Sangalas

6K 715 40
                                    

Ansara semalam bermimpi, ada ular besar yang mengejarnya terus menerus dan membuatnya tidur dalam ketakutan. Ular itu akhir mematuk kaki Ansara, dalam tidurnya Ansara rasa dia sudah menjerit minta tolong, anehnya tidak merasakan sakit sama sekali.

Tapi tetap saja alam bawah sadarnya sudah bernuansa panik, dalam mimpi tersebut ada seseorang yang menolongnya untuk membawanya ke rumah sakit. Dan kalian tahu apa? Rumah sakitnya sangat familiar, dan dalam mimpi Ansara yakin itu sudah pasti Genesis Hospital.

Dan dalam mimpi itu juga Ansara tidak sendirian, ada Laksmana yang tiba-tiba muncul memeriksanya sambil mencium pipinya. Ah! Sialan! Mimpi macam apa pula yang begitu rupanya? Perasaan khawatir dan takut itu berangsur-angsur hilang setelah Laksmana dalam mimpinya mencium pipinya.

Lelaki itu bilang. "Kamu aman, tenang... ada aku di sini,"

Begitu katanya. Ansara merinding bukan main saat mengingat mimpi semalam. Coffee break siang ini Ansara putuskan untuk mencari tahu apa arti mimpi di patuk ular.

Beberapa website bilang, kalau dipatuk ular adalah keberuntungan. Yes! Dari beberapa arti ini yang membuat Ansara cukup senang, dan katanya lagi akan mendapatkan rezeki yang tidak diduga-duga. Ya, mungkin saja setelah ini Tuhan memberikan jalan untuk membuatnya menjadi kaya raya, lalu katanya lagi yang terakhir adalah akan mendapatkan jodoh dan akan ada yang meminang.

Untuk arti yang terakhir, Ansara mau sih. Tapi... siapa yang akan meminangnya? Apa Laksmana? Karena Laksmana yang mencium pipinya dalam mimpi semalam?

Ngomong-ngomong, bisa jadi. Tiga hari yang lalu lelaki itu datang ke rumah dan melamarnya, bukan? Astaga! Apa ular yang mematuknya itu sebenarnya... Laksmana?

"Ikut gue yuk!"

Lengannya tiba-tiba saja ditarik oleh Gemi yang entah datang darimana. "M-mau kemana?"

"Gue tadi lihat ada anak buah Marina Erickson di lobi!"

"Hah? Yang bener lo!" desak Ansara tak percaya.

"Beneran!" Gemi bersusah payah dengan panik berusaha meyakinkan Ansara. "Demi Allah, gue lihat anak buahnya anjir! Kayaknya nggak cuman satu orang!"

Ansara berdecak, mengacak-acak rambutnya dan turun dari stool. "Lo udah dapat izin dari Pak Aditya buat ngejar anak buah Marina?"

"Belum... gue buru-buru banget. Maaf gue ganggu lo, Sar. Habis ini lo masih ada kerjaan?"

Ansara menekan lift dan turun bersama Gemi. "Ada, masih ada meeting. Gue... jadi curiga kenapa anak buah Marina Erickson ada di sini?"

"Mana gue tahu! Kayaknya mereka mau bom gedung ini?" spekulasi Gemi membuat Ansara panik.

"Ya jangan gila dong! Lo ngikutin mereka rapi, kan?"

Gemi menelan ludahnya dengan gugup. "Sebenernya, waktu di Surabaya gue hampir ketangkap, Sarrr... untung ada Bang Kama yang bantu gue, dia juga luka kena lima jahitan di perut gara-gara menyelamatkan gue, Sar."

"Ya ampun... kenapa lo baru bilang sekarang?"

"Gue takut lo sibuk," balas Gemi dengan wajah sedih. "Jujur, gue bingung kasus ini nggak selesai-selesai. Marina Erickson padahal bebas pergi sana sini, tapi nggak ada satu pun polisi yang berani nangkap dia, Sar. Dan lo tahu? Gudang penyimpanan lukisan yang ada dibawah tanah itu isinya... duit semua," bisik Gemi.

Ansara berdecak cemas. "Lo jangan ngomong dulu," pintu lift terbuka dan Ansara langsung berlari menuju arah basement.

Sialnya! Ansara melihat seorang wanita berpakaian blouse putih yang ia kenali dari jarak jauh pun, Ansara tahu siapa itu. Prilly Widjaya ditangkap oleh dua orang berbadan besar yang tengah membekap mulutnya.

Titik TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang