Nemlikur

5.8K 699 49
                                    

Kehamilan Ariel dan Denok di keluarga Amidjaja memang memunculkan rasa kebahagiaan yang baru. Terutama, Ariel yang sudah menginjak usia kandungan enam bulan dan Denok baru dua bulan. Mereka berdua tampak seperti dua ibu hamil yang tidak bisa diganggu gugat soal makanan.

Ariel memiliki selera makanan asin, sementara Denok manis. Dan keributan yang ada di rumah tidak jauh dari makanan. Dan siapa yang jadi korban selanjutnya? Tentu siapa lagi kalau bukan Koentoeadjie pria paling sabar di tahun ini.

Adjie sudah menobatkan dirinya sebagai lelaki paling sabar yang pernah ada di keluarga Amidjaja. Katanya, ia tidak sudi dibandingkan dengan Luki Amidjaja ataupun Laksmana Amidjaja yang sekarang lagi sibuk bucin mencari muka di depan calon istrinya. Pokoknya, Adjie lebih baik daripada kedua sepupunya itu.

Sekarang saja, si Luki Amidjaja sudah minggat pergi ke Qatar meninggalkan Denok di rumah Opa. Untung saja, Raquel selalu menempeli Kakeknya kemana-mana, anak itu memang begitu dimanja oleh nenek dan kakeknya, jadi Denok tidak pernah kerusuhan soal mengurus Raquel ditengah-tengah masa ngidam dan mabuknya yang terus menerus mengganggunya.

"Sabar ya ibu-ibu..." Adjie menuangkan susu almond pada kedua gelas, dia memang sudah berubah menjadi pelayan ibu-ibu hamil. "Tangan pelayan ini cuman ada dua, nanti kalau buru-buru susunya tumpah, saya disalahin lagi." sindirnya pada Ariel.

Ariel mengusap perutnya yang buncit. "Papi jangan banyak protes, kita berdua nggak ada nyuruh Papi cepat-cepat kok, maklum aja, Pi... sekarang kan istrinya dua, aku sama Denok."

Adjie mengusap dadanya dengan sabar, sementara Denok terkekeh pelan. "Maaf ya, Mas Adjie... nanti kalau suamiku udah pulang, aku bakal merepotkan suamiku aja."

"Oh..." Adjie langsung menggeleng dengan senyuman terpaksa. "Nggak apa-apa, Denok... aku senang kok direpotkan sama kamu. Its okay..."

Ariel ingin menendang wajah Adjie sekarang juga. Dalam keluarga Amidjaja memang ada kesenjangan yang cukup jauh antara dirinya dan Denok. Orang-orang akan memperlakukan Denok sangat lembut bak barang fragile yang tidak boleh disentuh sembarangan, dan itu berlaku untuk semua orang yang berhadapan dengan Denok.

Sekelas Rajasa Amidjaja saja, tidak pernah melepaskan senyuman di wajahnya jika sedang berbicara dengan Denok. Apa lagi ini, suaminya sendiri yang selalu bersikap manis kepada Denok berbeda jika kepada dirinya.

Tapi sejauh ini, Ariel tidak mempermasalahkan itu. Karena sekarang, Ariel tahu Adjie sudah sepenuhnya cinta kepada dirinya.

"Sebenarnya, dia ngeluh lho, De..." ujar Ariel menyalakan api mengadu pada Denok. "Di dalam hatinya pasti lagi nge-dumel; Luki sialan istrinya ditinggal sama gue—nah pasti ngomel begitu,"

"Astaga, Riel... piktor mulu!" sanggah Adjie merasa tertuduh.

"Jujur aja!" sengit Ariel meminum susu almond yang diberikan suaminya. "Lo tuh sebenarnya kesal sama kita, kan?"

Adjie menggeleng. "Nggak, ikhlas kok."

"Ikhlas tapi mukanya begitu!"

"Terus muka gue harus gimana, Sayang?" tanyanya pada Ariel dengan frustrasi. "Aku harus nyengir tiap waktu?"

Denok tertawa lagi sambil mengangguk. "Nggak apa-apa, Mas. Makasih ya bantuannya seharian ini, udah jadi penjaga buat kami berdua."

"Sama-sama..." jawabnya dengan senyuman manis. "Nah, kalau makasih begini kan enak. Nggak usah ngomel dan nuduh suami sembarang gitu lho," sindirnya pada Ariel.

Ariel memanyunkan bibirnya tidak peduli. "Masalahnya kita semua harus sehat, Djie. Tadi pagi Opa bilang, kita semua mau pulang kampung ke Solo. Mas Laks udah ambil cuti tahu!"

Titik TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang