Chapter 33

2.6K 308 43
                                    

Ave's POV

Ia berdiri dibawah lampu jalan yang sedari tadi menyinari jalanan London yang ramai. Mantel panjang membalut tubuhnya dengan rapi, matanya terlihat sendu dengan kedua bibirnya yang menekuk kebawah.

Buru-buru aku membalikkan badan dan menghapus kasar air mataku. Aku pun berdiri dan bergegas pergi dari kedai kopi itu, meninggalkan cigaretteku yang masih mengepul. Astaga, sepertinya ini bukan hanya degupan jantungku, melainkan genderang perang yang juga ikut berbunyi.

"AVE!"

Teriakkannya membuatku berjalan lebih cepat, tak peduli bila aku harus bertubrukan dengan pejalan kaki lain yang, dan dimaki karena itu.

Sekuat mungkin aku menjaga agar air mataku tidak turun. Aku terus menunduk, dan berlari kecil tanpa arah. Yang terpenting aku tidak harus bertemu dengannya, karena aku tidak yakin kalau aku mampu bertatapan muka dengannya sekarang.

Saat berlari, aku benar-benar menunduk, dan hanya memperhatikan sepatu bootsku dengan salju di pinggiran solnya selagi aku berjalan. Sebisa mungkin aku menyalip diantara kerumunan, dan membuat diriku menghilang dari pandangannya.

BRUK!

Sial! karena ulah tololku, aku bertubrukan dengan seseorang, dan kali ini sepertinya cukup keras karena membuatku sedikit terpental kebelakang. Baiklah Ave, persiapkan dirimu untuk makian keras dan mungkin lebih dari itu.

"Gosh.. maafkan aku tuan, aku sedang buru-buru- aku.. aku tidak sengaja untuk-"

"Ave?" Mataku yang tadinya terpejam karena takut, perlahan terbuka dan...

"Tate?!"

Aku mendongak dan menatapnya, lalu lalang manusia yang penat membuatku terdorong semakin dekat kearah Tate. Kami masih bertatapan, entah kenapa mata gelapnya terlihat bersinar dibawah sinar rembulan malam ini.

"Oh, astaga." Ucapku saat seorang pria tua tak sengaja mendorongku cukup keras kedepan, membuatku yang sedikit oleng, refleks menaruh kedua tanganku di dada Tate yang berbalut sweater tebal.

"Shit, m-maaf aku tidak sengaja." Ucapku terbata sambil menarik tanganku kembali. Tate hanya terkekeh, lesung pipit dan beanie merah maroon yang ia kenakan membuatnya terlihat lebih manis sekarang.

"No worries. Tapi, sebaiknya kita tidak disini karena kita baru saja menghalangi pejalan kaki lain, dan aku ingin menginterogasimu juga air mata itu." Ucapnya dengan nada bercanda. Kemudian ia meraih tanganku yang sedingin salju tipis malam ini, dan membuatnya meleleh karena telapak tangannya yang hangat.

Aku menoleh kebelakang sekali. Hati kecilku berharap Zayn ada disana, mengejarku diantara kerumunan. Tapi, realita terkadang tak seindah ekspetasi. Dan realitanya, tidak ada Zayn disana.

****

Aku dan Tate sedang duduk di taman kota. Datang ketempat ini membuat dadaku sedikit bertambah sesak.

Salju tipis yang turun cukup membuat suhu ikut turun. Ku eratkan mantel tipis yang menyelimuti tubuhku, dan menatap langit malam London yang diterangi bulan juga bintang-bintang.

"Ada apa, Ave?" Tate berkata, keluar uap panas dari mulutnya saat kalimat itu keluar.

"Tidak ada apa-apa." Aku masih menatap kearah langit saat menjawabnya.

"Tidak ada apa-apa dan kau menangis hingga matamu sembab, aku tidak sebodoh itu."

Aku menghela nafas panjang. Apa perlu aku bercerita pada Tate? Sepertinya tidak masalah, aku baru mengenalnya beberapa hari dan dia cukup baik dan... manis? menurutku.

Troublemaker ∞ z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang