Chapter 40

3.2K 298 59
                                    

Pastiin kalau udah baca chapt sebelumnya. Dan hati-hati sama chapt ini, ya hati-hati aja baper wkwk.  skip kalau kalian ga suka:)

Ave's POV

Kini aku dan Zayn duduk di pojok balkon tanpa suara, membuatku mau tak mau mendengar ocehan orang tuaku dari lantai bawah. Benar-benar menyebalkan! Bisakan mereka sehari saja tidak bertengkar hanya karna hal sepele seperti ini!? Aku muak!

"Pakai ini." Tiba-tiba Zayn berbicara, ia yang duduk disampingku menyodorkan headset dan sebuah mp3. "lebih baik dari pada harus mendengarkan hal yang tidak ingin kau dengar itu." Zayn tersenyum, lalu aku mengambilnya.

Jujur aku merasa malu pada Zayn karena kelakuan orang tuaku. Bisa-bisanya mereka bertengkar saat sedang ada tamu dirumah ini.

"Thanks,"ucapku, lalu kupasangkan headset itu ketelingaku. Kunaikkan sedikit volumenya, ah, ini Sweater Weather dari The Neighbourhood. Kupejamkan mataku sambil menikmati nada yang mengalun ditelingaku.

Aku yang sedang duduk dilantai, perlahan melipat kaki lalu menutup lututku dan menenggelamkan wajahku disana. Kurasa ini alternatif terbaik daripada merokok, ha-ha Zayn selalu tahu apa yang aku butuhkan—lalu Zayn memelukku dari belakang.

Aku bisa merasakan hembusan nafasnya dileherku saat ia meletakkan wajahnya disana. Aku menegakkan kepalaku lalu melepas satu headset telinga kiriku. Kusandarkan punggungku ke tubuh Zayn, ku letakkan telapak tanganku di rambut Zayn yang lembut, mengusapnya pelan. Zayn tidak berpindah dari posisinya, mungkin ia merasa nyaman sama seperti aku sekarang.

Aku mengambil sebelah headset yang tadi kulepas, kemudian kupasangkan headset itu ke telinga Zayn, membuatnya harus bangun menegakkan kepalanya. Dari samping ia tersenyum padaku, kemudian mengeratkan pelukannya.

Sungguh ini jenis kesunyian yang paling menyenangkan. Lagu bagus diputar, pelukan hangat, juga pemandangan salju turun yang terlihat berkilau di malam hari. Ini hampir sempurna bila tidak ada teriakan tidak jelas dari kedua orang tuamu yang sedang bertengkar.

"Terimakasih," Aku berbisik pada Zayn, "Kau selalu ada saat aku membutuhkanmu."

"That's because i loved you, baby girl." Ucapnya sambil mengambil lalu mengaitkan jari-jariku pada miliknya. "Tidak perlu berterimakasih."

Aku tersenyum, dalam hati menyesal selalu saja menyusahkan dan merepotkan Zayn. Sebenarnya ini tidak terlalu adil, kenapa lelaki sebaik dan sesempurna dia mendapatkan gadis yang rusak seperti aku ini. Ya, ini tidak adil sama sekali, dan sebut saja aku egois, karena jujur, aku tidak mau bila ia bersama perempuan lain.

"'Cause it's too cold whoa.." Tiba-tiba Zayn menyenandungkan bagian terakhir dari Sweater Weather. Suaranya yang khas menggema di telingaku, mengalahkan suara asli dari lagu ini.

"for you here and now
So let me hold whoa.." Aku memejamkan mataku menikmatinya.

"Both your hands in the hole of my sweater." Lalu Zayn menarik tanganku yang ia genggam ke bibirnya, mengecup singkat punggung tanganku. Astaga, aku benar-benar mencintai bocah ini.

Tapi diam-diam perlakuannya membuatku berpikir sejenak, apa ia melakukan hal seperti ini pada mantan-mantan kekasihnya? Ya, aku yakin ia tidak mungkin hanya memiliki satu mantan, atau lebih dari itu? atau bahkan ia pernah meniduri salah satu mantannya?

Ugh, perutku tiba-tiba mual memikirkan hal ini. Sudahlah, yang penting aku disini, didalam pelukannya yang hangat. Persetan dengan semua gadis yang pernah ia kencani. Persetan! Persetan Persetan! Aku tidak peduli!

"Zayn? Berapa perempuan yang pernah kau kencani sebelumnya?"

Meskipun aku tidak membalik kebelakang, aku tahu ia sedang tergelak. Kubalikan badanku, menjadi menghadapnya. Ia terlihat bingung dengan pertanyaan random konyolku. Maafkan aku Zayn, aku bisa mati penasaran bila memendam pertanyaan itu.

Troublemaker ∞ z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang