terkekeh lalu dengan segera mengganti bajunya setelah Minjee beranjak meninggalkannya.
"Lalu pada akhirnya… jika mereka mengetahui itu, kau akan dimanfaatkan oleh mereka." Kalimat itu terngiang di kepalanya. Apa mungkin ibunya tidak tahu jika Eunyu tengah merasakan hal itu?
Sujin, entah bagaimana dia bisa mengenal Eunyu, padahal ibunya tidak pernah bercerita banyak mengenai gadis itu. Memang Hyunsu pernah menceritakannya, tetapi itu hanya sekali. Namun, pemuda itu tak pernah menunjukkan rupa Eunyu padanya, lalu bagaimana bisa ia bertemu dengan Eunyu tadi dan langsung mengenalinya?
∽스위트 호므∽
Tetesan air jatuh dari langit membuatnya teringat akan kenangan di masa lalu. Kepalanya mendongak, menatap langit mendung sambil tersenyum kecil. Matanya terpejam, menikmati hawa dingin yang menenangkan hati dan pikirannya.
"Apa kau tidak malu memiliki istri seperti aku?" Pertanyaan itu terlontar begitu saja, sorotnya tak lepas dari kaca jendela yang tertutup rapat.
"Ada yang mengganggu pikiranmu?" Sang puan menggeleng pelan, ia mencoba menyamankan kepalanya di dada bidang lelaki di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Home
FantasyHidup di antara dua pilihan memang sangatlah sulit, apalagi jika pilihan yang ada adalah mati sebagai manusia atau hidup sebagai monster. Tentu saja kedua pilihan itu tak pernah terbayang dalam benak manusia-manusia yang hidup di zaman dimana semua...