Chapter 17

4.1K 411 21
                                    

Perrie's POV

Aku benci Aveena. Sangat. Harga diriku benar-benar dihabisinya kemarin di pesta Ken. Berbicara kemarin, bagiku-ya hanya aku- pesta itu adalah pesta paling buruk yang pernah kudatangi.

Bayangkan saja, lelaki yang sangat kau sukai berdansa dengan perempuan lain, yang notabenenya adalah orang yang ingin kau beri nama 'teman'.

Mereka bahkan berciuman dihadapanmu, tolong garis bawahi kata dihadapanmu. Lalu setelah hatimu dihancurkan hingga serpihan yang paling kecil, kau malah mendapat tamparan dari perempuan itu. Sudah kau bayangkan? Betapa menyedihkannya aku?

Dan sekarang aku benar-benar membenci Aveena, sangat membencinya. tak akan lagi ku kejar ia agar mau bergabung denganku.

Jika kau ingin tahu apa alasanku ingin mengajaknya berteman, jawabannya karena ia kaya raya dan tak ada yang berani bertingkah padanya.

Benar-benar tidak ada yang berani, bahkan Trixie dan sekongkolnya -bocah kecentilan murahan di sekolah- yang berani pada kami, tidak berani bila pada Ave. So yeah, we need that power.

Tapi tidak bila sekarang setelah apa yang ia lakukan padaku.

Aveena Darren, kau akan menjadi targetku. Tenang saja, aku tidak takut padamu. Karena caraku berbeda kali ini.

Rossie's POV

Setelah kejadian kemarin, sekarang aku jadi berteman dengan Niall. Ya! seorang Niall yang aku bahkan tidak berani memimpikan bisa berkenalan dengannya.

He's such a sweet gentelman boy. Dia benar-benar bisa memperlakukan perempuan dengan benar-meskipun aku hanya temannya- . Ia juga lucu sekali, perutku suka dibuat sakit saat ia menceritakan sesuatu yang konyol bila kami mengobrol.

Tapi ini bukan perfect fairytail story. Sekarang mungkin aku berteman dengan Niall, tapi aku selalu dihantui rasa takut bila bertemu Perrie atau salah satu temannya.

Dari kejadian pesta Kendall, aku merasa semuanya adalah salahku. Perrie ditampar oleh Ave adalah salahku, pesta Kendall kacau adalah salahku, ya! semuanya memang salahku.

Tapi Niall berkata lain, ia bilang bahwa ini bukan salahku, sama sekali bukan. Padahal sudah jelas-jelas salahku.

Aku yang mau diundang oleh Kendall, aku yang mau diajak bermain permainan sialan itu, dan aku juga yang mau mengambil Dare saat Perrie menyuruhku. Jelas kan? Aku yang salah disini.

Arrrgh! Kepalaku jadi pusing bila memikirkan ini.

"kau sudah menentukan mau pesan apa?" lamunanku terbuyarkan karena suaranya.

"ah, ya Ni.. ak-aku pesan hotdog dan diet coke saja." Sambil berusaha tersenyum yang pasti malah akan terlihat seperti idiot.

Ave's POV

"Ave, kau melamun terus. Makananmu belum tersentuh, mau aku saja yang memakannya?" Niall terkekeh di sebrangku, tapi tidak dengan yang lain, mereka menatapku khawatir.

"ya, kau ambil saja." Nadaku lebih datar dari yang ku perkirakan.

"A- ave, kau murung terus, ada apa?" Rossie bertanya dengan hati-hati di samping Niall, masih dengan tatapan cemasnya.

"aku memang begini kan?" ucapku sambil mengaduk-aduk asal jus jerukku yang masuh utuh.

Kau pasti terkejut mendengar Rossie bicara padaku. Jangan kau kira, aku sama terkejutnya dengan kau. Niall yang tadi mengajak Rossie bergabung di meja kami di kafetaria.

Sebenarnya aku masih tidak terbiasa, sama sekali tidak terbiasa dengan keberadaanya di antara kami -kau tahu yang ku maksud siapa- tapi tanpa Harry dan Louis. Hanya aku, Zayn, Niall, dan sebenarnya Liam, tapi tadi Sophia datang lalu mengajaknya pergi dan tidak lupa memberiku tatapan membunuh saat meninggalkan meja kami.

Troublemaker ∞ z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang