Selangkung

7.2K 642 31
                                    

"Eyang setuju,"

Ansara yang tadinya mau menyuapkan buah mangga langsung berhenti ketika mendengar suara Eyangnya yang begitu sakral itu. Tidak ada angin tidak ada hujan, langsung bilang setuju. Memang dikira, setuju apa lagi kalau bukan soal Laksmana? Mana kemarin sudah kepergok ciuman pula.

"Cinta bisa mengikuti kapan saja, Nduk. Tinggal kamu nya yang harus percaya, kalau kali ini Laksmana nggak main-main lagi."

"Eyang baru bisa bilang begitu karena nggak tahu gimana kelakuannya dulu," ujar Ansara membicarakan si pelaku yang tengah melakukan operasi siang bolong begini.

Eyang Poer tersenyum amat anggun dan menarik napasnya selembut mungkin. "Tapi kemarin kata Ibukmu kamu ciuman sama Laksmana di sini?"

Ansara langsung menoleh kepada Ibuknya dengan tatapan tajam. Ayunda langsung berdecak dan sibuk membenahi pakaian kotor Ansara.

"Aku disosor duluan Eyang!" kata Ansara membela dirinya sendiri. "Serius! Mana tajam pula berewoknya!"

Eyang Poer tertawa mendengarnya. "Masih belum cukuran berewok si Laksmana itu?"

"Belum," geleng Ansara. "Memang kenapa?"

"Waktu lamar kamu kemarin ke Eyang, sudah diminta buat rapikan berewoknya, Oalah... bocah lanang satu itu," Eyang Poer menggelengkan kepalanya dengan senyuman geli. "Senang kamu sama yang berewok begitu?"

Ansara langsung menciut dengan wajah protes. "Eyang apaan sih!"

"Ya begitu, Buk." timpal Ayunda yang masih melipat pakaian Ansara. "Dulu nya malas bersih-bersih, nggak pernah sapu-sapu rumah jadi wajar kalau dapat calon suaminya berewokan begitu!"

"Astaga...." Ansara menganga tidak percaya. "Ibuk percaya mitos begitu?"

"Ya percaya, wong kamu buktinya?"

"Awas aja! Aku bakal minta Mas Laks buat cukuran hari ini!"

"Mana rambutnya gondrong begitu, Nduk." tambah Eyang Poer lagi, sepertinya yang terganggu dengan amat sangat penampilan Laksmana di sini bukan Ansara tapi Eyang dan Ibuknya. "Memang kamu ndak takut waktu di cium?"

"Iiiiihhhh!" geram Ansara kesal dan gemas diledek terus menerus. "Eyang nih ya!"

Eyang Poer lantas tidak bisa menahan tawanya. "Dasar kamu ini, saran dari Eyang... kamu pulang ke Solo sama Eyang,"

"Terus pekerjaanku?"

"Cuti dulu, Nduk."

"Buat apa Eyang?"

"Kamu pacaran sama Laksmana dulu di Solo," pinta Eyang Poer.

Ansara mengerjapkan matanya cepat tidak mengerti dengan konsep pacaran di Solo. "Apa hubungannya Solo dan Jakarta? Aku di sini kerja, Eyang. Mas Laks juga kerja, kan?"

Ayunda kali ini yang menjawab. "Kita semua udah sepakat untuk bawa kamu ke Solo sampai kasus Marina Erickson selesai,"

"Apa?!"

"Nduk, dengar." tegas Eyang dengan serius. "Kamu ndak bisa bebas kayak dulu lagi, wong orang-orang udah tahu kalau kamu dijaga sama keluarga Amidjaja,"

Apa maksud semua ini? "Jangan mengambinghitamkan aku untuk hal pekerjaan yang aku lakukan Eyang, aku melakukannya untuk pekerjaanku sendiri,"

"Atasanmu ndak bisa apa-apa kalau Pak Rajasa sudah bicara."

"Memang Opa Rajasa bilang apa?"

"Beri waktu untuk kamu agar pulih, memangnya kamu masih mau bekerja kalau nanti menikah?"

Titik TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang