Kalih likur

5.6K 653 42
                                    

Berita tentang disekapnya pembawa berita Mata Indonesia sudah keluar, Mata Indonesia sengaja mengeluarkan berita itu untuk menjadi balasan dari ancaman yang diterima. Dengan maksud, bahwa Mata Indonesia tidak akan tinggal diam.

Kasus ini berhasil dilirik oleh kepala instansi negara yang kini saling bahu membahu dengan instansi lain untuk membantu dua korban. Kasus penyekapan ini menjadi kasus terpanas, profil Prilly Widjaya sebagai salah satu anggota tim inti Mata Indonesia, dan pembawa berita junior Ansara Aghni Werdrayana mendapatkan sorotan prihatin dari masyarakat Indonesia.

"Ya ampun... Sara..."

"Buk! Ibuk!" jerit Asnamira melihat ibunya turun jatuh meluruh ke atas lantai.

Virginia Misbach, langsung membantu menahan bahu Ayunda dan membawanya ke atas sofa. "Yu... anakmu nggak akan kenapa-napa, percaya sama aku, Yu." ujar Virginia meyakinkan Ayunda yang begitu gemetar.

"Anakku, Mbak."

"Iya, Ansara anakku juga," balas Virginia. "Ansara anakku juga, aku juga sama takut, tapi tolong... kuat, ya?"

Eyang Poer memejamkan matanya lelah sementara Asnamira di sisinya memeluk tubuhnya dengan tangisan. "Eyang baru sampai Jakarta, dapat kabar begini, bagaimana bisa, Nduk?" tanyanya pada Asnamira.

Asnamira menggeleng dengan tangisannya yang tidak bisa berhenti. "Mira nggak tahu, Eyang... Mira lagi kuliah tiba-tiba dapat video—"

"Mana videonya?" tagih Sienggih pada Asnamira. "Biar kita jadikan bahan bukti di persidangan nanti,"

Asnamira memberikan video dimana kakaknya tengah disetrum, dengan tanpa pakaian seperti itu, video yang ia terima beberapa jam yang lalu itu bahkan tidak sanggup Asnamira lihat untuk kedua kali.

Sienggih mengangguk cepat. "Om sudah kirimkan pada pengacara Om. Malam ini, kakak kamu bakal ditemui, percaya sama Om, ya?"

Ayunda menarik napas dan terus menyebut nama Ansara. Begitu terus selama beberapa jam sampai membuat Asnamira gila. Belum pernah sekali pun terbayang kalau kakaknya akan memiliki nasib sial.

Dulu, Asnamira sudah bilang, kakaknya itu jangan jadi jurnalis ataupun reporter. Pekerjaan itu merepotkan, selain itu sangat membahayakan. Mengenal watak kakaknya yang gampang penasaran, Asnamira tidak heran kalau beberapa waktu dulu kakaknya lebih sering mengulik berita kriminal, korupsi, dan mengincar orang-orang penting di negara.

Tidak satu kali, rumahnya diteror, ponselnya di sadap, di hack, tapi Ansara tidak pernah kapok. Dan sekarang, apa jika sudah seperti ini Asnamira bisa tenang dengan pekerjaan kakaknya?

Prilly Widjaya jelas anak bos, pasti yang diselamatkan lebih dulu jelas Prilly Widjaya. Sementara kakaknya? Kakaknya tidak lebih dari seorang karyawan, mungkin nyawanya bukan apa-apa dibandingkan dengan nyawa anak bos itu.

"Om," kata Asnamira memohon kepada Sienggih. "Tolong kakakku ya, Om? Nyawa kakakku juga sama pentingnya dengan anak bos media itu, tapi tolong... kakakku harus selamat ya, Om? Jangan hanya anak Pak Widjaya itu..."

Sienggih menatap Asnamira yang memohon dengan iba, rasa khawatirnya tidak bernilai dibandingkan rasa takut gadis yang ada di hadapannya. Virginia menangis mendengarnya, Sienggih juga seorang ayah, dan membayangkan jika Martha ada di posisi Asnamira sekarang, rasanya Sienggih tidak sanggup.

Titik TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang