Chapter 1

12.6K 753 28
                                    

Ave's POV

"Aveena Tracy Darren !! Sudah berapa kali saya peringatkan anda agar datang tepat waktu!?" Yup! Salam kenal pada Mr. Ford. guru math kesayanganku *hear my sarcasm tone?

Sebenarnya aku sedang tidak mood untuk mendengarkan bentakan ditambah ceramahnya pagi ini, bisa saja aku membelokkan tubuhku ke suatu tempat hanya untuk melewatkan pelajarannya.

Sayangnya aku sudah kelewat sering melakukan hal itu dan terpaksa harus ku hadapi Mr. Ford untuk hari ini.

"baiklah katakan saja apa hukumannya kali ini? Kakiku mulai pegal." sepasang mata biru kelabu Mr. Ford yang agung itu sepertinya hendak mencelos dari tempatnya ketika mendengar ucapanku.

"Miss sebaiknya anda jaga sopan santun anda! saya ingin anda kapok dan menjadi disiplin dengan hukuman yang saya berikan bukanny-- "

"bila itu membersihkan toilet sebaiknya katakan saja, tidak usah membuang waktu dengan ceramahmu itu, lihatlah murid-murid teladanmu, sepertinya mereka sudah siap melanjutkan pelajaran memusingkanmu." ucapku datar.

Bisa ku lihat lewat sudut mataku teman-- maksudku murid-murid yang lain sedang menatap ke arahku dengan berbagai arti tatapan.

Karena Mr.Ford yang agung tidak bergeming dan kakiku mulai merengek akupun membalikkan tumitku dan berjalan dengan santainya menuju kafetaria.

Bukannya aku lupa hukumanku tapi mana bisa aku bekerja bila perutku meronta ingin satu atau dua slice pizza dan segelas orange Juice?

******

Sesampainya di toilet perempuan yang sepertinya hanya ada aku di dalamnya. ku tutup pintu depan toilet ini lalu duduk dengan anggunnya di meja sebelah wastafel dan ku keluarkan teman bad moodku. Cigarette.

Sudah cukup kesal hari ini jadi ku putuskan untuk menyunut setidaknya satu batang rokokku, aku sebenarnya baru mengenal teman yang satu ini, tetapi memang salah satu cara terbaik melepas penat adalah ini, ku hirup rokok yang baru ku nyalakan ini dalam-dalam dan ku hembuskan perlahan, rasa kesalku sedikit berkurang setidaknya untuk saat ini.

Dan ketika rokok pertamaku habis kuputuskan untuk keluar toilet. bertepatan ketika aku membuka pintu toilet ku lihat Rossie, si nerd yang satu ini sedang membenarkan kacamatanya yang melorot, "Hey !"

Author's POV

Rossie yang mendengar panggilan itu membalikan badan dan dia melihat Ave yang sedang berdiri di ambang pintu toilet perempuan "a-apa kau memanggilku Ave?"

"kau pikir aku memanggil siapa!? Selain aku hanya kau yang memiliki telinga di koridor ini." jawab Ave sarkas.

yup! karena memang hanya ada kursi dan beberapa pot tanaman selain Rossie dan dirinya di koridor ini, Rossie pun segera menghampiri Ave "a-da apa kau memanggiku Ave?" jawabnya hati-hati sembari tetap menundukkan kepalanya. Memperhatikan sepatunya yang kusam sepertinya lebih menarik untuknya saat ini.

"Wajahku disini bukannya di lantai!" Rossie lalu memandang lawan bicaranya itu dengan penuh kehati-hatian.

"Kau mau membantukku kan?" tanya Ave "y-ya Ave tentu, memangnya ada apa?"

"Bagus! Kalau begitu aku pergi dulu, tolong kau urus kamar mandi ini untukku" lalu Ave melenggang pergi dengan tanpa rasa bersalah sedikitpun menuju lokernya, Rossie hanya bisa pasrah, dia tidak memiliki kekuatan untuk melawan Ave yang notabenenya anak seorang pemilik yayasan sekolah ini.

Sementara Rossie sibuk dengan toiletnya, kita lihat Ave yang sedang berjalan dengan angkuhnya menuju loker yang berada di lantai dasar gedung sekolah ini.

Semua anak melihat Ave dengan tatapan kesal yang ditutup-tutupi beberapa juga berbisik-bisik dengan kawannya. bagaimanapun mereka tidak berani mencari gara-gara dengan bocah yang satu itu, kalau berani, mungkin tamatlah riwayat mereka di sekolah ini.

Sesampainya Ave di depan loker dia langsung membuka loker dan mengambil apa saja yang ia butuhkan untuk kelas kimia dan kalian tau Aveena seperti apa.

Dia hanya memasukkan satu buku note kecil dan kotak pensil kesayangannya tanpa buku apapun yang menyangkut mata pelajaran yang Ave bilang 'memusingkan kuadrat' sepertinya hanya ini yang ku perlukan gumamnya dalam hati.

Ave's POV

Shit! Apa maksudnya Si-tua-tak-berambut-kepala itu?

Baru aku injakkan kakiku, ku lihat dia sedang membagikan soal essay dengan tampang sok bahagianya. Pemandangan indah macam apa itu?

Dia pikir soal essay minggu lalu tidak cukup!?! Dasar kepala tak berambut! kau mau aku bikin tak berkulit!!? Okay itu mungkin terlalu psikopat.

Ku cari tempat duduk paling belakang dan sialnya hanya ada satu tempat yang kosong yaitu di sebelah lelaki yang berambut hitam, berwajah hmm.. ketimuran? yang sedang asyik memainkan ponselnya hingga aku dudukpun sepertinya dia tidak menyadarinya.

Lupakan lelaki itu sekarang cari cara mengarang bebas untuk mengisi soal di hadapanku ini! Srcew you Mr. Clark!

Ku lihat lelaki sebelahku ini berhenti memainkan ponselnya, sesaat, ia memandang soal dihadapannya dan... hah?! kemudian dengan lancarnya ia mulai mengerjakan soal dari keponakan leluhur iblis ini!?

Astaga dia yang terlampau pintar atau aku yang terlampau bodoh!? Shit! Satu soal pun belum aku kerjakan! bahkan soalnya pun baru ku lirik sejenak.

dan si laki-laki ini sekarang sudah hampir mengerjakan setengahnya? aku bahkan benar-benar tidak melihatnya kesulitan dengan soal ini.

"kau mau melihat jawabanku atau memperhatikan wajah tampanku?" astaga! si laki-laki ketimuran ini mengejutkanku. ternyata aku tertangkap basah sedang memperhatikannya dari tadi.

Sontak ku tegakkan badanku, wait! Apa dia bilang? "what!? No i am not! Kau pikir kau cukup tampan hah!?"

"liurmu bahkan tadi sempat menetes nona" jawabnya santai sambil tetap berkutat dengan lembar jawabannya dan bukan menatap orang yang sekarang dia ajak bicara. Betapa sopannya dia.

ugh! Aku membenci laki-laki ini. Apa ia tidak tahu sedang bicara dengan siapa? "Maaf tapi kau tidak cukup tampan dibanding lembar jawabanmu" jawabku dengan senyum meremehkan.

"ya sudah, silahkan saja tatapi lembar jawabanku ini." oh tentu saja tuan-stranger-sok-tampan-menyebalkan! Tidak perlu kau suruhpun aku akan melakukannya!

Ketika baru saja aku selesai menyalin jawaban nomor 1 dari tulisannya yang ya.. bisa dibilang cukup rapi dari lembar jawabannya tiba-tiba saja,

"alright guys! Waktu untuk essay kali ini sudah habis, silahkan kumpulkan essay ketika meninggalkan kelas" fuck! Sialan si botak itu, aku bahkan belum sempat menuliskan nomor untuk jawaban yang ke dua.

Dan si tuan-stranger-sok-tampan-menyebalkan inipun bangkit dari kursinya sembari membereskan mejanya, padahal mulutku masih menganga karena mendengar si botak tadi berbicara tapi dia dengan santainya berjalan, menyeringai dan meninggalkanku tanpa rasa bersalah sedikitpun. damn that boy! Aku memaki dalam hati.

Jika bukan karena ke ge-erannya yang super tinggi itu aku mungkin tidak perlu berdebat dan setidaknya berhasil mengerjaka-- ralat. menyalin 3 dari 10 soal yang diberikan si botak itu! Akupun segera bangkit dan persetan dengan hasil essay ku, toh tidak akan ada juga yang peduli padaku.

Author's Pov

Jika kalian bertanya apa yang akan dilakukan Ave setelah accident 'essay test bedarah' tentu saja jawabannya berkencan dengan sebuah burger plus diet coke dengan romantisnya di rooftop bersama sahabat karibnya, yup siapa lagi selain the cigarette.

Perlu ku beritahu bahwa sebenarnya Ave tahu efek samping merokok yang sangat buruk, tapi yang dia tidak mengerti adalah just cigarette who can calm her down from all her problems, just cigarette who can make she feel like she has somebody when she just have nobody. Can you imagine that?

--------------------------

Vote/Comment = Appreciation :)

Troublemaker ∞ z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang