Pitulikur

7K 747 66
                                    

"Hai, Mas!"

Jangan pikir yang baru saja menyapanya adalah Ansara. Tidak, mana mungkin Ansara menyapanya se-ceria itu kepadanya? Laksmana baru saja akan tersenyum lebar jika itu memang benar Ansara yang membukakan pintu.

Tapi, Asnamira si gadis yang punya stok keceriaan tinggi itu baru saja menyambutnya. Laksmana baru saja selesai operasi dan dia sudah mengajukan cuti untuk dua minggu ke Solo.

"Kakakmu dimana?" tanya Laksmana sambil masuk ke rumah Ansara.

"Lagi mandi, Mas duduk aja dulu, nanti Mira panggilkan Kakak," jawab Asnamira.

Laksmana mengangguk, menuruti permintaan gadis itu dan duduk di depan televisi yang tengah menyala memperlihatkan serial Netflix Korea yang tadinya di tonton oleh Asnamira.

Meja yang ada di depannya begitu berantakan diisi oleh makanan ringan, pasti kerjaan dua perempuan itu pikir Laksmana. Kedua matanya menelisik ke seluruh penjuru menemukan foto wisuda Ansara saat menyelesaikan S1, memakai kebaya kutu baru berwarna pink dan topi toga yang sudah disahkan.

Keluarga kecil itu kelihatan hangat meskipun isinya perempuan semua. Ada tiga perempuan di foto sana, Ayunda, Ansara dan Asnamira. Ketiganya kelihatan sangat saling menyayangi, tanpa sosok laki-laki dalam keluarga.

Laksmana baru sadar hari ini kalau Ansara, maupun Asnamira sudah kehilangan sosok lelaki dalam keluarga mereka. Dan entah siapa yang menjadi peran kepala keluarga di keluarga ini, tapi kelihatannya dari wajah Ansara yang tegas dan mendominasi Laksmana yakin gadis itu yang mengurusi keluarga kecil ini.

"Miraaa! Sebelum berangkat makan dulu, nasinya sudah matang!"

Laksmana menoleh ke arah dapur, melihat Ansara yang baru saja melewat dengan gulungan handuk yang masih membungkus rambutnya. Penampilannya cuek seperti biasa, hanya memakai kaus rumahan dan hotpants. Entah gadis itu sudah tahu Laksmana ada di rumahnya atau tidak.

"Mau digorengkan nuget sekarang? Sayurnya nanti bawa aja biar kamu makan nggak jajan di luar!"

Laksmana berdiri, berjalan menuju ke arah dapur hanya untuk melihat Ansara yang sibuk sana sini menyiapkan kotak bekal untuk adiknya. Dengan cekatan Ansara menyalakan kompor, memasukkan beberapa potong frozen food dan membuka penanak nasi yang sudah mengepul.

Ketika Ansara balik badan, dia betulan terkejut melihat sosok jangkung yang berdiri di hadapannya entah sejak kapan. Penampilannya cukup rapi, seperti biasa dengan rambut yang terikat di belakang.

"Mas? Kapan masuk?" tanya Ansara heran.

Laksmana melihat jam yang ada di pergelangan tangannya. "Lima belas menit yang lalu,"

"Ah..." Ansara mengangguk lalu kembali fokus pada penggorengan. "Mas udah makan? Mau sekalian makan siang di sini?"

"Boleh," Laksmana tidak akan menolak rezeki. Apa lagi melihat makanan yang tengah dihidangkan Ansara. "Tante Ayunda dan Eyang Poer kemana?"

"Pergi beli kain," jawab Ansara.

Laksmana mendekat mengambil alih tumpukan piring yang ada di tangan Ansara. "Kita mau makan dimana?"

"Meja makan aja," tunjuk Ansara pada meja makan yang kosong.

Laksmana menyusun tiga piring di sana, sementara Ansara baru datang meletakkan mangkuk besar berisikan sayur asam. "Kenapa nggak bilang mau ke sini?" tanya Ansara.

Laksmana tersenyum tipis. "Kamu yang lupa,"

"Oh ya, kebetulan Mas ada di sini sebetulnya aku mau tanya, Mas betulan mau menikah sama aku?" tembak Ansara langsung.

Titik TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang