Chapter 45

1.8K 181 68
                                    


Tate menghela nafas, terlihat putus asa. "aku menyukaimu, Ave. Selalu menyukaimu."

Mata Ave melebar mendengarnya, "ha-ha kau ini high? Tentu saja kau menyukaiku." Candaan Ave gagal total, raut wajah Tate tidak berubah, ia bahkan tidak berkedip menatap ke arah Ave.

"kau mengerti maksudku, kau pikir untuk apa aku melakukan semua yang telah ku lakukan selama ini? karena aku suka padamu."

Ave menerjap beberapa saat, mengalihkan pandangannya dari mata Tate, kemudian menggeleng.

"untuk apa kau mengatakan ini? kau tahu Tate, kekasihku adalah sahabatmu."

"untuk apa katamu? Iya, bajingan itu selalu menghalangi jalanku." Ave tahu emosi mulai tersulut dari nada yang Tate berikan.

"Tate, kupikir aku mendapat seorang teman berharga di hidupku."

"persetan dengan teman, aku selalu menginginkanmu, dan bisa mendapatkanmu, aku bahkan bertaruh dan memakai segala cara untuk itu. Tapi si bajingan yang membuatmu selalu menangis itu seakan tak pernah cukup menyadarkanmu kalau dia memang bukan untukmu, Aveena.

"bahkan tak pernah cukup untuk setidaknya melirikku yang menatap kearahmu lebih sering dari siapapun, yang menahan diri untuk mengecup atau untuk sekedar menggengam tanganmu.

"aku benci air matamu membasahi bahuku, melamun dengan air mata yang menggenang saat kau merasa tidak ada seorangpun yang melihat. Aku benci melihatmu seperti itu." Tate setengah berteriak saat mengatakan itu semua. Rasa mual diperut Ave tak tertahankan saat memikirkan kalimat-kalimat yang Tate lontarkan.

Apakah memang Zayn bukan untuknya?

Apakan ia terlalu bodoh karena tidak pernah menyadari itu semua?

Pertanyaan bermunculan di benak Ave membuatnya ingin membenturkan kepalanya ke dinding. "Tate.."

Lelaki itu menghela nafas panjang, "tak usah kau pikirkan, Ave. Aku lega telah mengatakannya, bila kau memang bersikeras dengan bajingan itu, aku tahu lelaki itu berarti sesuatu untukmu, tak mungkin hati seseorang rela terkoyak untuk sesuatu yang tidak berarti apa-apa.

"Lagipula, aku akan pergi sebentar lagi, mungkin merelakan adalah hal paling tepat yang bisa ku lakukan." Tate tersenyum, walaupun senyumannya terlihat payah.

Berkali-kali Ave mengumpat dalam hati. Ia tak bisa menyingkirkan pikiran-pikiran soal bagaimana kedepannya bila sedari dulu ia tidak mengabaikan Tate dan bersama dengan lelaki itu, bagaimana bila bersamanya semuanya akan berakhir indah ?

Akhirnya Ave berani untuk menatap Tate lagi, ia bergidik sambil menggeleng, menunjukkan ia tak tahu harus berkata apa, "maafkan aku?"

Tate tersenyum lalu mengacak rambut Ave, "kumaafkan. Tapi.. sebenarnya aku punya satu permintaan." Tate menggerak-gerakkan alisnya dengan konyol.

"apa, Tate? mungkin aku bisa memenuhinya."

"kita lihat saja apa kau bisa memenuhinya."

Tiba-tiba Tate mendekatkan wajahnya, membuat Ave membeku seketika. Hidung mereka bersentuhan, sesaat ia berhenti seakan melihat apakah Ave membolehkannya atau tidak. Tapi karena gadis itu tetap tak bergerak, segera Tate menempelkan bibirnya pada milik Ave.

Gadis itu menutup matanya, kecupan itu singkat, tapi dalam.

Setelahnya Ave membuka mata dan langsung bertemu dengan milik Tate. Segera ia memalingkan wajahnya yang mulai merona, lalu terdengar suara kekehan Tate.

"kau membiarkan aku melakukannya," ucap Tate sambil kemudian terkekeh lagi.

"saat aku tidak ingin kau membiarkan bedebah itu melakukannya."

Troublemaker ∞ z.mTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang