Wolulikur

6.8K 786 30
                                    

Denok keguguran.

Kabar itu betul-betul mengguncang keluarga Amidjaja sampai Rajasa Amidjaja sepertinya sudah tidak bisa bangkit dari rasa sedihnya. Untuk kali pertama, pria tua itu terlihat lemas, letih, lesu. Tiga L yang menyebabkan ketiga cucunya sekarang; Martha, Laksmana, Adjie. Minus Luki yang tengah berduka dan berusaha mengajak istrinya untuk memperbaiki keadaan yang tengah melanda keluarga kecil mereka.

Katanya, Luki akan membawa Denok pergi sementara dari Jakarta dan menetap di Dubai sampai tiba Raquel masuk sekolah kembali. Sementara kehamilan Ariel semakin membesar, dan ibu hamil itu seperti ikut tertekan dengan apa yang Denok rasakan.

Acara pertunangan Laksmana sebentar lagi akan dilaksanakan, tetap pada rencana pertama di Solo. Dan harusnya, malam ini mereka sudah di Solo andaikan Rajasa Amidjaja tidak 3 L.

"Opa! Aku sudah bisa masak sekarang!" kata Martha menyombongkan uji kelayakannya di dapur. "Tadi siang, aku masak sop buntut, pepes ikan sama brownies! Semua makanannya ludes, anak-anakku suka banget pepes ikan. Aku sengaja sih, bawa dua buat Opa. Mau aku suapi?" tawar Martha dengan semangat, salah satu asisten rumah tangga membawa nasi, dua pepes ikan dan minuman untuk Rajasa yang tersedia di troli. "Lihat, nasinya mumpung masih panas!" seru Martha lagi.

Rajasa meliriknya sekilas lalu menatap Martha dengan haru, sesungguhnya Rajasa lebih salah fokus dengan daun yang menyelimuti pepes ikan itu. "Itu kamu yang bungkus sendiri?" tanyanya pada Martha.

Daun pisang itu memang terbungkus amat sederhana, hanya lilitan biasa yang diberikan tusuk gigi. "Iya, aku asal aja sih, Opa... tapi aku lihat di YouTube begitu kok bungkusnya."

"Kamu betulan?" tanyanya masih tak percaya, tidak menyangka cucu perempuannya yang manja setengah mati itu bisa membungkus ikan pepes dengan daun pisang.

"Iya! Sekarang Opa makan dulu, kita harus terbang ke Solo tiga jam lagi, kan?"

"Ayolah Opa... kalau Opa nggak makan aku bisa gagal tunangan," ancam Laksmana yang baru saja datang ke kamar Opa dengan penampilan yang berbeda.

Rajasa membulatkan kedua mata kisutnya melihat bagaimana rambut Laksmana yang sudah terpangkas rapi. Sudah tidak ada rambut gondrong, digantikan dengan rambut rapi dan kemana perginya berewok cucunya itu?

Meskipun five shades' clock-nya tetap ada di sana, memberikan kesan jambang yang cukup tegas.

"Kok cukuran?" tanya Rajasa heran.

Laksmana terdiam, memakai jam tangannya dan menghela napas. "Tante Ayunda yang minta," jawabnya.

Martha cekikikan menutup mulutnya. "Ada yang takut sama ibu mertua nih!" ledeknya tanpa ampun.

Sementara itu Adjie yang baru bergabung hanya bisa terkekeh pelan. "Bentar lagi Laksmana bakal jadi asisten pribadinya Tante Ayunda, Tha."

"Anjir!" seru Martha heboh sambil mengangguk. "Apa pun kata Ibu mertua pasti bakal oke, soalnya kan biar kelihatan oke terus... biar restunya tetap selamat sampai tujuan!"

"Terusin," titah Laksmana dengan nada dingin.

Adjie mengangguk mengiyakan permintaan Laksmana tentang ledekannya. "Nanti apa pun kata ayang pasti bakal di-iya-in. Ibarat kata, Ansara minta guling-guling di tanah juga bakal oke!"

Martha tertawa terbahak-bahak. "Terus ya, Djie. Nanti bakal ada yang bucin sama istri, meskipun filosofi hidupnya dulu nggak mau selalu berada di atas angin kalau sama cewek karena semua itu katanya ilusi doang!"

Laksmana memutarkan bola matanya malas. Sementara Martha dan Adjie masih sibuk mengorek ledekan untuk Laksmana, Rajasa ikut tertawa pelan. "Jadi, kamu cukuran karena Tante Ayunda yang minta? Kalau Ansara? Nggak kamu tanya dia suka kamu gondrong apa nggak?"

Titik TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang